Chapter 2
Setelah pulang dari Italia, Cristian kembali ke perusahaan untuk menyelesaikan pekerjaanya yang sempat tertunda beberapa waktu.
Di dalam ruang rapat, bersama para anggota eksekutif perusahaan Torrent. Cristian terlihat serius memperhatikan setiap pemaparan yang sedang dijelaskan oleh Direktur utama perusahaan raksasa ini.
Laki-laki ini selalu tampak tenang, tidak pernah menunjukkan ekspresi kemarahannya di depan umum, ia lebih senang memanggil para bawahannya yang bermasalah langsung ke ruangan nya lalu memberikan pelajaran dengan cukup keras.
Tatapan tajam dari kedua manik biru hazelnya membuat semua yang ada di dalam ruangan terdiam. Tidak perlu kalimat panjang lebar, Cristian hanya menjentikkan jemarinya memanggil asisten pribadinya yang selalu berada di dekatnya.
Cristian berdiri, lalu meninggalkan ruang rapat dengan semua tanda tanya dari para anggota. Mereka tertegun, lalu menghela nafas panjang karena pasti pemimpin tertinggi perusahaan ini akan marah besar kepada salah satu dari mereka.
*
Sesaat baru saja memasuki ruang kerja nya, Cristian harus menemui sang istri untuk meredam emosi yang tengah tertahan di hati nya.
“Jemput istriku” Titah Cristian, pada Louise. Asisten sekaligus sekretaris kepercayaannya sejak tujuh tahun lalu.
Louise pun menganggukkan kepala, mulai menjalankan tugasnya untuk segera menjemput istri dari pimpinan mereka.
***
Sedangkan di dalam butik miliknya, tepat di dalam ruang kerjanya. Claire tampak serius membahas mengenai pagelaran busana yang akan dilaksanakan pada musim dingin tahun ini.
“Kau tahu sendiri, Sebastian. Suamiku sangat pencemburu, mana boleh aku memakai gaun dengan belahan dada rendah hingga kedua puting ku akan terlihat” Celetuk Claire, saat bersama sahabat baiknya yang sudah menjadi perancang eksekutif di butik gaun pengantinnya.
Sebastian terkekeh, tidak bisa ia bayangkan Claire bisa bertahan dengan Cristian yang tidak pernah bisa berubah sejak dulu.
“Apa kegiatan seksual kalian masih begitu menggebu ?” Tanya Sebastian, memancing sahabatnya ini untuk membongkar kegiatan ranjang nya.
“Tentu saja, laki-laki paling Sexy di New York bahkan di dunia adalah suamiku, apalagi tubuhnya saat tidak memakai sehelai benang pun” Ucap Claire.
“Kalian ini, begitu harmonis” Gerutu Sebastian.
“Sedangkan istriku, hanya sibuk mengurusi Moses yang meminta pindah ke sekolah tempat Amore bersekolah” Gerutu Sebastian.
Sebastian bersama Emiley memutuskan berpindah kewarganegaraan dari Prancis menjadi Amerika serikat, setelah Claire meminta secara khusus untuk membantu mengembangkan bisnis butiknya yang sekarang sudah terkenal diseluruh penjuru dunia.
Tidak berapa lama, pintu ruangannya diketuk seseorang dari luar.
“Masuk” Sahut Claire.
“Nyonya, Asisten suami anda sudah menjemput” Ucap seorang pegawai wanita butik ini.
Claire menyeringai, saatnya ia akan menemui sang suami.
“Claire, kita belum menyelesaikan rapatnya” Gerutu Sebastian.
“Suami ku lebih penting” Ucap Claire, sembari mengambil loang coat cokelat yang tergantung pada pengait tepat di sisi kanan meja kerjanya.
Sebastian menggelengkan kepala, pekerjaan mereka memang selalu tertunda jika Cristian tiba-tiba saja menjemput Claire.
Claire pun melangkahkan kedua kakinya, tidak sabaran untuk bertemu sang suami.
*
Di dalam ruang kerja, Pimpinan tertinggi Torrent Company.
“Ah” Erang Claire, saat tubuh telanjang mereka bermain di atas meja kaca yang kokoh ini, tengah bersenggama dengan penuh gairah.
Cristian memompa miliknya dengan begitu kencang, membuat kedua payudara Claire memantul bak bola bekel.
Saat Cristian tengah marah, maka melakukan hubunga intim dengan sang istri mampu meredam emosinya yang tersulut. Claire selalu siap siaga, ia akan datang kapan saja saat suaminya membutuhkan dirinya.
Di atas meja ini, Cristian begitu kuat menekan bokongnya menjorok lebih dalam memasuki lubang hangat Claire, sedangkan satu tangannya meremas payudara besar yang masih begitu kencang.
Claire melenguh, begitu menikmati dengan kedua kakinya melingkar pada bokong berisi Cristian yang terasa menegang.
Posisi mereka lalu berubah, Cristian menurunkan tubuh Claire kemudian ia buat sang istri menahan tubuhnya dengan memegangi ujung meja ini. Kembali ia masukkan miliknya dengan hentakkan keras ke dalam, lalu mengguncangnya begitu cepat.
Tubuh mereka bergetar hebat, diiringi dengan erangan sensual dari keduanya.
Setelah tiga puluh menit, masih dengan tubuh yang tampak bugil. Cristian dan Claire saling merengkuh di atas sofa.
“Apa yang membuat suami ku begitu marah ?” Gumam Claire, sembari memainkan jemari lentiknya pada puting kecil Cristian.
Cristian menghela nafas panjang, pekerjaan sebagai CEO sekaligus pemimpim tertinggi di perusahaan ini bukanlah jiwanya. Tapi, ia harus menerima semuanya setelah sang Ayah meninggal dunia empat tahun lalu karena penyakitnya yang kembali kambuh.
“Para eksekutif membuat ku sakit kepala, sayang” Gumam Cristian, sembari mendekap tubuh Claire begitu posesif.
“Apa kamu masih tidak menyukai pekerjaan ini ?” Tanya Claire.
Helaan nafas Cristian begitu panjang, kemudian dihembuskan dengan kasar.
“Aku sudah berjanji kepada Daddy, maka aku harus menepatinya” Ucap Cristian.
Claire tampak sendu menatap kedua netra sang suami yang terlihat begitu merindukan pekerjaannya sebagai seorang pendidik.
Tubuh wanita cantik ini pun mundur, lalu duduk di atas tubuh Cristian. Kemudian kedua telapak tangannya menggenggam keperkasaan suaminya kemudian ia masukkan ke dalam mulutnya.
“OH” Cristian mengerang dengan begitu sensual.
***
Reene dan Amore baru saja pulang dari sekolah bersama sopir pribadi dan kedua pengawal pribadi wanita mereka yang begitu setia.
“Nona apa ada yang ingin anda beli ?” Tanya wanita dengan blazer hitam, serta rambut yang dikuncir kuda ke belakang.
“Tidak Catty” Jawab Reene begitu anggun.
“Aku ingin makan Pizza Catty, belikan yang porsi besar” Celetuk Amore.
Reene menghela nafas panjang, bagaimana kalau Ayah mereka mengetahui kalau sang adik sangat suka makanan cepat saji seperti itu. Maka hukuman tidak akan terelakkan.
“Tidak Catty, tidak perlu” Ucap Reene.
Amore menatap sang kakak, tidak suka dengan keputusan Reene yang membatalkan Pizza pesanannya.
“Reene, Amore ingin makan Pizza” Rengek gadis kecil dengan rambut dikuncir dua ke depan ini.
“NO !” Ucap Reene, tegas.
Amore terdiam, tidak bisa membantah sang kakak yang memang mewarisi sikap dan sifat sang ayah.
Dengan perasaan kesal, dihentakkan kedua sepatu pantofel putihnya ke lantai teras rumah besar mereka, lalu masuk sembari membuang muka.
Reene ikut masuk, ia harus menyelesaikan pekerjaan rumahnya yaitu beberapa tugas dari guru di sekolah.
Langkah kedua kaki gadis cantik ini perlahan menyusuri lantai dua dari rumah dengan tiga lantai ini. Tepat di ujung lantai ini, kamar tidur nya berada.
Reene memasuki kamar nya yang didominasi dengan sesuatu berwarna putih, mulai dari dinding yang bercat putih, tirai putih yang menyekat balkon itu, serta beberapa benda yang didominasi warna putih.
Setelah selesai berganti dengan gaun panjang yang menutupi tubuh indah dengan kulit putih nya yang merona. Reene mendekati meja belajar dimana laptop putihnya terletak.
Gadis ini memiliki kecantikan seperti sang ibu, yang semua orang tidak akan pernah bisa mengalihkan pandangan mereka pada dirinya. Tetapi sikap dinginnya benar-benar menggambarkan seorang Cristian.
[“ Reene siapa saja yang kamu temui tadi ?”]
Pesan itu berasal dari alamat surel milik Adriano, laki-laki yang terpaut usia lebih dari empat belas tahun dengannya.
Reene membacanya sejenak, lalu memainkan jemarinya pada papan ketik laptop mahal ini.
[“Guru dan Teman”]
Jawabnya begitu singkat.
Ia pun mulai mengerjakan tugas rumahnya dengan begitu berkonsentrasi. Gadis ini bukan hanya memiliki kecantikan yang luar biasa, tapi dirinya dianugerahi kecerdasan sama seperti kedua orang tuannya.
Pesan dari Adriano terus masuk ke dalam alamat surelnya, Reene membalasnya tapi dengan kalimat singkat seperlu nya saja.
Cekrekk (Pintu kamar nya terbuka)
Cristian dan Claire memasuki kamar tidur putri sulung mereka, ini merupakan kebiasan yang selalu mereka terapkan setiap pulang bekerja.
“Daddy, Mommy” Gumam Reene, dengan erat memeluk tubuh kedua orang tua nya.
“Apa sekolah Reene tadi berjalan lancar ?” Tanya Claire, yang sudah berjongkok di depan kursi putri cantiknya yang sedang duduk.
“Reene hanya bisa mendapatkan nilai sembilan puluh sembilan” Gumam gadis ini, tampak begitu lesu.
Claire tersenyum cantik, tangannya terangkat untuk mengusap wajah sang anak.
“No Problem, Reene sudah melakukan yang terbaik. Nanti diperbaiki lagi dengan terus belajar ya sayang ?" Ucap Claire.
Kepala Reene mengangguk pelan, lalu kedua matanya menatap sang ayah.
“Daddy, Reene minta maaf” Gumamnya.
Cristian bertindak sebagai seorang ayah yang hangat untuk kedua putrinya. Dengan lembut ia angkat tubuh anak gadisnya, lalu digendong.
“Daddy, Reene sudah besar” Gerutu gadis ini.
Mereka pun tertawa terbahak-bahak, melihat putri kecil yang seperti baru kemarin bisa merangkak tapi sekarang sudah semakin bertumbuh.
“Reene, Amore marah !” Celetuk gadis kecil itu, yang baru saja meringsek masuk ke dalam kamar sang kakak.
Amore bertambah masam, saat melihat ayah tercintanya hanya menggendong Reene.
“Daddy, Amore juga minta gendong” Celetuk gadis itu.
Cristian menatap wajah istrinya, lalu tersenyum.
“Sini Baby” Ucap Cristian, lalu mengangkat putri bungsu mereka di dalam gendongannya juga.
Keluarga kecil ini tampak begitu harmonis, dengan semua hal yang selalu diberikan kelancaran.
*
*
*
*
*
Delapan tahun kemudian.
Claire tidak hentinya menangis, saat menyadari kalau gadis kecilnya yang sekarang baru lulus dari sekolah akan melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi yaitu dunia perkuliahan.
Cristian terus menenangkan sang istri di atas ranjang mereka, dengan menciumi seluruh tubuh wanita yang sudah berusia empat puluh tahun ini.
“Kamu jangan menangis sayang..” Gumam Cristian, sembari melakukan penetrasi hingga berhasil masuk ke dalam rongga vagina Claire dengan begitu lancar.
Claire melenguh, tangisannya berubah menjadi erangan yang sensual.
Cristian perlahan memompa penisnya, hingga membuat tubuh Claire menegang.
“Cris, Ah.. Reene..” Erang Claire, dengan dada yang terus membusung ke atas.
“Iya Baby..” Jawab Cristian, dengan hentakkannya semakin buas.
Mulutnya terbuka lebar, lalu menggigiti puting susu sang istri bergantian dengan begitu kuat.
Claire dimabuk kepayang, tubuhnya bagai tersengat listrik, begitu menegangkan dan sakit tapi terasa nikmat sekali.
***
Sedangkan di kamar Amore, Reene tengah menatap sang adik dengan begitu emosional.
“Apa yang kau beli ini, Amore !” Ucap Reene, dengan intonasi suaranya begitu tinggi.
Amore terdiam mematung di depan sang kakak.
“Kau gila, membeli kondom. Untuk apa ?!” Tanya Reene, begitu murka.
Remaja putri berusia delapan belas tahun ini tidak pernah menaikkan suaranya sama sekali kepada sang adik, tapi berbeda dengan hari ini saat Amore tertangkap basah menyimpan kondom di dalam tas ransel merah muda nya.
“Itu, untuk perayaan ulang tahun ku ke tujuh belas. Reene !” Jawab Amore, tidak kalah emosional. Walaupun dirinya sangat takut kepada Reene tapi Amore mencoba melawan ucapan sang kakak.
“Kau tahu ini untuk apa ?” Tanya Reene, sambil menunjukkan kemasan kondom di telapak tangan kanannya.
Amore tertunduk, ia takut tapi sebagai gadis yang hidup di New York melepaskan keperawanan di usia tujuh belas tahun tidak akan menjadi masalah.
“Aku ingin melepaskan keperawanan ku !” Jawabnya, dengan berani.
Reene mendengus kesal, lalu mengerang.
“Stupid, idiot !” Ucap Reene, dengan kedua bola mata nya membulat karena murka.
Amore tampak murka, karena sang kakak mengatakan hal begitu kasar padanya.
“Kau terlalu konservatif Reene. Aku akan berdoa pada tuhan, kau akan terkungkung pada seorang laki-laki yang begitu terobsesi padamu dan mengambil keperawanan mu !” Celetuk Amore.
Plakk !
Tamparan keras mendarat tepat di pipi gadis berusia tujuh belas tahun ini.
“Dengar, aku tidak akan sebodoh itu bersama seorang laki-laki dan menyerahkan keperawanan ku begitu saja !” Bentak Reene, dengan deru nafas yang memburu.
Amore terdiam, kepalanya pun tertunduk karena sudah berkata begitu kasar pada sang kakak yang sangat dicintainya.
Reene pun keluar dari dalam kamar ini dengan begitu murka.
Brakk !
Pintu kamar tertutup dengan kasar.