Bab 6 Masalahnya adalah masalahku
Suri masih memeluk ibunya yang mulai mengamuk, berusaha menenangkannya, Suri tahu kesehatan ibunya menurun drastis belakangan ini, dirinya takut jika ibunya terlalu emosi akan berdampak buruk untuk kesehatannya.
"ah.. tuan, maafkanlah dia, bagaimana jika pembayaran kepada anda dicicil?" ucap sang manager kepada pria tua yang sedang mabuk. Bagaimana pun sang manager melihat Suri tumbuh besar dari kecil, jadi dirinya juga tidak ingin gadis baik seperti Suri terjebak dalam dunia kelam ini.
"cicil? cicil katamu? gaji mu selama satu tahun pun saya yakin tidak akan cukup untuk mengganti sepatu kulit asli ini!!!" raung pria tua itu kepada sang manager. Walaupun ingin membantu Suri, namun sang manager juga tidak berani mempertaruhkan pekerjaan nya, semua orang yang bekerja disini memiliki kesulitannya masing masing.
"ya... gadis itu saja tuan, cepat atau lambat dirinya juga akan kehilangan keperawanannya, bukankah lebih baik itu untuk anda tuan..." tambah wanita penghibur tadi, Suri mengenal wanita itu, wanita baru di rumah bordil ini, belum satu bulan disini. Suri tidak pernah mencari masalah dengannya, namun mengapa wanita itu sangat kejam.
"ya.. ya.. tentu, saya tidak perlu melihat wajahnya.." lanjut pria tua mabuk itu sambil tertawa gembira.
Pria tua itu berjalan ke arah Suri, lalu jongkok dihadapannya, tangannya menggenggam dagu Suri, menggerakkan wajah Suri ke kiri ke kanan seakan menilai wajah Suri.
Luna yang melihat hal tersebut, langsung mendorong pria tua itu, Luna berteriak "lari Suri, lari.. " sambil mendorong Suri menjauh. Suri terkejut, menatap ibunya, dirinya mematung.
"pergi.. lari... apakah kau ingin berakhir seperti mereka???" raung Luna sambil menunjuk ke arah para wanita penghibur itu.
Suri terlonjak berdiri, dirinya takut, takut terjebak dalam kehidupan seperti ibunya, takut berakhir menjadi wanita penghibur. Suri mundur beberapa langkah.
Pria tua mabuk yang tadi terjatuh karena di dorong Luna, berdiri lalu menampar wajah Luna, dan berkata "kau ingin mati!!!????".
Suri berbalik dan berlari keluar ruangan, pria tua itu berkata "kejar!!!". Sang manager mengabaikannya, dan berjalan menghampiri Luna untuk memeriksa keadaannya. Wanita penghibur itu berkata " tenang tuan, saya akan temukan dia untukmu" lalu berjalan meninggalkan ruangan mengikuti Suri.
Wanita penghibur itu berteriak ke arah petugas keamanan berkata "pastikan Suri tidak keluar dari sini".
Suri melihat dirinya diikuti wanita itu, awalnya Suri hendak keluar meminta bantuan polisi, namun saat ini dirinya sudah tidak dapat keluar dari sini. Suri berlari ke lantai atas, matanya kabur karena tertutup air mata, hatinya sakit melihat bagaimana ibunya di perlakukan. Dalam suasana hati yang kacau, mendadak satu nama muncul dibenaknya, Dominic, ya.. tuan Dominic, kartu hitam.
Suri yang masih berlari, mengambil dompet lusuh dari sakunya, mengeluarkan kartu hitam yang diberikan oleh pria itu. Dan berlari sekencang mungkin ke lantai 3. Di lantai 3, Suri di hadang oleh pria tegap, lalu Suri menunjukkan kartu hitam dan seraya berkata "tuan Dominic, saya perlu bertemu tuan Dominic, sekarang..".
Pria tegap melihat kartu itu, lalu mengambilnya, setelah memeriksa beberapa saat, pria itu meninggalkan Suri.
Suri yang ditinggalkan merasa takut, reaksi apa itu? mengambil kartu itu lalu pergi meninggalkannya begitu saja.
"kau tidak bisa lari lagi" terdengar suara wanita genit dari arah belakang Suri.
Suri berbalik menatap wanita itu, "mengapa kamu begitu kejam terhadapku?" tanya Suri, dirinya yakin tidak pernah mencari masalah dengannya.
