Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

Bab 6 Menerima Taruhan

Bab 6 Menerima Taruhan

Andrew tidak konsentrasi di kelasnya, dia merasa sangat kacau dan galau. Berakhirnya hubungannya dengan Bella membuat Andrew sangat kacau. Rasanya sulit sekali menerima keputusan Bella yang dia anggap keputusan sepihak.

Beberapa saat kemudian pikirannya melayang ke beberapa hari yang lalu, saat Nuno menantangnya taruhan untuk mendapatkan Moza. Apakah saat ini waktu yang tepat untuknya? Andrew benar-benar tidak bisa konsentrasi di kelasnya. Bahkan beberapa kali dia menerima teguran guru karena ketahuan melamun, entah apa yang dia lamunkan.

Jam istirahat, para siswa seperti berlompatan keluar kelas menuju kantin, hanya beberapa orang terlihat tetap di kelas. Seperti halnya Andrew hari ini, tidak ada sama sekali keinginan ke kantin seperti biasanya.

“Bos Bro, kenapa tidak ke kantin? Biasanya juga sudah paling dulu kesana. Belum lapar Bos?" Reno teman kelas Andrew bertanya.

“Bukan begitu, aku lagi malas kesana. Tapi Ren, aku minta tolong belikan aku ayam geprek ya sama teh botol dingin. Aku makan di depan kelas saja.”

“Oke Bos Bro, seperti biasanya ya? Plus saus sambalnya kan?"

“Iya, buatmu sekalian ya.”

“Siap Bos,” Reno teman Andrew yang sering mendapat tugas membelikannya makan dan sudah sangat hafal dengan kebiasaan Andrew segera pergi meninggalkannya menuju ke kantin. Setelah pesanan Andrew datang mereka makan di gazebo kecil yang kebetulan berada tidak jauh dari kelas mereka. Setelah selesai makan, Nuno dan teman-teman mereka yang lain berkumpul bersama Andrew.

“Andrew janjimu belum kamu tepati sampai sekarang,” ujar Nuno begitu mereka duduk. “Taruhan kemarin mau kamu batalkan atau bagaimana?”

“Ah kamu itu sangat tidak sabar, heran aku mesti buru-buru begitu,” jawab Andrew, berusaha terlihat santai.

“Aku hanya khawatir sama Zico. Dia sekarang selalu terlihat bersama Moza. Padahal kan Moza selama ini selalu terlihat bersama Sofi. Tapi sudah seminggu ini Moza selalu bersama Zico, terutama saat pulang sekolah. Mereka terlihat sering pulang bersama. Apa mungkin mereka sudah jadian ya?” Nuno sengaja memanas-manasi Andrew dan tersenyum ketika upayanya berhasil.

“Tidak boleh! Moza harus sama Andrew!” ucap Andrew dengan penuh penekanan. Teman-temannya saling pandang.

“Serius Ndrew?” Nuno menahan kekehannya diam-diam.

“Iya, aku serius! Aku terima taruhan darimu No, pokoknya lihat saja nanti bagaimana aku jadian sama Moza. Tunggu tanggal mainnya,” ujarnya yakin.

“Oke, aku tunggu tindakan nyata darimu,” Nuno menepuk pundak Andrew dengan seringai yang membuat perut Andrew terasa sedikit mual.

“Iya, pokoknya kalian nanti akan lihat bagaimana dia bertekuk lutut padaku,” ucap Andrew sombong.

“Iya percaya kalau sudah ada bukti bukan janji,” kekeh Nuno.

Dan tidak lama kemudian pembahasan mereka harus terhenti karena bel istirahat telah selesai berbunyi, dan mereka harus kembali belajar pada mata pelajaran selanjutnya. Beberapa jam kemudian tanpa terasa bel pulang pun berbunyi, menandakan waktu kegiatan belajar mengajar menjadi usai dan segala aktivitas sekolah pun terhenti.

Moza merapikan peralatan sekolahnya. Dia bergegas pulang terlebih dahulu baru ke rumah sakit dan kemudian menuju Fly Club tempat kerjanya.

“Kamu pulang naik angkot Za?” tanya Sofi.

“Belum tahu ini, aku naik angkot atau naik ojek online.”

“Biasanya diantar Zico?” goda Sofi.

“Katanya hari ini dia harus menjemput mamanya di bandara Sof," jawab Moza.

"Kalian pacaran Za?"

"Tidak. Kata siapa aku pacaran sama Zico?"

"Kok aku melihat kalian, akrab sekali. Seperti sepasang kekasih, kayak perangko," tanya Sofi serius.

"Aku dan Zico hanya berteman. Jangan buat berpikir aneh-aneh yang melahirkan rumor,” kekeh Moza.

"O begitu, iya sudah kalau itu tidak benar, aku pulang ya. Jemputanku sudah ada di parkiran sekolah, dengar saja klaksonnya tidak berhenti," kekeh Sofi yang menggunakan jasa mobil antar jemput.

Moza lalu keluar kelas berjalan menuju gerbang sekolah. Suasana sudah mulai sepi karena kelasnya pulang paling akhir dibanding kelas yang lain. Mungkin karena guru terakhir di kelasnya memang terlambat setengah jam masuk kelas untuk memulai jam pelajaran sekolah. Saat berjalan keluar kelas menuju ke gerbang sekolah, Moza dikejutkan dengan seseorang yang memanggil namanya.

"Moza! Tunggu!"

Moza menoleh dan terkejut mengetahui bahwa yang memanggilnya adalah pria yang pernah jadi kliennya di Fly Club. Sekilas Moza teringat malam kejadian saat mereka di dalam satu ruangan yang sama dan Andrew sempat bercumbu dengannya walaupun baru berupa foreplay.

Moza mempercepat langkahnya, bahkan sedikit berlari menghindarinya. Andrew mengejar dan menarik tangan Moza hingga gadis itu terlempar ke dalam pelukannya. Moza sangat takut dengan pemuda di depannya ini. Jantung Moza berdegup kencang dan tubuhnya bergetar. Bayangan malam kebersamaan mereka menghantui Moza.

Moza berusaha memberontak dan membebaskan diri dari Andrew, namun laki-laki itu bahkan menggenggam tangannya sangat erat. Moza masih belum berhasil membebaskan dirinya.

“Jangan coba-coba lari dariku Cantik,” bisik Andrew di telinga Moza. “Jika kamu masih berkeras jangan salahkan aku jika video ini beredar di semua media sosialmu,” bisik Andrew memperlihatkan ponselnya. Moza melotot saat melihat video berdurasi singkat dan memperlihatkan Moza yang setengah bugil di dalam kamar.

Andrew sempat mengambil gambar Moza saat gadis itu baru selesai mengenakan pakaian dalamnya setelah melakukan foreplay dengannya. Moza ingin merebut ponsel Andrew namun dengan cepat Andrew segera menyimpannya di dalam saku celananya seraya tersenyum tipis.

"Apa maumu?" tanya Moza pasrah.

"Mauku? Tidur denganmu," bisik Andrew di telinga Moza.

"Kenapa tidak ke Club saja mencariku jika hanya itu yang kamu inginkan. Bukannya kamu biasa main di Club?"

"Di sana terlalu banyak orang, aku tidak nyaman. Akan banyak orang yang akan melihat kebersamaan kita."

"Lalu kamu nau aku melayanimu di mana?"

"Aku akan memberitahukannya nanti saat kamu siap. Dan aku ingin kamu selalu melayaniku setiap aku menginginkannya," ucap Andrew seraya tersenyum devil.

"Kamu gila ya!"

"Iya, aku gila karena kamu!"

Moza mendorong tubuh Andrew dan akan berlari menghindari laki-laki itu. Namun lagi-lagi dia tidak berhasil karena tertahan dengan tarikan tangan Andrew yang berhasil meraih tangannya dan menggenggamnya erat.

"Katakan kamu bersedia."

"Aku sudah kamu ancam, jadi kamu pikir aku harus jawab apa?" tanya Moza menyindir Andrew.

"Kamu cerdas dan cantik. Aku suka."

"Terserah!"

"Dan, kamu juga lucu. Paket lengkap bukan? Lalu alasan apalagi yang membuat aku tidak suka padamu?"

"Kamu jahat!"

"Tidak Sayang, aku hanya ingin selalu bersamamu mulai saat ini, hanya itu saja. Tidak ada yang akan marah kan jika kita bersama? Tapi ada yang marah pun aku tidak perduli," lanjut Andrew kembali tersenyum.

"Aku mau pulang, lepaskan aku!"

"Aku akan memgantarmu pulang. Jam sekarang akan susah mendapat angkutan umum."

"Aku akan pesan ojek onine".

"Dia sudah ada di depanmu, Sayang,” rayu Andrew dengan wajah sok menggemaskan.

"Kamu ojek online?" tanya Moza dengan wajah keheranan.

"Khusus untuk kamu," jawab Andrew asal.

Dan Moza kembali pasrah untuk ikut bersama Andrew ke rumahnya. Sebenarnya dia ingin menolak, namun saat Andrew menatapnya tajam lagi-lagi Moza harus kembali pasrah dan mengikuti kemauan Andrew.

Di perjalanan menuju ke rumahnya, Moza terdiam, bersama cowok yang sebenarnya diam- diam Moza suka dan membuat dadanya selalu berdebar.

‘Ah bodoh, kenapa aku harus menyukai laki-laki brengsek seperti dia? Dia hanya ingin tubuhmu Moza, jangan sampai kedekatan ini membuatmu merasa diperhatikan dan akhirnya suatu saat dia akan menghempaskanmu seperti sampah,’ batin Moza dalam hati.

Sedangkan Andrew mengambil tangan Moza untuk memeluknya. Moza merasa gugup karena keintiman antara dia dan Andrew. Moza menarik tangannya yang sedang memeluk pinggang Andrew dengan pelan. Namun tingkah Moza terhenti karena tangan kiri Andrew menahannya.

Laki-laki itu bahkan mengelus pelan punggung tangannya seakan mengatakan pada nya bahwa, Moza harus tetap memeluknya dan meyakinkan padanya bahwa semuanya akan baik-baik saja.

"Dari sini masih jauh?" tanya Andrew saat mamasuki nama jalan yang Moza sebutkan.

"Di gang depan sebelah kanan."

"Rumahmu di dalam gang itu?"

"Iya."

Andrew membelokkan motornya ke arah yang disebutkan Moza dan beberapa saat kemudian Moza menyuruh Andrew untuk berhenti di depan sebuah rumah sederhana.

"Apa ini rumahmu?" tanya Andrew.

"Iya."

"Boleh aku masuk?"

“Silakan.”

***

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel