Bab 5 Masalah Datang
"baiklah" jawab Suri bahagia.
"dan pulanglah sekarang" sang mandor berkata dan kemudian pergi meninggalkan Suri.
Bagaimanapun Suri bersyukur, walaupun tangannya terluka, namun saat ini ibu dan dirinya dapat menikmati apa yang namanya beristirahat di rumah selama satu minggu tanpa adanya pemotongan gaji.
Suri berjalan pulang sambil bersenandung bahagia, jarak tempat kerja dan rumahnya berdekatan, jadi tidak sampai lima menit, Suri sudah tiba di rumah.
"apakah kamu membuat masalah?" tanya ibunya langsung saat melihat Suri masuk ke dalam rumah, karena Suri pulang lebih awal dari biasanya.
Belum sempat Suri menjawab, ibunya sudah berlari kearahnya dan memegang tangan Suri yang di balut perban.
"apa yang mereka lakukan padamu?" tanya ibunya mulai menangis.
"tidak ada bu..." jawab Suri sambil berusaha menenangkan ibunya, dapat dimengerti kekhwatiran ibunya, bukanlah hal yang mudah bekerja di dunia porstitusi seperti ini.
Suri segera menceritakan apa yang terjadi kepada ibunya, dirinya tidak ingin ibu memiliki pemikiran yang tidak tidak.
"anak bodoh" ibu memarahi Suri.
"jangan mencampuri urusan orang lain, tidakkah kamu lihat bagaimana sulitnya hidup kita, apa yang akan terjadi dengan kami jika kamu terluka parah" kata ibunya masih berderai air mata.
Setelah mendengar perkataan ibunya, Suri baru menyadari tindakannya sangat berbahaya, bagaimana jika dirinya yang terkena tusukan pisau dan mati, jika dirinya mati bagaimana dirinya dapat berbakti kepada ibu dan nenek.
"maafkan saya bu, lain kali Suri tidak akan berani" jawab Suri perlahan.
"masih berani berkata lain kali.. tidak akan ada lain kali, jika kamu tidak ingin ibumu mati karena marah" lanjut ibu masih sambil menangis.
Suri memeluk ibunya erat, Suri tahu tekanan hidup yang mereka alami sangat berat apalagi untuk.ibunya.
"maaf sudah membuat ibu khawatir" jawab Suri perlahan.
Luna menghapus air matanya, diusia senjanya dirinya masih harus bekerja membanting tulang, walaupun Suri bukan anak kandungnya, namun Luna sangat menyayanginya, Suri anak yang pengertian, selama ini tidak pernah membuat dirinya khawatir.
"baguslah jika kamu mengerti, tidurlah, besok sudah mulai sekolah, tidak usah membantu ibu bekerja lagi, tunggu tanganmu sembuh dulu" ucap Luna sambil mengelus wajah cantik putrinya.
Suri teringat hak cuti yang didapatnya, awalnya dirinya sangat gembira namun setelah melihat reaksi ibunya, membuat Suri ragu untuk menyampaikannya.
"ada apa lagi?" tanya Luna kepada putrinya.
"ehm... bu.. untuk satu minggu ke depan kita tidak perlu pergi bekerja" jawab Suri perlahan.
"bukankah katamu tidak bermasalah, namun kenapa kita tidak boleh bekerja, bagaimana kita menutupi biaya satu bulan ini nantinya" ucap Luna dengan khawatir. Sama seperti reaksi Suri saat menerima hak cuti ini.
"bu.. gaji tetap jalan, kita dapat cuti, karena saya menolong tamu itu, beliau membayar ganti rugi yang banyak dan menyuruh kita beristirahat selama seminggu sampai tanganku pulih" jawab Suri dengan ceria.
Luna yang telah melepaskan pelukannya kembali menghampiri Suri, memegang kedua tangan putrinya, dengan rasa cemas kemudian berkata "apakah ... apakah.. tuan itu tahu penampilanmu yang sebenarnya?".
Suri terdiam sesaat, seingatnya paman itu hanya melihat telapak tangannya yang berubah warna setelah terkena alkohol, tidak dengan wajahnya, jadi Suri menjawab dengan pasti "tidak".
"baguslah kalau begitu" Luna baru bisa tenang, dengan kehidupan mereka yang keras jarang bertemu dengan orang yang baik kepada mereka tanpa ada maksud tertentu.
"tidurlah sudah sangat larut" kata Luna sambil mengelus kepala putrinya.
"baik bu" jawab Suri sambil menuju ke kamar tidur mungilnya.
