Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

Terasa kosong

Dominic berjalan masuk, hanya dengan menatap, pria tua itu terdiam, siapa yang tidak tahu tuan Dominic, pewaris tunggal keluarga Qin, salah satu dari tiga keluarga ningrat yang menguasai perjudian di negara ini. Terkenal kejam dalam menghadapi musuh musuh mereka, tanpa ampun, dan itulah yang membuat keluarga Qin sangat berkuasa dan disegani.

"tuan Dominic, apa yang membawa anda kemari?" tanya pria tua itu, seketika dirinya sudah tidak merasa mabuk lagi, dirinya tahu jika saat ini dirinya salah bertindak maka nyawanya, keluarganya dan bisnisnya akan hilang.

"Apa hubunganmu dengan gadis itu?" tanya Dominic dengan kedua tangan dilipat di depan dada dan berjalan perlahan mendekati pria tua itu.

Pria tua itu meskipun cukup kaya tapi bukanlah tandingan pria Qin ini, selain menguasai bisnis dunia hitam, keluarga Qin juga memiliki banyak bisnis resmi lainnya yang tentunya menjadikan keluarga Qin sangat penting di kota ini. Hubungan dengan para pejabat juga sangat baik, jadi orang yang waras tidak akan berani mencari masalah apapun dengan mereka.

"ha ha ha... tidak ada, saya hanya bercanda, dan seperti anda lihat, sepatu saya hanya terkena sedikit noda anggur, tidak masalah, tidak masalah" jawab pria tua yang sudah mulai berkeringat dingin.

Melihat kondisi yang mulai membaik, Luna mulai tenang, namun dirinya mulai terbatuk lagi dan sangat sesak. Suri melihat ibunya seperti itu hanya menangis dan memeluk erat ibunya.

"ibu..." teriak Suri, ibunya, Luna pingsan tidak sadarkan diri. Suri ketakutan, dirinya tidak pernah melihat ibunya seperti ini.

"segera bawa ke rumah sakit" perintah Dominic kepada pengawalnya.

"sisanya akan saya selesaikan" lanjut Dominic.

"baik tuan" jawab pengawalnya, membopong Luna berjalan meninggalkan ruangan, Suri berlari mengikuti mereka, dirinya tidak peduli lagi dengan apa yang akan terjadi. Saat ini kesehatan ibunya lah yang dipikirkannya.

Diluar hujan sangat deras, Suri membantu membuka pintu mobil, pengawal mendudukkan Luna yang sudah tidak sadarkan diri, lalu pria itu duduk di kursi pengemudi, mobil pun melaju.

Suri yang basah kuyup hanya bisa menangis, dirinya berdoa memohon kepada yang di Atas, memohon kesembuhan ibunya, hanya Luna yang dimilikinya, jika terjadi sesuatu pada Luna, Suri tidak yakin bagaimana dirinya bisa melanjutkan hidup.

Mereka tiba di salah satu rumah sakit ternama di kota, Luna langsung dibawa keruang IGD, tirai ditutup, Suri hanya bisa menunggu dan menangis. Pengawal tuan Dominic mengurus administrasi rumah sakit.

Dalam perjalanan, Dominic menatap ke luar jendela mobilnya, jari jemarinya mengetuk layar ponsel yang diletakkan disampingnya. Saat ini dirinya sedang menuju rumah sakit, pengawalnya sudah mengabari kepada supirnya.

Hujan deras mengguyur kaca jendela, Dominic tersenyum dingin, dirinya yakin besok, pria tua itu akan sangat menyesal telah mengganggu gadis kecil itu, dirinya bermain sedikit dengan saham perusahaan pria tua itu.

Tiba di rumah sakit, supir membukakan pintu untuk Dominic, dan membuka payung untuk melindungi tuannya dari hujan. Dominic berjalan ke ruang IGD yang berada tepat di samping pintu utama rumah sakit. Dominic melihat gadis kecil itu duduk meringkuk di sudut ruangan, tubuh mungil itu bergetar hebat, dirinya yakin gadis kecil itu sedang menangis.

Pengawal berjalan menghampiri Dominic, dan menjelaskan apa yang terjadi, tidak lama seorang dokter menghampiri mereka dan bertanya "apakah anda wali dari pasien ini?" sambil menunjuk ke arah Luna yang terbaring tidak sadarkan diri.

"ya" jawab Dominic lugas.

"ehm.. baiklah, kami sudah melalukan pengecekan, pasien menderita kanker paru, dan sudah memasuki stadium akhir, jadi.. " jelas sang dokter.

