Bab 10 Tujuan hidup
Dominic duduk di sofa menatap gadis kurus yang berdiri dihadapannya. Seperti perkiraan nya, Suri terlihat berbeda dengan warna kulit aslinya, wajah berbentuk oval dengan mata bulat yang jernih, hidung dan bibir mungil dan rambut tebal hitam nya yang panjang.
"bagaimana kabarmu?" tanya Dominic berdiri dari duduknya dan berjalan ke arah meja kecil di dekat jendela besar, lalu menuangkan segelas anggur.
"buruk" jawab Suri jujur.
Dominic tersenyum, menyeruput sedikit anggur, lalu berbalik menghadap Suri dan berkata "saya turut berduka atas kepergian ibumu".
"terima kasih" balas Suri.
"jadi apa rencana mu saat ini?" tanya Dominic sambil berjalan perlahan ke arah Suri.
Suri menatap fitur Dominic yang memukau, tubuh yang sempura di balut pakaian mewah. Saat ini Dominic mengenakan kemeja putih yang dipadu dengan rompi dan celana warna gelap. Lengan kemeja digulung ke atas, kancing bagian atas kemeja terbuka, rambut sedikit berantakan. Suri terpesona dengan keindahan yang dimiliki pria tersebut.
Dominic berdiri tepat dihadapan Suri, masih dengan gelas anggur ditangannya, Dominic tersenyum melihat ekspresi wajah Suri dan berkata "jelaskan apa rencana mu selanjutnya?".
Suri tersadar dari lamunannya, dan segera menjawab "saya ingin bekerja untuk anda tuan".
Suri menatap Dominic, dirinya menunggu jawaban, tapi setelah beberapa saat Dominic masih tidak menjawab, lalu Suri lanjut berkata "dan juga saya akan membalas untuk semua kebaikan anda".
"bagaimana kamu membalas?" tanya Dominic, walaupun wajah Suri terlihat tenang, Dominic tahu bagaimana paniknya gadis kecil ini, hal itu terlihat bagaimana kedua tangannya tergenggam sangat erat.
Bagaimana caranya membalas? dirinya tidak memiliki apapun saat ini, dan masalahnya dirinya datang juga untuk meminta bantuan dari tuan Dominic. Namun sesuatu terlintas dipikirannya, dan Suri spontan menjawab "aku.. aku.. bisa memberikan keperawanan saya untuk anda" Suri teringat kejadian terakhir kali dimana pria tua mabuk di bar yang sangat menginginkan hal tersebut darinya.
Dominic hampir memuntahkan anggur yang baru diminumnya, beruntung dirinya bisa langsung menelan minuman itu. Walaupun dirinya terkenal playboy dengan banyak kekasih, namun dirinya masih memiliki sedikit hati nurani. Dominic menatap Suri, dirinya seakan melihat anak sekolahan karena gadis itu sangat kurus dan memiliki wajah yang polos.
"apakah.. apakah anda tidak menyukai saya?" tanya Suri perlahan, bagaimanapun saat ini dirinya terlihat berbeda dari biasanya. Yang mana ibunya selama ini menutup kecantikan dirinya karena dianggap berbahaya, namun mendapat reaksi seperti itu dari tuan Dominic, membuat hati Suri menciut, apakah dirinya tidak secantik yang dikhawatirkan oleh ibunya.
"tidak .. tidak, bukan seperti itu" lanjut Dominic tidak ingin membuat gadis polos itu berkecil hati, tentu Dominic dapat melihat bagaimana kecantikan Suri yang dirinya yakin akan bertambah saat gadis itu dewasa.
"namun saya lebih suka wanita dewasa dan berpengalaman" Dominic lanjut berkata, dirinya tidak ingin memberikan harapan apapun untuk gadis polos seperti Suri.
Wanita dewasa dan berpengalaman, kata kata itu langsung terekam di dalam otak Suri. Suri meyakinkan dirinya bahwa suatu saat dirinya akan tumbuh menjadi wanita yang dikagumi oleh penolongnya.
Suri terdiam dan bingung bagaimana dirinya bisa membalas kebaikan pria ini. "jadi saya harus bagaimana agar dapat membalas kebaikan anda dan bagaimana agar saya bisa bekerja untuk anda?" tanya Suri dengan nada khawatir, saat ini hanya tuan Dominic tumpuan harapannya jika dirinya tidak ingin kembali bekerja di rumah bordil.
Dominic maju selangkah, tinggi Suri hanya sampai di dadanya, Dominic melihat kebawah dan Suri menatap keatas, pandangan mereka bertemu.
"gunakan tenaga dan otakmu yang brilian untuk membalas kebaikan dan bekerja untukku" ucap Dominic sambil menunjuk kepala kecil Suri. Sebelumnya Dominic sudah memeriksa latar belakang Suri, dirinya harus waspada untuk mencegah hal hal yang tidak diinginkan. Tidak ada yang aneh dengan latar belakang Suri, hanya hasil akademisnya yang sempurna membuat Dominic terkesan pada Suri.
"seminggu, tinggallah di sini paling lama satu minggu, lalu putuskan kamu melanjutkan kuliah dimana, jangan kembali sebelum lima tahun" jelas Dominic, mengapa lima tahun, karena Dominic merasa Suri masih seperti gadis kecil, paling tidak butuh lima tahun untuknya agar berubah menjadi wanita dewasa, agar Dominic dapat mempekerjakan nya di salah satu perusahaan nya.
Suri tidak menyangka dirinya memiliki kesempatan seperti ini, apakah ini mimpi? Suri menepuk perlahan kedua pipinya, dirinya perlu bangun jika ini mimpi. Namun pipinya terasa sakit dan dirinya masih berdiri dihadapan tuan Dominic yang tersenyum geli melihat tingkahnya.
"apakah.. apakah ini mimpi? jika bukan mimpi, apakah saya salah dengar" tanya Suri, sebetulnya pertanyaan itu lebih untuk dirinya sendiri.
"bukan mimpi".
"yang perlu kamu lakukan adalah belajar dan menjadi berguna, dan yang terutama adalah kejujuran dan kesetiaan"
"untuk jaman sekarang kejujuran dan kesetiaan sudah memiliki harga yang sangat mahal"
"jika kamu memiliki ilmu dan kejujuran serta kesetiaan maka itu akan memberimu nilai sempurna di dunia saya" lanjut Dominic, ya.. bergelut dalam bisnis gelap, orang jujur dan setia yang dibutuhkan.
Menjadi pintar, berguna, jujur, setia, dewasa dan berpengalaman, kata kata itu terekam jelas di benak Anda Suri. Suri mengangguk, dirinya bahagia karena telah memiliki tujuan hidup yang jelas.
"jangan pikirkan biaya, jurusan apapun dapat kamu pilih, tentunya sesuaikan dengan kemampuanmu"
"dan Sam akan menunjukkan kamarmu untuk satu minggu, setelah membuat keputusan segera kabari Sam" lanjut Dominic sambil berjalan meninggalkan Suri dan keluar dari ruangan.
Suri masih berdiri terpaku, saat ini di benaknya berputar tempat mana yang akan menjadi pilihan nya, dan kata kata jangan pikirkan biaya, membuat Suri semakin bersemangat.
"ayo saya antar ke kamar tamu" ucap Sam yang saat ini berdiri di belakang Suri.
"ah.. baik" ucap Suri, tersadar dari lamunannya dan mengikut Sam ke lantai atas .
Sam mengantarnya ke sebuah kamar yang memiliki jendela besar disisinya, kamar luas dan mungkin lebih besar dari ukuran rumahnya. Sam pamit dan meninggalkan Suri sendirian, Suri meletakkan tas nya di meja samping kasur lalu duduk di atas kasur yang empuk.
Suri mengeluarkan amplop yang diberikan ibunya sebelum meninggal. Terlihat sudah sangat tua karena warna yang menguning, dan saat ini kondisi surat sudah sangat kusut. Suri merapikan amplop tersebut, lalu membaca apa yang tertulis di amplop itu.
'berikan pada Suri saat berusia 21 tahun' itulah kata kata yang tertulis di atas amplop tersebut.
Untuk sejenak Suri sangat ingin membuka amplop itu, namun apa yang bisa dilakukannya saat ini walaupun tahu latar belakang nya. Tidak perlu menjadi pintar untuk tahu bahwa dirinya adalah anak yang tidak diinginkan, makanya dirinya berakhir dengan kehidupan seperti ini. Jika dirinya diinginkan bukankah seharusnya keluarga kandungnya bisa mencarinya jika mereka ingin.
Suri meletakkan surat itu di kasur, saat ini dirinya tidak ingin menambah beban pikirannya. Suri memutus kan akan mengikuti instruksi yang tertulis di atas amplop itu, ya.. dia akan membuka surat itu di ulang tahun ke 21 nya. Suri tersenyum miris, dirinya yakin hari kelahiran nya yang tercatat resmi pasti bukan hari kelahiran sebenarnya. Ibunya, Luna mendaftarkan tanggal lahir Suri sesuai dengan waktu saat Luna menemukannya.