Di kamar tidur berukuran 2 x 2 meter, sangat kecil, hanya ada kasur tipis yang ditaruh di lantai, lemari plastik untuk tempat pakaiannya yang tidak seberapa, kaca kecil tergantung di dinding dan kipas angin. Sangat sederhana, namun Suri sudah terbiasa dan sangat menyukai kamar mungilnya.
Suri mengeluarkan kartu hitam yang diberikan tuan Dominic, memandangnya kemudian menyimpannya di dalam dompet lusuh kecilnya. Suri mandi dan tertidur.
Beruntung dirinya mendapat cuti seminggu, sangat membantu dirinya untuk mempersiapkan diri untuk ujian akhir semester ini. Suri sangat bersemangat, Suri berencana setelah lulus dirinya akan langsung bekerja, berharap bisa membantu meringankan beban ibunya.
Hari hari berlanjut seperti biasanya, hasil ujian Suri sempurna, dari pihak sekolah merekomendasikan Suri untuk melanjutkan kuliah di kota C, semua uang pendaftaran digratiskan dan biaya kuliah mendapat potongan. Namun walaupun sudah mendapat potongan, harga itu masih saja sangat mahal bagi mereka, Suri menolaknya langsung, dirinya tidak ingin menambah beban ibunya.
Suri masih sering membantu di tempat kerja ibunya, setelah lulus sekolah, Suri lebih banyak memiliki waktu untuk membantu ibunya, sambil mencari pekerjaan untuk dirinya.
Hari ini gerimis sewaktu Suri dan ibunya berangkat bekerja, sudah hampir setahun dari Suri lulus sekolah, namun dirinya masih belum mendapat pekerjaan. Dirinya sudah banyak bertanya ke para tetangga dan kenalan, namun sepertinya tidak ada yang mau merekomendasikan nya karena latar belakangnya. Jadi saat ini, Suri hanya bisa membantu di tempat ibunya bekerja.
"bu, ibu sedang tidak sehat, lebih baik ibu istirahat di rumah, biar saya yang pergi saja" ucap Suri, saat mereka berdua berjalan sambil memegang payung menuju tempat kerja.
"tidak apa apa, hanya masuk angin" jawab Luna masih terbatuk batuk.
Suri menatap ibunya, belakangan ini Suri dapat melihat kesehatan ibunya menurun drastis, wajah ibunya juga terlihat pucat, namun jika disuruh berobat ibunya selalu menolak.
Seperti biasa sangat banyak pekerjaan di dapur, tidak jelas apa masalah nya Luna disuruh untuk menyajikan minuman di ruangan lantai 1. Tentu tidak dapat menolak, Luna langsung menuju ke sana. Suri tahu terkadang ada beberapa pelanggan lama yang mengenal ibunya akan meminta Luna mengantar minuman dan mereka akan memberikan tips yang banyak. Yang tidak diketahui Suri adalah walaupun ibunya menerima tips yang banyak, biasanya dirinya hanya akan menjadi bahan olokan.
Tidak berapa lama, seorang wanita pekerja berlari memasuki dapur dan berteriak "Suri... Suri... ibumu dalam masalah..".
"ada apa kakak?" tanya Suri berlari ke arah wanita itu sambil melepaskan sarung tangan karetnya
"ayo.. bantu ibumu, ibumu tidak sengaja mengotori pakaian pelanggan dan saat ini orang itu sangat marah besar dan meminta ganti rugi yang tidak masuk akal" jelas wanita itu kepada Suri.
Suri berlari ke ruangan yang di maksud, saat dirinya tiba, manager sudah ada di sana mencoba menenangkan pria tua yang sedang mabuk, dan ibunya... ibunya terduduk di lantai. Suri berlari menghampiri ibunya, memeluknya "ibu.. kamu tidak apa apa?" kata Suri.
Luna yang melihat kehadiran Suri langsung marah "siapa suruh kamu kemari, siapa ibumu, kembali ke dapur sekarang" teriak Luna, dirinya tidak ingin Suri terlibat masalah, namun hal tersebut sudah terlambat, para wanita pekerja di sini tidak semua sebaik wanita yang ke dapur tadi.
"ah.. tuan, dia tidak akan ada uang untuk mengganti sepatumu yang basah, bagaimana kalau..." salah seorang wanita penghibur berbicara dengan nada genit.
Pria tua yang di kelilingi beberapa wanita pekerja penasaran dan bertanya "lalu apa??".
"anaknya walaupun jelek, namun saya yakin masih perawan" bisik wanita itu ke telinga pria tua yang mabuk. Seketika pria tua mabuk dan hidung belang menjadi bersemangat dan balas berkata "namun dia jelek" sambil tertawa mengejek.
"kalian gila" raung Luna marah, berusaha berdiri untuk membawa Suri pergi, namun Luna tidak memiliki tenaga.