Bab 9 Ini aku
Nenek tua memeluk erat tubuh kurus Suri yang bergetar karena menangis. Nenek tua sangat bersyukur memiliki kesempatan membesarkan Suri bersama dengan Luna, walaupun hidup dalam kemiskinan dirinya tetap bersyukur atas umur panjang yang diberikan Sang Pencipta. Namun usianya sudah senja, dan badannya mulai melemah, nenek tua tidak yakin apakah akan memiliki kesempatan bertemu Suri di masa mendatang.
"pergilah, nenek tahu putra keluarga Qin yang menolong mu, mereka adalah keluarga terhormat, ikutlah dengan mereka agar kamu memiliki kesempatan yang lain" lanjut nenek tua sambil mengelus rambut Suri.
Suri melepas pelukannya, menatap nenek tua, nenek sudah sangat tua, wajah yang keriput namun selalu penuh senyuman, rambut putih tipis dan selalu dibalut pakaian sederhana. Suri berjanji dalam hatinya, jika dirinya sudah bekerja dan menghasilkan uang, maka yang pertama dilakukannya adalah menjemput nenek untuk tinggal bersamanya.
Suri mengangguk, dan menghapus air mata yang membasahi wajahnya.
"nenek harus tetap sehat, dan tunggu Suri nek.." kata Suri sambil berusaha menahan air matanya.
"tentu.. kamu satu satunya cucu kesayangan nenek" balas nenek tua sambil menggenggam tangan mungil Suri.
Nenek tua memeluk Suri erat sekali lagi, lalu melepaskannya dan kembali ke pekerjaannya memetik sayuran. Nenek tua tidak lagi menatap Suri, karena dirinya takut akan meminta Suri tinggal bersamanya.
Suri menatap nenek yang kembali sibuk memetik sayuran, lalu berjalan perlahan meninggalkan rumah nenek dan kembali ke rumahnya.
Suri mandi dan keramas, dirinya mengambil tas usang lalu memasukkan bajunya yang tidak seberapa. Lalu Suri berjalan ke kamar ibunya, sama seperti kamarnya yang berukuran kecil. Suri membuka lemari pakaian ibunya, dan membuka laci tempat baju kesayangan ibunya. Dua helai baju itu disimpan dengan baik oleh Luna, baju yang paling indah yang pernah dimilikinya, Luna berencana memberikannya kepada Suri.
.
Suri memeluk kedua helai baju terusan milik ibunya, lalu berjalan kearah meja rias usang. Suri membuka laci kecil di meja itu, hanya ada sisir kayu tua, bedak kecil dan lipstik yang sudah hampir habis.
Suri teringat ibunya yang sudah tidak lagi berdandan, semenjak mereka bekerja di dapur, ibunya tidak lagi memakai bedak ataupun lipstik, kata ibunya akan sangat sayang jika bedak dan lipstik kesayangannya habis.
Suri berjalan kembali ke kamarnya, memasukkan baju ibunya berserta sisir, bedak dan lipstik milik ibunya.
Suri mengenakan kaos hitam dan celana jeans biru tua, warna pakaian nya sesuram perasaannya karena dirinya masih dalam masa berkabung. Suri menyisir rambut hitam panjangnya, dan mengeringkannya dengan handuk. Suri tidak lagi menggelapkan kulitnya karena dirinya tidak lagi perlu menyembunyikan paras aslinya. Dirinya bersumpah tidak akan lagi terlibat dalam dunia kelam ibunya.
Suri berjalan meninggalkan rumah dengan menenteng tas usang tempat pakaiannya. Dirinya langsung berjalan ke mobil Sam yang terparkir di luar, Suri tidak memiliki keberanian untuk berpamitan lagi dengan nenek tua. Karena jika dirinya melihat nenek lagi, Suri tidak yakin apakah dapat meninggalkan nenek tua sendirian.
Suri membuka pintu mobil, dan duduk di kursi samping pengemudi. Untuk sesaat Sam tampak terkejut dan menatapnya lama.
"ini aku" Suri berkata sambil membalas tatapan Sam.
Sam terdiam sejenak memperhatikan wajah Suri, ya.. mata, hidung, bibir dan bentuk wajahnya sama dengan milik Suri. Namun mengapa kesannya sangat berbeda.
"ini aku, hanya dengan warna kulit yang berbeda" lanjut Suri lagi sambil menatap kesal kepada Sam.
Gadis yang duduk disampingnya saat ini berkulit putih bersih, wajah bersinar dengan mata bulat, hidung dan bibir mungil yang paling menarik perhatian adalah rambut nya yang tebal panjang dan hitam mengkilat, walaupun masih sedikit basah, namun Sam dapat melihat keindahan rambut Suri.
"itu.. kau???" tanya Sam tidak percaya, namun cara bicara dan suara gadis ini terdengar sama dengan gadis kurus hitam yang menyedihkan.
"ya.. ini aku, bisakah kita berangkat sekarang?" balas Suri dan memalingkan pandangannya, saat ini Suri menatap lurus ke depan.
Sam tidak dapat berkata kata, hanya mengangguk dan menyalakan mesin mobil, mobil pun melaju.
"kamu sangat berbeda, bukankah lebih bagus seperti ini?" tanya Sam, dirinya penasaran biasanya para gadis akan melakukan apa saja untuk mempercantik diri atau untuk menarik perhatian lawan jenis. Baru pertama kali Sam bertemu dengan gadis aneh seperti ini.
Suri tersenyum masam dan berkata "tidak bagus, jika hidup di lingkaran dunia porstitusi".
Sam terdiam, saat ini lah dirinya baru mengerti maksud dari apa yang dilakukan oleh Suri. "iya, beruntung kamu melakukan itu" balas Sam, bagaimana pun dirinya bersyukur gadis kecil yang saat ini duduk disampingnya tidak terjerumus dalam kehidupan dunia porstitusi.
Mobil melaju ke pusat kota, Suri tidak pernah pergi sejauh ini, dirinya sangat terpesona dengan keindahan gedung gedung perkantoran yang mewah, keramaian lalu lintas yang padat, serta banyak sekali orang orang yang berlalu lalang, Suri memanjakan matanya, melihat hal hal baru yang belum pernah dilihatnya.
Sam melirik gadis kecil disampingnya, sebagian dirinya merasa lucu karena reaksi Suri yang berlebihan melihat keramaian kota dan sebagian dirinya merasa kasihan karena bagaimana gadis itu yang sudah hidup hampir 20 tahun belum pernah melihat keindahan kota.
Mobil masuk ke jalan kecil, sebelah kiri terlihat seperti taman dan sebelah kanan tidak terlihat karena tertutup dinding tinggi yang sangat panjang.
Suri melihat pagar besi tinggi yang terbuka otomatis saat mobil mereka tiba di depan. Mobil memasuki gerbang, mobil melaju perlahan. Di bagian depan Suri dapat melihat gedung mewah yang bergaya Eropa dengan pilar pilar besar.
"apakah ini rumah tuan Dominic? " tanya Suri penasaran.
"ya" jawab Sam yang sedang memarkirkan mobilnya.
"benar benar orang kaya" gumam Suri untuk dirinya sendiri. Sungguh ironis kehidupan ini, Suri mengira ngira ukuran rumahnya mungkin tidak sebesar seperempat ukuran halaman depan rumah mewah ini.
Mesin mobil dimatikan, Suri dan Sam turun dari mobil. Mereka berjalan ke pintu utama rumah, Sam membuka sepasang pintu kayu yang besar, Suri merasa dirinya sangat kecil dibandingkan dengan ruangan sekitarnya dan penampilannya sangat tidak cocok dengan rumah yang dikunjungi nya saat ini.
Suri mengikuti Sam masuk ke dalam rumah, Suri terpukau akan keindahan rumah ini, Suri melihat sekeliling dan sangat terpesona. Suri memeriksa apakah sepatu nya mengotori lantai mengkilat yang dipijaknya saat ini.
Mereka berhenti di depan sebuah ruangan yang tertutup pintu kayu indah.
"tunggu disini" ucap Sam kepada Suri, lalu masuk ke dalam ruangan setelah mengetuk pintu. Tidak lama Sam keluar menemui Suri dan mempersilakan nya masuk.
Suri masuk dan Sam menunggunya di luar, jantung Suri berdebar, dirinya yakin saat inilah yang akan menentukan masa depannya.
Suri berjalan perlahan, ruangan memiliki pencahayaan yang redup.
Dominic melihat kehadiran Suri, lalu menginstruksikan wanita yang ada di pangkuannya untuk meninggalkan ruangan. Wanita itu memeluk dan mengecupnya lalu berdiri berjalan meninggalkan Dominic.
Suri terpana dengan apa yang dilihatnya, Dominic dengan seorang wanita cantik di pangkuannya, berpelukan dan berciuman mesra. Melihat hal tersebut membuat hatinya terasa sakit, namun Suri hanya memasang tampang datar.
Wanita itu berdiri dari pangkuan Dominic dan berjalan melenggang kearah pintu. Saat berjalan melewati Suri, wanita itu memandang Suri dari atas ke bawah dan tersenyum mengejek.
Suri tidak bisa menyalahkannya, karena memang saat ini dirinya seperti gelandangan yang tersesat di dalam istana.