Wanita itu tertawa mengejek dan berkata "kau jelek, sangat jelek, tentunya nasibmu juga harus sama dengan tampang mu" dirinya cemburu dengan Suri yang tidak perlu bekerja seperti mereka, bagaimana Suri yang buruk rupa lebih beruntung dari dirinya yang sangat cantik, pikir wanita itu dalam hatinya.
Wanita itu melangkah maju mendekati Suri, Suri berjalan mundur menjauhi wanita itu. Air mata mulai bercucuran di pipinya, lalu mendadak terdengar suara seorang pria dari belakang Suri, yang berkata "dia cantik, sangat cantik, dan nasibnya tentu harus lebih cantik".
Suri berbalik mencari asal suara pria itu, Suri melihat tuan Dominic berjalan menuruni tangga, tuan Dominic sangat tampan, rambut hitam tersisir rapi, postur tubuh yang tinggi dan tegap, dan dibalut dengan setelan jas yang terlihat sangat mahal. Suri yang tidak pernah menjalin hubungan apapun dengan pria, menatap Dominic yang berjalan menghampirinya membuat siluet Dominic menjadi pria impiannya, Suri yang polos mengagumi pria itu, terpesona akan pria itu.
Dominic berjalan kearah Suri, dan berdiri disampingnya, lalu berkata "dia orang ku, masalahnya adalah masalahku, jadi katakan apa masalahmu?" sambil menatap dingin kearah wanita penghibur itu.
Orang ku, seakan akan Suri adalah bagian dari keluarga pria itu, kata kata itu membuat hati Suri terasa hangat, dirinya tidak pernah mendapat pengakuan seperti itu. Suri menatap tuan Dominic yang berdiri disampingnya, sangat tinggi, Suri harus menengadah untuk melihat wajah pria itu. Dominic membalas tatapan Suri dan tersenyum hangat padanya.
Wanita penghibur itu mundur, dan berkata "dia harus membayar hutangnya, anda jangan ikut campur".
Dominic tertawa, apakah wanita itu bodoh atau gila mengatakan agar dirinya tidak ikut campur atau telinganya yang bermasalah.
Dominic memanggil pria bertubuh tegap yang merupakan pengawalnya, dan berkata "selesaikan masalahnya". Pria itu mengangguk dan bergegas turun ke lantai bawah untuk memeriksa apa yang telah terjadi, Suri berlari mengikuti pria itu.
Dominic berjalan perlahan ke arah wanita penghibur itu dan dengan perlahan berkata "jika kau tidak ingin menyesal maka jangan ikut campur".
Suara perlahan namun dapat membuat hati orang yang mendengar menciut, itulah yang terjadi pada wanita itu. Wanita itu berbalik dan berlari menghindari Dominic. Dominic berjalan santai turun ke lantai bawah, biasanya dirinya akan menyerahkan segalanya kepada anggotanya, namun saat ini dirinya cukup penasaran akan masalah apa yang dihadapi gadis kecil itu.
Suri dan pria itu masuk keruangan tadi dilantai satu, Suri melihat ibunya masih terduduk di lantai, dan segera menghampirinya.
"apakah ibu baik baik saja?" tanya Suri masih berlinang air mata.
Luna merasa sesak, namun dirinya berusaha menenangkan diri agar dapat menjawab pertanyaan putrinya "tidak apa apa". Saat ini Luna sudah bertekad akan melakukan apapun untuk mencegah Suri terjerumus ke dalam dunia kelam ini, tidak masalah jika nyawanya di pertaruhkan.
Suri melihat ibunya, pipi ibunya lebam dan sedikit bengkak, Suri dapat melihat ibunya kesulitan bernapas, saat ini Suri hanya bisa memeluk ibunya dan mengelus punggung ibunya dan masih sambil menangis.
Pria tua itu menatap pengawal Dominic dan berkata "apa mau mu? gadis itu milikku, jangan ikut campur, tidak tahukah kamu siapa aku??" dengan nada bicara yang sangat sombong.
"perhatikan perkataan mu dan pastikan dengan siapa kamu berurusan!!" balas pengawal Damian dingin.
"kau, pria rendahan yang tidak jauh berbeda dengan mereka, bagaimana kamu dapat mengganti rugi sepatu kulit asli ku yang sangat mahal??" lanjut pria tua mabuk tadi sambil menunjuk ke arah Suri dan ibunya.
"mohon sabar tuan, masalahnya ibu nona Suri tidak sengaja menumpahkan minuman dan mengotori sepatu tuan ini" sang manager membantu menjelaskan keadaannya kepada pria tegap pengawal tuan Dominic, karena sang manager tahu pria itu adalah pengawal pribadi tuan Dominic tamu VIP lantai 3.