Dominic mengangguk, Dominic mengerti dengan kondisi tubuh yang sudah sangat rentan ditambah dengan penyakit yang kronis, dirinya tahu pasien tidak akan mampu menjalani pengobatan apapun, apalagi kemoterapi. Dokter pun pamit meninggalkan mereka.

"apakah dia sudah tahu?" tanya Dominic kepada pengawalnya, yang dimaksudnya apakah Suri sudah tahu mengenai kondisi penyakit ibunya.

"sudah tuan, tadi dokter sudah menjelaskan kepadanya secara langsung" jawab si pengawal dengan hormat.

"pindahkan ke kamar VIP, lakukan apa saja yang bisa dilakukan" lanjut tuan Dominic.

Pengawal mengangguk, lalu berjalan meninggalkan tuan Dominic. Dominic berjalan ke arah Suri yang masih menangis. Dominic duduk di lantai di samping Suri, tidak berkata apa apa hanya ingin menemani nya.

Suri yang merasakan kehadiran seseorang disisinya, mengangkat wajah dan melihat kesamping. Melihat Dominic yang berada disisinya membuat harapan tumbuh dalam hati kecilnya. Kedua tangan mungilnya menggenggam lengan Dominic, masih berlinang air mata, Suri berkata "tuan.. tuan.. tolong... tolong bantu ibuku, tolong minta dokter sembuhkan ibu ku" dengan suara bergetar. Suri tidak kenal pria itu, namun dirinya yakin pria itu memiliki banyak uang, uang dapat menyelesaikan masalah apapun, pikir Suri dalam hatinya.

Dominic menatap Suri, gadis kecil di hadapannya sangat kurus, wajahnya basah berlinang air mata, tatapan mata terpancar kelelahan dan keputusasaan.

"tolong.. tolonglah... aku akan membalas kebaikanmu, apapun itu akan aku lakukan" lanjut Suri dengan suara bergetar, saat ini hanya pria itu harapannya.

"ibumu akan dipindahkan ke ruang VIP, temani ibumu selagi bisa, bukankah dokter sudah menjelaskan semuanya padamu?" tanya Dominic, walaupun kata katanya terasa kejam, namun Dominic tidak bisa memberikan harapan apapun yang dirinya yakin tidak dapat dipenuhi. Sudah saatnya gadis kecil itu menghadapi kenyataan hidup yang kejam ini.

Suri terdiam, air mata masih mengalir deras, memang dokter sudah menjelaskan semuanya namun dirinya tidak ingin mempercayainya, bukankah selalu ada keajaiban, apakah dirinya tidak pantas merasakan keajaiban itu. Apakah karena mereka miskin mereka tidak pantas mendapatkan keajaiban.

Dominic berdiri, merapikan celananya seraya berkata "temani ibumu, temui saya jika sudah waktunya, tidak perlu risau soal biaya, semua saya tanggung" setelah itu Dominic berjalan meninggalkan rumah sakit.

Seorang perawat menghampiri Suri dan berkata bahwa mereka akan memindahkan ibunya ke kamar di lantai atas. Suri mengangguk dan berjalan mengikuti perawat itu, saat ini dirinya seperti mayat hidup, kosong, seperti itukah rasanya jika sudah tidak memiliki harapan??.

Luna dipindahkan ke kamar yang luas, alat bantu pernapasan dan berbagai selang terpasang di tubuh ibunya yang kurus dan pucat Suri duduk di kursi di samping tempat tidur ibunya, Suri menggenggam tangan ibunya, menatap wajah ibunya yang saat ini terlihat sangat berbeda, sangat pucat dan tirus.

Suri tertidur masih dengan menggenggam tangan ibunya.

"Su.. ri.. Suri" Luna memanggil perlahan putrinya, dirinya tidak lagi memiliki banyak tenaga.

"ibu.. ibu" Suri terlonjak dari tidurnya, langsung berdiri begitu mendengar ibu memanggilnya.

"saya.. saya akan panggil dokter" lanjut Suri hendak berlari ke luar ruangan.

"jangan.. jangan..." kata Luna sambil menggenggam erat tangan putrinya, dirinya yakin tidak lagi memiliki waktu yang banyak.

"ibu..." ucap Suri berhenti, menatap ibunya, air mata mulai bercucuran di wajahnya.

"ambil.. ambil.. di saku baju ibu" kata Luna, sangat sulit untuk berbicara saat ini.

Pakaian ibunya sudah diganti dengan pakaian pasien, baju ibunya diletakkan dalam lemari, Suri berjalan ke arah lemari dengan sempoyongan. Membuka lemari, mengambil baju ibunya, memeluk baju itu dan berjalan kearah Luna yang masih terbaring.

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel