Bab 5 Putus
Bab 5 Putus
“Aku yakin dia wanita setia, dia tetap mencintaiku.” Kalimat terakhir Andrew itu membuat Nuno tertawa.
Istirahat sekolah Andrew ke kantin, sebelumnya dia ke kelas Bella untuk bertemu namun kelas Bella telah kosong. Tidak seberapa lama Andrew melihat Bella yang sedang bercanda bersama teman-temannya. Sudah seminggu ini hubungannya dengan Bella renggang. Bella seakan-akan sengaja memghindar darinya.
Dia ingin bertanya pada Bella kenapa kekasihnya itu tiba-tiba menghindar. Andrew ingin kejelasan, namun Bella seakan susah ditemui. Dia tetap menghindar dari Andrew. Andrew berjalan menghampiri Bella lalu menarik tangannya.
“Kamu kemana saja? Sudah berapa hari aku menunggu kamu pulang sekolah tetapi kamu tidak pernah ada,” ujar Andrew. Bella mendesis tidak suka.
“Aku sudah pulang lebih dahulu,” jawab Bella.
“ Kamu menghindar dari aku kan Bel?”
“Aku sibuk, jadwal pemotretanku sangat padat,” ujar Bella menghindar. Andrew menatapnya gusar.
“Tidak! Aku tahu bukan itu alasannya. Kamu sengaja menghindari aku. Apa kesalahanku?Kamu tidak memberiku alasan apapun!”
“Aku hanya ingin fokus dulu. Seminggu ini tugas sekolah sangat banyak dan aku terikat kontrak pemotretan.”
“Alasanmu basi!” Andrew hampir berteriak, membuat Bella sedikit menjauh darinya. Menyadari kesalahannya, Andrew menatap kekasihnya dengan lembut. “Bella, aku minta maaf jika aku salah. Tapi ayo kita bicarakan kelanjutan hubungan kita,” ucapnya lembut.
“Aku tidak ingin berbicara apa-apa Ndrew. Aku masih ingin menenangkan diriku. Biarkan aku sendiri dulu.”
“Bella, aku sayang kamu. Jadi jangan menghindar dariku,” pinta Andrew, tapi Bella bersikeras dengan pendiriannya.
“Sudahlah Ndrew, aku ingin sendiri dulu. Biarkan aku menyelesaikan urusanku dengan tenang,” ia balik meminta. Dan gadis itu melepas genggaman tangan Andrew. Dia meninggalkan Andrew yang mematung menatapnya.
Andrew melangkah gontai dan kembali ke dalam kelasnya. Dia tetap bertekad mencari cara bagaimana ia bisa memperbaiki hubungannya dengan Bella. Andrew masih tidak rela jika hubungan mereka kandas di tengah jalan.
“Andrew, kamu dari mana? Dari tadi aku cari kemana-mana, giliran bertemu wajahnya seperti orang hidup segan mati pun tak mau,” Nuno terkekeh jahil. Andrew menatapnya sebal.
“Aku sedang badmood, No. Ada apa mencariku?”
“Aku mau bertanya tentang kelanjutan taruhan kemarin kamu sanggup tidak?”
“Suasana hatiku sedang buruk Nuno. Aku malas memikirkannya, nanti akan segera aku jawab setelah kondisi aku kembali stabil,” ia meminta pada Nuno tanpa memperhatikan tatapan sahabatnya itu. Nuno menempuk bahunya dengan wajah setengah prihatin.
“Oke, Bro! Aku mengerti. Tapi tolong jangan lama-lama, karena teman-teman menunggu keputusanmu. Jika kamu tidak mau, mungkin teman yang lain bisa mengambil alih tantangan ini,” ujarnya dengan bibir mengumbar senyum.
“Iya, iya aku ingat. Aku akan jawab secepatnya, kamu tenang saja!”
“Siap Bro, aku tunggu,” berkata begitu Nuno meninggalkan Andrew.
Dan hari itu Andrew benar-benar merasa tersiksa akibat keadaan hubungan dengan kekasihnya Bella. Andrew tidak habis fikir dengan sikap Bella padanya, dia merasa tidak pernah melakukan kesalahan. Sebelumnya antara dia dan Bella baik-baik saja, hingga beberapa hari yang lalu sikap Bella padanya mulai berubah bahkan cenderung menghindar darinya.
Berulang kali Andrew menanyakan pada Bella namun Andrew tetap tidak mendapatkan jawaban yang berarti. Sampai akhirnya Bella memutuskan hubungan mereka. Andrew masih tidak menerima keputusan Bella, ia berencana akan memperbaiki semuanya. Dia ingin Bella membatalkan keputusannya.
Pulang sekolah Andrew bertekad akan kembali berbicara serius dengan Bella. Entah bagaimanapun caranya dia ingin hubungan mereka kembali membaik. Dan saat itu tiba, Andrew segera bergegas menemui Bella. Dia berlari ke luar kelas dan mencari wanita terkasihnya itu.
Di kelas Bella, Andrew tidak mendapati sosok orang yang ingin dia temui, sepertinya gadis itu sudah keluar kelas. Andrew lalu bergegas mencari di parkir sekolah arah gerbang masuk. Andrew tersenyum lebar saat menangkap bayangan wanita yang dia cari.
Ia bergegas melangkah ke arah wanita itu berdiri. Namun langkahnya terhenti saat dia melihat ada seorang laki-laki yang menjemput Bella. Dengan mesra Bella terlihat menggandeng pria tersebut dan pulang bersama-sama.
“Apakah laki-laki itu yang dia katakan kemarin kekasih barunya?” gumam Andrew dalam hati. Andrew melangkah lunglai, habis sudah semangatnya untuk memperbaiki hubungan bersama Bella.
Bella tidak akan mungkin kembali padanya, melihat kenyataan bahwa ia telah memiliki kekasih baru. Teringat kembali pertemuan terakhirnya bersama Bella kemarin. Terakhir kalinya Andrew menyandang status sebagai pacarnya.
Flashback On
“Andrew!” Bella memanggil Andrew yang baru saja keluar dari kelasnya untuk istirahat kedua. Suara yang membuat senyum seketika mengembang di bibir Andrew.
“Hey Baby, tumben mencariku kemari, biasanya kamu menghilang lebih dulu ke kantin,” ia bergegas mendekati Bella yang menunggu di luar kelas.
“Ada yang ingin aku bicarakan denganmu.” Entah mengapa, Andrew merasa tidak nyaman dengan pandangan Bella terhadapnya hari ini.
“Tentang apa? Kamu terlihat sangat serius, sesuatu yang penting?”
“Tidak enak jika kita harus berbicara di sini, Ndrew. Kita ke taman belakang saja ya,” ajak Bella, gadis itu berjalan mendahului Andrew.
Di taman belakang sekolah, Bella duduk di kursi taman. Menunggu Andrew yang melangkahkan kaki mendekat kepadanya. Andrew duduk di kursi taman yang kebetulan berhadapan dengan Bella. Andrew masih tidak mengerti mengapa Bella memanggilnya ke sini. Biasanya Bella tidak akan pernah mau menghabiskan waktunya di tempat ini. Bella selalu lebih senang duduk di kantin.
“Tidak biasanya kamu mengajakku ke tempat ini, mau pacaran di sini? Kamu pasti merindukan aku,” Andrew menggoda Bella yang hanya dibalas Bella dengan tersenyum tipis.
“Aku hanya ingin mengatakan padamu, bahwa mulai saat ini kita sudah tidak ada hubungan apa-apa lagi kecuali sebagai teman satu sekolah, sama seperti yang lain,” ujar Bella dengan suara pelan tapi terdengar begitu menyakitkan di telinga Andrew.
“Maksud kamu, kita putus?” tanya Andrew seolah tak percaya. Ia menatap gadis yang sangat dicintainya itu dengan mata sedikit mengecil. Bella menghindari tatapannya.
“Iya,” jawabnya pendek.
“Ada alasannya? Apa salahku, Bel?” tuntut Andrew.
“Kamu tidak salah Andrew, aku hanya bosan.” Kalimat itu terasa seperti godam di dada Andrew yang masih tidak percaya dengan apa yang ia dengar.
“Apa? Bosan? Bosan pacaran denganku?” ia bertanya seolah apa yang baru saja ia dengar hanya sebuah igauan atau halusinasi. Bella menatapnya sekarang.
“Iya, aku butuh seseorang yang berbeda, yang bisa membuat hari-hariku tidak membosankan,” jawab Bella tanpa ekspresi. Seolah ia sudah sangat terbiasa dengan kalimat itu.
“Aku tidak bisa terima alasan itu, Bella. Aku sayang kamu, kita saling menyayangi. Tidak akan ada kata bosan untuk orang yang tulus kita cintai dan sayangi,” Andrew berusaha meyakinkan Bella bahwa apa yang ia rasakan hanya perasaan sesaat. Bahwa perasaan cinta di antara mereka bisa mengalahkan kebosanan Bella.
“Buktinya aku bosan,” jawab Bella ringan.
“Berarti selama ini kamu bohong padaku. Kamu bilang kamu juga cinta dan sayang sama aku.”
“Benar. Tapi itu dulu. Sebelum kamu membosankan. Aku tidak suka hubungan yang monoton seperti ini.”
“Kamu ingin hubungan seperti apa, Bella?” tanya Andrew setengah putus asa.
“Seperti sebuah hubungan yang penuh dengan cerita. Yang membuat aku tidak merasa bosan.”
“Aku masih tidak mengerti dengan alasan yang kamu katakan padaku,” Andrew menatap Bella, gadis yang bersikap tidak peduli dengan apa yang baru saja ia katakan.
“Kenyataannya seperti itu dan aku tidak akan merubah keputusan ini. Jadi maaf, Andrew sejak saat ini hubungan kita putus.”
“Bella, tidak adakah alasan lain selain kamu bosan padaku?” harap Andrew.
“Tidak ada,” jawab Bella mantap.
“Beri aku kesempatan untuk memperbaiki hubungan kita. Aku akan melakukan apa saja yang tidak akan membuatmu bosan,” pinta Andrew sedikit memohon. Bella menggeleng kuat dan menatap Andrew tajam.
“Sayangnya aku tidak bisa Andrew, aku rasa sudah tidak ada lagi yang bisa kita lakukan selain berpisah. Maafkan aku jika ini membuatmu kaget dan tidak siap dengan keputusanku. Aku harap kita masih bisa berteman,” Bella berdiri dari kursi taman dan kemudian meninggalkan Andrew yang masih terpaku menatap kepergian Bella.
Andrew masih terdiam di taman belakang sekolah setelah menatap kepergian Bella hingga bayangan gadis itu tidak terlihat lagi. Andrew masih tidak percaya Bella tega memutuskan hubungan mereka secara sepihak hanya karena alasan bosan.
Harusnya Andrew marah, harusnya dia tidak terima. Namun karena dia terlalu sayang dan cinta pada Bella, hatinya tidak bisa membenci gadis itu. Andrew masih berharap semoga Bella bisa berubah pikiran. Andrew akhirnya berdiri dan melangkah gontai kembali ke kelasnya. Dia masih tidak bisa menerima kenyataan yang baru saja menimpa dirinya. Berkali-kali dia mengusak kepalanya dengan kasar.
Andrew berjalan menunduk dan sedikit melamun hingga dia tidak sadar dirinya menabrak seseorang.
“Auw!” teriak seorang gadis yang baru saja dia tabrak.
"Maaf," Andrew meminta maaf dengan sedikit terbata, karena ia memang sangat terkejut. Lebih terkejut saat melihat gadis itu jatuh terduduk membelakanginya. Dan saat dia menarik tangan gadis itu untuk membantunya berdiri, Andrew terkejut karena ternyata gadis itu adalah Moza.
Moza sendiri mendongak dan melihat orang yang menabraknya adalah Andrew. Dengan sigap Moza berdiri dan secepat kilat berlalu dengan berlari kecil menjauhinya. Andrew memperhatikan gadis itu sesaat, setelah itu dia kembali melangkahkan kakinya menuju ruang kelasnya.
Flashback Off