Bab 4 Paman
Suri membuka matanya, dihadapannya seorang pria tampan yang sedang menatapnya. Suri membalas tatapan pria itu, dirinya lega karena yang dihadapannya bukan pria yang memiliki bekas luka di wajah.
Suri melihat ke belakang pria tampan itu, pria yang memegang pisau sudah terkapar di lantai.
"apakah anda membunuhnya?" tanya Suri dengan suara bergetar.
"hanya pingsan" balas pria tampan itu, sambil melihat Suri.
Tidak lama, sekelompok orang datang dan berucap "tuan Dominic".
"bereskan" balas pria tampan itu tanpa melepaskan pandangan dari Suri.
Pria itu memegang tangan Suri yang terluka dan berkata "ambil kotak p3k yang ada di mobil".
"baik tuan" jawab salah satu orang, dan segera menghilang.
Pria itu membantu Suri berdiri, sekarang sudah banyak orang yang berkerumun melihat mereka, ada juga karyawan disini yang mencoba mendekatinya tapi dihentikan oleh orang orang pria ini.
Suri dibawa ke ruangan VIP, dan Suri duduk di sofa besar di ruangan, pria itu menghidupkan lampu terang ruangan itu.
Suri duduk, dan pria itu duduk dihadapannya, melihat luka di tangan Suri. Orang suruhan pria itu masuk membawa kotak p3k yang diminta tadi.
"ganti rugi semua kerusakan" ucap pria tampan itu tanpa memandang orang suruhannya.
"baik tuan" balas orang itu.
"ini akan sakit" jelas pria itu mulai membersihkan luka di telapak tangan Suri dengan alkohol.
Sakit fisik sudah biasa dirasakan Suri, walaupun ibunya menyayangi nya namun terkadang Suri juga akan di pukul untuk kesalahan kecil belum lagi jika preman rumah bordil datang untuk mencari masalah. Untuk sakit batin, Suri juga sudah bisa mengatasinya, Suri tahu dirinya bukan anak kandung ibunya, terkadang ibu dan nenek tua akan diam diam membicarakannya, Suri juga sudah belajar bagaimana menutupi semua rasa sakit dengan wajah yang datar.
Saat tangannya dibersihkan, memang sakit, namun dirinya masih bisa menahannya, tidak meringis sama sekali, hanya wajah datar.
"kamu hebat" ucap pria itu menatap Suri yang tidak menunjukkan ekspresi apapun. Tuan Dominic tahu itu sangat sakit, walaupun tidak perlu sampai dijahit namun luka akibat pecahan kaca cukup dalam dan panjang.
Dominic melihat telapak tangan yang telah dibersihkan memiliki warna kulit yang berbeda dari sebelumnya, Dominic mengambil kapas bersih lainnya dan menaruh alkohol dan mencoba membersihkan tempat lain di telapak tangan yang tidak terluka. Benar, kulit gadis kecil ini berubah warna, dan Dominic melihat ada noda kecoklatan di kapas bersih itu.
Suri memperhatikan apa yang terjadi, dan hendak menarik tangannya. Namun Dominic menghentikannya seraya berkata "biarkan saya membalut luka ini dulu".
Suri memperhatikan bagaimana pria itu membalut telapak tangannya dengan telaten. Setelah itu pria tersebut mengambil beberapa obat, salep dan perban dari kotak p3k itu dan meletakkannya di meja seraya berkata "makan obat itu 3 x 1, untuk mencegah infeksi, ganti perban dua kali sehari
dan oleskan salep itu".
"apakah anda seorang dokter?" tanya Suri dengan polosnya.
Pria itu tertawa, sangat tampan saat pria tersebut tertawa. "apakah saya terlihat seperti seorang dokter?" tanya pria itu.
"tidak" jawab Suri jujur.
"belajar dari pengalaman, saya beberapa kali juga pernah terluka" balas pria itu sambil menatap Suri.
Suri mengangguk. Kemudian pria itu lanjut berkata "kamu kerja disini? di bagian dapur?" pria itu menyimpulkan karena melihat Suri mengantar minuman.
"iya" jawab Suri.
"berapa umurmu?" tanya pria itu kembali.
"17 tahun, dan tahun ini saya akan tamat sekolah" jawab Suri membela dirinya terlebih dahulu, karena usianya belum cukup untuk bekerja.
Dominic menatap gadis kecil di hadapannya, gadis kecil ini memiliki mata bulat, hidung kecil yang mancung dan bibir tipis, rambut panjang tebal membingkai wajah mungilnya.
Dominic penasaran, dan mengambil sejumput ujung rambut Suri dan menyentuhnya, terasa kasar seperti ter balur tepung, untuk memuaskan rasa penasarannya, Dominic menuangkan air di ujung rambut itu dan me lap kering, seperti dugaannya, rambut asli gadis ini sangat lembut, hitam dan mengkilat.
Tatapan mereka bertemu, kemudian tuan Dominic berkata "tetaplah seperti ini, agar kamu tetap bekerja di dapur".
"siapa namamu?" tanya Dominic.
"Suri" balas Suri singkat.
"nama saya Dominic, bagaimana pun saya ucapkan terima kasih atas tindakan mu hari ini, apa balasan yang kamu inginkan?" tanya Dominic.
"tidak ada" jawab Suri, Suri hanya mengikuti instingnya, siapa saja yang berada dalam bahaya, pasti Suri akan menolong.
"uang?" tanya Dominic secara langsung, bagaimana pun hanya dengan melihat penampilan gadis ini, Dominic yakin gadis itu hidup tidak berkecukupan.
"tidak butuh" jawab Suri lagi, meskipun miskin sejak kecil Suri telah di didik untuk bekerja keras walaupun susah tidak akan meminta pada orang lain.
"hmmm.. baiklah" ucap Dominic, Dominic bisa melihat kejujuran di wajah gadis polos ini, jiwa yang masih murni, namun bagaimanapun Dominic tetap ingin membalas kebaikannya.
Dominic berdiri dan mengeluarkan sebuah kartu berwarna hitam dan menyerahkannya kepada Suri, seraya berkata "jika suatu saat kamu dalam masalah dan butuh bantuan ku, datang lah kemari dan serahkan kartu ini kepada orang orang ku, maka kita bisa bertemu".
Suri yang masih duduk di sofa, mengulurkan tangannya menerima kartu itu. Suri melihat kartu itu membolak baliknya, tidak ada yang istimewa hanya kartu hitam dengan ukiran naga berwarna emas.
"terima kasih" Suri menyimpan kartu itu di saku dan pamit untuk pergi sambil mengambil obat obatan yang diberikan.
Setelah hampir keluar dari ruangan, Suri berbalik menatap pria itu dan berkata "siapa nama paman?", Suri ingin memastikan sekali lagi nama pria tersebut.
Paman.... paman, dirinya dipanggil paman, apakah dirinya terlihat sangat tua? pikir Dominic dalam hati, memang dengan usia Suri 17 tahun dan dirinya 28 tahun cukup terpaut jauh usia mereka, namun penampilannya tidak pantas disebut paman, namun itulah yang diucapkan gadis lugu itu.
Dominic tersenyum dan berkata "Dominic, panggil saya Dominic".
Suri membalas tersenyum dan mengangguk kemudian berjalan meninggalkan ruangan.
Suri kembali ke dapur, sang mandor menghampirinya dan menanyakan keadaannya, semua orang disini tahu kejadian tadi, namun semuanya sudah terselesaikan oleh pihak tuan Dominic.
"mulai besok kamu dan ibumu mendapat jatah cuti satu minggu, beristirahatlah, dan jika lukamu tidak kunjung sembuh, pergilah ke rumah sakit, semua biaya akan ditanggung tuan Dominic" ucap sang mandor.
"apakah saya dipecat?" tanya Suri dengan wajah berubah pucat.
"tidak" balas sang mandor.
"tapi kenapa mendadak saya bisa dapat cuti?" tanya Suri, karena setelah bekerja bertahun tahun dengan ibunya, mereka tidak pernah mendengar istilah cuti, yang ada jika mereka tidak masuk maka akan ada pemotongan gaji.
"itu karena perintah dari tuan Dominic, beliau memberikan banyak ganti rugi kepada kita, jadi kalaupun kamu tidak masuk seminggu tidak masalah" balas sang mandor sambil tersenyum.