Chapter 1
Firenze, Ibukota bagian Toskana, Italia.
Kota indah yang dijuluki sebagai Athena di barat ini begitu menakjubkan dengan bangunan-bangunan memukau yang berjajar begitu rapi. Selain karena keindahan arsitektur hasil karya dari para seniman dunia, kota ini juga merupakan pusat ekonomi, budaya, serta keuangan yang penting di negara Italia dan benua Eropa.
Tampak pintu tinggi nan megah dengan ukiran Eropa kuno di dalam gedung megah ini terbuka lebar, saat para tamu undangan memasuki aula dimana perayaan kelulusan dari seorang anak professor yang tersohor di semenanjung Eropa baru saja dimulai.
Alunan musik klasik terdengar indah, saat pianis serta violinis itu memainkan jemari mereka begitu lihai untuk menghipnotis para tamu undangan agar menatap penuh kekaguman.
“Benvenuti i coniugi Torrent a Firenze ?“ Sapa seorang laki-laki berkebangsaan Italia, berusia lebih dari enam puluh tahun.
“Terimakasih tuan Davidde” Jawab Cristian Torrent dengan menggunakan bahasa inggris, saat masih merangkul mesra sang istri tercinta di dalam rengkuhannya.
Cristian dan Claire beserta kedua anak perempuan mereka, Reene dan Amore sengaja datang ke Italia lebih tepatnya ke kota ini setelah mendapatkan undangan resmi dari laki-laki yang memiliki kemahsyuran atas dedikasinya di bidang seni di seluruh penjuru Eropa.
“Anda selalu tampak luar biasa Nyonya Torrent” Ucap laki-laki ini, saat berdiri berdampingan bersama putra tunggalnya yang terlihat begitu tampan.
“Terimakasih tuan Davidde, senang bisa diundang ke sini. Sekalian mengajak dua putri kami yang baru saja menyelesaikan ujian di sekolah mereka” Jawab Claire, sembari menatap kedua anak gadis nya yang tengah berdiri di sisi kanan dan kiri mereka berdua.
“Perkenalkan ini Amore Jillian Torrent putri kedua kami, sekarang usianya sudah memasuki sembilan tahun” Ucap Claire, memperkenalkan putri bungsu mereka yang terlihat lemah lembut dengan gaun berwarna merah muda serta rambut tergerai lurus ke belakang itu.
Amore yang memang memiliki sifat yang feminime menyambut hangat dengan sikapnya yang begitu manis kepada kenalan kedua orang tuanya ini.
Laki-laki yang memiliki gelar Professor ini menganggukkan kepala saat melihat putri seorang Cristian Torrent begitu anggun seperti sang Ibunda.
Berbeda dengan putri sulung pasangan ini, Reene. Gadis cantik itu tampak diam saja. Ia bukanlah Amore yang begitu ramah kepada siapapun. Reene memiliki kepribadian yang sangat mirip dengan Cristian, dingin dan tidak ramah.
“Reene, come here Baby..” Ucap Cristian, saat melihat putri sulung mereka sedang menyaksikan permainan dua wanita dengan alat instrumen klasik itu.
Reene mendekati kedua orang tuanya, lalu menggenggam telapak tangan sang Ayah.
“Ini Daddy perkenalkan, Professor Dominican Davidde” Ucap Cristian, kepada sang anak.
Reene membungkukkan sedikit tubuhnya, lalu memberikan senyum tipis di bibirnya.
Laki-laki yang berstatus sebagai guru besar di salah satu kampus terbaik di dunia yang ada di Italia ini pun terpaku dengan kecantikan putri pertama kenalan lama nya ini. Bukan berarti Amore tidak cantik, tapi jika dibandingkan Reene maka kecantikan Amore akan kalah.
“Ini adalah satu-satu putra saya, Adriano Dante Davidde” Ucap Dominican, yang memperkenalkan putra kebanggaannya.
“Selamat untuk Adriano, di usia yang masih menginjak dua puluh empat tahun sudah mendapatkan gelar sebagai doktor” Ucap Cristian.
Dominican menganggukkan kepala, karena begitu bangga kepada sang putra.
Sedangkan Adriano tidak pernah melepaskan pandangan kedua mata nya pada gadis bergaun biru malam, dengan rambut hitam pekat tergerai begitu indah yang kembali berdiri memperhatikan permainan instrumen kedua wanita itu.
Bibir laki-laki muda ini tersimpul manis, tidak bisa ia pungkiri kalau Reene adalah gadis paling cantik yang pernah ia temui.
Selama acara malam ini, Reene hanya tertarik mengenai seni. Bahkan lukisan yang terpajang di dinding-dinding itu tidak luput dari fokus kedua netra biru hazelnya.
Ada Amore disebelahnya, selalu mengikuti kakak perempuannya kemana pun melangkah.
“Reene, aku bosan disini” Gumam Amore, mengeluh kepada sang kakak.
Reene menoleh, menatap Amore, lalu telapak tangan kanannya menggenggam telapak tangan kiri sang adik.
“Amore bisa mengambil cemilan di sana” Ucap Reene.
Amore menatap pada meja panjang yang menyajikan banyak makanan penggugah selera, tapi kembali fokusnya pada sang kakak.
“Reene, Amore takut pada Adriano” Ucap gadis ini.
Reene tertegun, lalu melirik sejenak pada Adriano yang sedang berdiri sembari memegangi gelas berisi wine itu. Laki-laki itu tampak memperhatikannya sedari tadi, Reene tidak mengetahui arti tatapan itu tapi memang kedua mata biru gelap Adriano terasa begitu mengganggu ketenangan hati kecilnya.
“Tidak apa-apa itu hanya paman muda saja” Jawab Reene.
*
Malam semakin larut, Cristian bersama Claire mengajak kedua putri mereka kembali ke Hotel tempat mereka menginap sejak kemarin.
Sepasang suami istri ini, tidak pernah merubah kebiasaan mereka. Selalu saling menggoda saat berdua, ketika baru saja memasuki kamar luas dengan fasilitas super mewah di dalam nya.
Di dalam kamar hotel dengan nuansa romantis, yang langsung menghadap pada bangunan-bangunan megah dengan rancangan para arsitetur dunia itu, Claire tengah menarik resleting gaun merah maroon nya yang panjang menjuntai ke lantai.
Gaun berbahan terbaik itu jatuh di lantai, sekarang hanya menampakkan lekukan tubuh indah wanita berusia tiga puluh dua tahun ini yang hanya terbungkus bra hitam serta G-string hitamnya yang menggoda.
Cristian tersenyum nakal, saat ini tubuhnya ia biarkan saja bugil seutuhnya di atas ranjang. Menunggu pelayanan terbaik dari istri tercintanya yang semakin hari semakin mempesona.
Claire melangkahkan kedua kakinya, sembari berlenggak lenggok begitu sensual. Sedangkan Cristian, tengah menggigiti bibir bawahnya, miliknya sudah berdiri tegak tidak tahan untuk segera memasuki rongga kewanitaan sang istri.
Claire berhenti melangkah tepat di depan ranjang dengan sprei putih ini, lalu kedua tangannya melepaskan bra yang melindungi kedua payudara besarnya, kemudian melepaskan G-string yang menutupi kewanitaannya yang begitu mulus terawat.
Perlahan kakinya naik ke atas ranjang, lalu tubuhnya merayap menaiki tubuh kekar Cristian sembari bibirnya terus mencumbui setiap inci tubuh sang suami.
“Oh,baby..” Erang Cristian, saat mulut kecil istrinya sudah tiba di ujung penis nya yang sudah mengeras.
Claire membuka mulutnya, lalu memasukkan milik Cristian hingga sampai ke ujung rongga mulutnya. Cristian mengernyitkan keningnya saat mulut Claire tengah memuaskan dahaga begitu beringas.
Cristian mengerang, tubuhnya terasa tegang luar biasa. Apalagi mulut sang istri seperti ingin memakan kejantanannya yang perkasa dengan begitu buas.
“Oh, Baby..” Erangnya, saat miliknya sudah penuh dan akan segera menembak keluar seluruh cairan kentalnya.
“Ah !” Pekik Cristian, ketika merasa lega.
*
Kegiatan mereka bertambah panas, saat Cristian baru saja mengikat kedua tangan istrinya pada tiang ranjang, membuka kedua paha mulus ini lalu kepalanya tenggelam diantaranya.
Claire menjerit merasakan sesuatu yang sangat nikmat, saat mulut suaminya terus menyesap bibir vaginanya dengan begitu beringas hingga kedua payudaranya bergetar hebat karena terlalu tegang.
Kedua pahanya sejak tadi terbuka lebar, dengan kedua telapak kaki bergesekkan pada sprei putih ini hingga terlihat kusut.
Dengan menarik-narik ikatan dasi yang mengungkung kedua tangannya, Claire menggeliat seperti cacing kepanasan.
“Baby, Ah, Cris, Enak..” Erang Claire.
Mulutnya terus menganga, saat rangsangan suaminya berhasil membuatnya tidak berhenti memuntahkan cairannya di bawah sana. Begitupun dengan Cristian yang semakin beringas menjilati milik sang istri dengan mulut serta bibirnya.
“Oh” Erang Claire, dengan kedua dada membusung ke atas.
Lidah Cristian mulai menusuk lubang vagina nya di bawah sana, memainkannya begitu nakal.
“Baby, siap-siap” Ucap Cristian, sesaat baru saja menyelesaikan cumbuannya.
Dengan tubuh berotot, tampak begitu perkasa di depan tubuh bugil sang istri. Cristian tengah mengusap miliknya dengan lembut.
“Masuk, Cris. Cepat, sa-yang..” Erang Claire tampak sudah tidak tahan.
Bibir Cristian menyeringai, miliknya yang sudah berdiri kokoh itu langsung mendobrak liang hangat sang istri hingga menjerit bak kesetanan.
Tubuh Cristian membungkuk, dengan bokong yang sudah siap memompa miliknya. Mulutnya terbuka, lalu mulai menyesap puting susu dari payudara besar ini.
Teriakan, serta desahan di dalam kamar dengan tarif paling mahal ini menjadi saksi bahwa kegiatan seksual mereka tidak akan pernah meredup sampai kapan pun.
Claire menyibak senyumnya, saat pompaan Cristian semakin cepat, dengan tubuhnya yang masih berada di bawah kungkungan sang suami.
Mereka menyatu di atas ranjang ini, seakan tidak ingin terlepas. Diiringi tawa bahagia Claire saat suaminya berhasil menembakkan jutaan sperma itu ke dalam rahimnya.
“Oh, Baby. Hangat sekali” Erang Cristian, sembari mencumbui tengkuk leher mulus Claire.
Claire terus melenguh, menikmati tubuhnya yang seakan berada di atas awan begitu nikmat hingga rangkaian kata tidak bisa ia keluarkan dari dalam mulut sensualnya.
*
*
Ini adalah hari ketiga keluarga Torrent berada di Firenze, Italia.
Cristian masih di dalam kamar bersama Claire, sedang memadu kasih dengan begitu bergairah.
“Hahaha..” Tawa Claire menggelegar, saat bokong mulusnya terus dicumbui oleh bibir tebal sang suami.
“Ah !” Pekik Claire, saat Cristian menggigiti bokongnya.
“Baby, slow down” Ucap Claire, yang sedang membaca majalah Fashion dengan tubuhnya yang masih polos tanpa sehelai benangpun di atas ranjang besar ini.
Sedangkan Cristian, tengah memberikan pagi yang menggairahkan untuk sang istri. Ia membuat tubuh Claire terlentang, lalu mulutnya dengan cepat mengulum puting susu Claire bergantian dengan begitu beringas.
“Ah, Baby..” Gumam Claire, dengan manja.
Bibir Cristian lalu menjalari tubuh mulus ini dengan terus memberikan kecupan hingga tanda merah mendominasi kulit putih Claire.
Claire tidak tahan, majalah ditangannya terlepas, ketika Cristian mulai menenggelamkan kepalanya di antara kedua pahannya.
“Baby, aku bawa alat permainan kita” Ucap Cristian.
Claire terkekeh, sedangkan Cristian mengambil bola kegel di dalam koper hitam di sana. Kemudian kembali lagi mendekati Claire yang sudah terlentang pasrah di atas ranjang.
“Buka baby..” Ucap Cristian.
Claire membuka kedua pahanya lebar-lebar, lalu Cristian memasukkan bola berukuran kecil ini sebagai alat untuk meregangkan otot vagina dengan lembut ke dalam rongga sang istri.
Claire menggigiti bibir bawahnya, lalu mengernyitkan kening saat bola berukuran lebih kurang tiga centimeter itu memasuki rongga hangatnya.
“Sakit ?” Tanya Cristian.
“Dingin” Gumam Claire.
Cristian tersenyum, bibirnya dengan lembut mengecup sisi kewanitaan sang istri lalu ia pun beranjak untuk masuk ke kamar mandi.
“Cris, nanti kamu ke kamar Reene dan Amore” Teriak Claire, yang malas sekali untuk beranjak dari atas ranjang, mengingat semalam mereka melakukannya hingga pukul dua dini hari.
“Oke,, Baby..” Jawab Cristian, yang baru saja memasuki kamar mandi dengan pintu yang dibiarkan terbuka begitu saja.
***
Sedangkan di dalam kamar yang berbeda, Reene tengah menatap layar ponsel pintarnya. Ia tengah menyaksikan seorang pelukis dunia yang sedang melakukan wawancara secara langsung.
Sedangkan Amore terdengar tertawa sendiri menyaksikan program favoritnya yang tayang pada layar datar Televisi itu.
Teng.. Teng..
Bell pintu kamar mereka berbunyi.
Reene mengalihkan pandangannya. Tubuhnya pun beranjak, mungkin saja itu kedua orang tua nya yang akan mengajak mereka untuk berjalan-jalan sebelum besok malam kembali ke New York.
Pintu kamar ini dibuka Reene dengan perlahan.
Kedua mata dengan manik biru hazel itu menangkap sosok laki-laki muda sudah berdiri di depan kamar hotel mereka.
“Uncle Adriano ?!” Celetuk Reene.
Bibir laki-laki tampan bermata biru gelap ini tersimpul tipis, tatapannya seakan menghipnotis. Begitu tampak misterius, hingga Reene yang sangat cerdas tidak mampu membaca niat dari laki-laki ini.