Chapter 5
Suara pekikan Reene saat keperawanannya baru saja didobrak oleh milik Adriano yang besar dan panjang itu memecah keheningan malam ini.
Lenguhan serta desahannya tidak berkesudahan, saat tubuh kekar laki-laki yang sekarang tengah mengungkung tubuh indah nya, terlihat begitu bernafsu untuk menikmati setiap jengkal kulit mulusnya yang begitu sempurna diberikan oleh Tuhan.
“Ah, Ah..” Reene mengerang kesakitan tapi sangat menikmati pompaan batang besar milik Adriano yang terasa sesak di lubang sempitnya.
Laki-laki ini tersenyum kemenangan saat gadis pujaannya sudah masuk ke dalam perangkapnya, telah menjadi miliknya seutuhnya mulai sekarang.
Mulutnya terbuka, lalu mengulum puting susu kanan Reene, diikuti bokongnya terus menekan penisnya masuk lebih dalam agar milik pujaan hatinya lebih mudah ia hentakkan.
“E-nak, sayang ?” Tanya Adriano sembari terus menghunjami Reene dengan kenikmatan yang ia berikan.
“Ah, Uncle..” Erang Reene, dengan kedua paha terbuka lebar serta mulutnya yang menganga lebar saat tempo laki-laki bertubuh kekar ini semakin menjadi.
Adriano terus memompa miliknya tanpa henti, begitupun mulutnya terus mengulum puting susu ini dengan begitu beringas.
“Ah, Uncle..” Erang Reene, ketika merasakan lubang vagina nya berkedut hebat.
Tentu saja ia akan merasakan sakit luar biasa, karena ini pertama kali baginya melakukan hubungan intim dengan seorang laki-laki.
“Tahan sayang, Uncle akan membuat kamu nyaman..” Erang Adriano.
Reene menganggukkan kepala, kemudian melingkarkan kedua kaki pada bokong berisi laki-laki ini.
Tubuh mereka menyatu di atas ranjang, hingga ranjang dengan kualitas terbaik ini mengikuti irama hentakan yang dilakukan oleh Adriano.
Gerakan laki-laki ini semakin cepat saat penisnya akan menembakkan sesuatu.
“Ah, Sa-yang Ta-han..” Pekik Adriano, dengan guncangan hebat yang membuat tubuh mereka bergetar tidak terkendali.
“Ah, Uncle..” Pekik Reene.
“Oh” Adriano merasa lega saat berhasil menembakkan jutaan sperma di dalam rahim gadis cantik ini.
Reene menatap sayup pada wajah tampan Adriano, tubuhnya lemas tapi gejolak di dalam dirinya tidak bisa berhenti.
“Uncle lagi..” Erang Reene.
“Lagi, kamu mau lagi sayang..?” Tanya Adriano terus menggoda Reene yang meminta lebih untuk berhubungan.
“Ehm..ehm..” Reene menjawab sembari menganggukkan kepalanya.
“Sekarang kamu di atas” Ucap Adriano.
Ia lalu melepaskan penyatuan di bawah sana, lalu mereka berganti posisi.
Reene perlahan naik ke atas tubuh laki-laki ini, dengan kedua bola mata Adriano menatap takjub melihat begitu indah bentuk tubuh Reene.
“Puting ini lucu sekali, sayang..” Godanya, sembari memilin dengan jemari nakalnya.
“Ah, Uncle..” Rengeknya, yang masih terpengaruh obat perangsang yang sengaja Adriano masukkan saat Reene berada di dalam kamar tidurnya tadi.
“Lagi..” Erang Reene, seperti anak kecil yang meminta mainan.
“Reene berjongkok sayang” Titah Adriano.
Gadis ini pun patuh, sedangkan Adriano memegangi penisnya agar masuk dengan lancar ke dalam rongga milik pujaannya.
“Masukkan perlahan saja” Ucap Adriano.
Kepala Reene mengangguk, dengan perlahan ia masukkan milik laki-laki ini.
“Ah..!” Pekiknya.
“Sa-kit” Erangnya,sembari menangis.
Adriano spontan duduk lalu membuka mulutnya. Mereka melakukannya sembari duduk dengan saling bercumbu panas.
Gerakan tubuh mereka berdua tidak terkendali, hingga Reene menganga saat kenikmatan itu menguasai sanubari nya.
“Ti amo, Reene” Ucap Adriano
Terus dihentakkanya miliknya hingga malam ini ia tidak mengizinkan gadis ini untuk terlelap tidur.
*
*
Cahaya matahari mengganggu tidur lelap Reene, hingga membuat bulu mata lentiknya terus bergerak-gerak.
Adriano sejak bangun dari tidurnya terus memandangi wajah cantik yang tampak tidak tenang dalam tidurnya.
Perlahan kedua kelopak mata Reene terbuka, sontak begitu terkejut mendapati Adriano berada di atas tubuhnya.
“Uncle..!” Celetuknya.
Spontan tubuhnya beranjak dari atas ranjang, sekali lagi Reene terkejut saat tubuhnya tidak terdapat sehelai benangpun. ia pun menutupi dengan kedua tangannya agar tubuh bugilnya tertutupi.
Adriano tersenyum menggoda menatap gadis itu, tampak begitu polos saat terkejut.
“Ree-ne se-malam..” Gumamnya, dengan suara bergetar.
Reene kebingungan, entah situasi apa yang dialaminya sekarang.
Reene coba mengingat kembali apa yang sedang terjadi. Disaat otaknya tengah berpikir, Adriano mendekatinya lalu duduk berjongkok.
“Uncle apa yang mau Uncle lakukan ?” Gumam Reene.
Adriano kembali akan membuat gadis ini merasakan kegiatan panas mereka, tapi kali ini dalam keadan sadar.
Dibukannya kedua paha mulus Reene lalu ia tenggelamkan kepalanya di dalam sana.
“Ah, Uncle.” Erang Reene, saat terasa bibir vagina nya dicumbui tanpa jeda oleh mulut besar itu.
Reene mencoba menarik kepala Adriano untuk membebaskannya, tapi ini terlalu nikmati hingga ia mengeluarkan cairan deras itu berulang kali di bawah sana.
“Uncle, Reene mau pipis” Erangnya.
Adriano melepaskan cumbuannya, spontan diangkatnya tubuh gadis ini seperti seekor kangguru lalu ia ajak ke kamar mandi.
*
“Ah, Ah..” Reene mengerang ketika Adriano menghentakkan kejantanannya bak kesetanan di dalam Bathub putih besar yang sudah di penuhi air busa, saat posisi tubuhnya tengah menungging.
Suara air yang terus tumpah ruah menambah hasrat Adriano untuk terus menyetubuhi Reene yang sudah mulai menikmati permainannya.
“Sa-yang, enak..?” Tanya Adriano, sembari terus menghentakkan miliknya bertubi-tubi.
“Uncle, pelan-pelan” Erang Reene, disaat tubuhnya bergetar karena guncangan hebat laki-laki yang tengah menikmati tumbuh indah nya.
Adriano mempelambat gerakannya, lalu membuat Reene duduk di atas pangkuannya dari belakang. Kedua telapak tangannya pun sudah siap meremas kedua payudara yang terasa bergetar hebat.
“Sayang mau setiap hari ?” Bisik Adriano, di daun telinga Reene.
“Ah, Uncle enak tapi sakit” Erang Reene, dengan kepala terus mendongak ke atas serta mulut menganga lebar.
Adriano tidak berhenti membisikkan rayuannya di daun telinga gadis ini, sembari terus meremas kedua buah dada nya.
“Kalau sudah terbiasa tidak sakit lagi” Gumam Adriano.
“Ah, Ah..”Erang Reene saat laki-laki ini semakin cepat menekan penisnya di dalam sana.
“Oh..” Kembali sperma itu membanjiri rahim Reene.
Dipeluknya tubuh Reene begitu erat dari belakang, sembari bibirnya mengecup punggung mulusnya.
“Kenapa lama sekali datangnya, aku sangat rindu sayang..” Gumam Adriano.
Reene sudah lemas, tidak mendengarkan ucapan laki-laki ini. Lalu kedua matanya pun terpejam.
*
Suara kompor yang menyala di dapur mengganggu tidur nyenyak Reene.
“Ah” Erangnya, saat tubuhnya terasa remuk redam.
“Tubuh ku sakit semua” Gerutunya.
Ia pun bangkit dari atas ranjang, lalu mengambil kemeja longgar di dalam koper merahnya. Setelah itu keluar untuk mencari makanan, karena perutnya sangat lapar sekarang setelah habis-habisan menikmati malam panas dengan Adriano.
Tampak Adriano berdiri di sana dengan hanya mengenakan celana piyama, tapi dengan dada yang terpampang tanpa sehelai benangpun yang melindungi. Membuat kedua netra Reene terhipnotis.
Tidak bisa ia pungkiri, Adriano sama memikatnya dengan sang ayah yang dikenal sebagai laki-laki dengan tingkat kesempurnaan.
“Baby sini..?” Panggil Adriano, saat melihat Reene berdiri mematung di depan pintu.
Dengan malu-malu Reene melangkahkan kedua kakinya mendekati meja bar di dapur.
Senyum laki-laki ini tersimpul penuh kehangatan, sedangkan Reene baru saja menyadari kalau dirinya lah yang meminta untuk melakukan hubungan intim pertama kali tadi malam.
“Uncle Reene minta maaf” Ucap gadis ini.
Adriano mengernyitkan keningnya, menatap wajah Reene begitu lekat.
“Ini semua kesalahan Reene”Ucapnya, dengan suara yang terdengar parau.
“Reene tidak tahu kenapa semalam badan Reene terasa panas sekali” Ucap gadis ini, tanpa tahu kalau di depannya adalah seekor serigala yang sudah lama mengintai dirinya.
Adriano tersenyum, menghentikan sejenak aktifitasnya lalu mendekati gadis ini.
“Karena itu, sekarang Reene sudah jadi milik Uncle” Ucap Adriano.
“Mulai sekarang, kita tinggal bersama dan menjadi pasangan” Ucapnya lagi.
Reene menggigiti jari telunjuknya, ia tidak menyangka di hari pertama hidup di negara asing sudah melakukan kesalahan yang sebelumnya begitu pantang ia lakukan.
Jemari Adriano lalu melepaskan satu persatu kancing pada kemeja putih yang tengah Reene kenakan.
“Uncle kenapa di lepaskan ?” Gumam Reene.
“Saat kita berdua uncle minta kamu tidak menutupi tubuh indah kamu” Ucap Adriano.
“Tapi dingin, Reene tidak tahan dingin” Gumam gadis ini.
Adriano tertawa terbahak-bahak, kedua tangannya merentang lalu memeluk tubuh Reene begitu erat.
“Apa badannya sakit ?’ Tanya Adriano.
Kepala Reene mengangguk, tubuhnya sekarang seakan baru saja dipukuli oleh beberapa orang terasa begitu remuk redam.
“Nanti uncle pijat, tapi kamu harus mengganti panggilan kamu” Ucap Adriano.
“Panggilan?” Gumam Reene.
Kepala Adriano mengangguk.
“Kamu harus memanggil sayang saat kita sedang berdua” Ucap Adriano.
“Sayang ?” Gumam Reene.
“Apa ini namanya pacaran ?” Tanya Reene.
Adriano menggelengkan kepalanya.
“Bukan pacaran, tapi kamu sudah menjadi milik Uncle Seutuhnya” Jawab Adriano.
Reene tampak polos, tidak paham mengenai hubungan romantis antara laki-laki dan perempuan.
“Sama seperti suami dan istri, tidak boleh terpisah selamanya” Ucap Adriano, dengan kedua netra yang tampak begitu misterius.
Mulut laki-laki ini pun terbuka, kembali memberikan lumatan beringas di bibir gadis cantik ini. Mereka melanjutkan kegiatan panas bahkan di atas meja bar.
Tubuh Reene terlentang di atas meja, dengan kedua kaki terangkat bersamaan dua paha mulusnya terbuka lebar.
"Ah"Reene mencengkeram rambut Adriano yang menggelitik diantara kedua paha nya.
Mulut Adriano seperti sedang menyesap ice Cream tidak mau berhenti menjilati miliknya yang terus basah.
Dengan dada yang membusung ke atas, menatap dengan kedua netra pada lampu yang tergantung tepat di atas nya, Reene teringat prinsip hidupnya yang tidak akan jatuh begitu mudah pada seorang laki-laki. Tapi apa yang sekarang sedang ia lakukan, sejak semalam tubuhnya bahkan penuh dengan semua tanda cinta dari laki-laki yang seperti hewan buas menikmati selangkangan nya.
"Uncle, ge-li. Ah.."Erang Reene, lagi ia berhasil orgasme membuat Adriano semakin bersemangat menyetubuhi nya.
Adriano mengangkat tubuh Reene untuk dibawa masuk kembali ke dalam kamar tidur agar mereka lebih nyaman bersenggama.
*
Kedua telapak tangannya terus mencengkeram sprei, dengan mulut yang menganga mengeluarkan suara menjerit.
Suasana kamar begitu panas, saat peluh di tubuh Adriano membuat nya tampak begitu sexy.
Jemari Reene meraba dada kekar ini, sembari matanya menatap sayup pada laki-laki tampan di atas tubuhnya.
"Baby, Ti amo. I love you so much, Ah.."Erang Adriano, terus memompa tanpa jeda.
"Ah, Uncle.."Desah Reene.
Gerakan tubuh mereka bergerak seirama, bergetar di atas ranjang hingga tidak terkendali lalu kembali melemas saat Adriano berhasil menembakkan kembali jutaan mani nya di dalam rahim gadis cantik ini.
Deru nafas mereka terdengar kasar serta terputus-putus, dua tubuh masih menyatu saling berpelukan dengan erat.