Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

Bab 2 Kelahiran Putri Mahkota

Saat tinta Sang Kaisar tidak sengaja ditumpahkan, setumpuk dokumen yang belum selesai harus diselesaikan dengan segera. Lantai marmer berubah menjadi hitam karena jatuhnya tinta seorang Kaisar yang lelah karena terus berurusan dengan orang banyak. Saya tidak pernah mendapatkan istirahat yang cukup untuk melakukan hal ini.

Kaisar itu memakai Mahkota kebesarannya di atas kepalanya dan membuat semua orang berpikir, apakah tidak berat dengan menahan semua beban itu di kepalanya?

Wajahnya terasa pucat serta suaranya yang terdengar serak seperti tidak bisa berkata-kata lagi. Rambutnya perak bersinar di tengah malam, saat ribuan lentera diterbangkan oleh rakyatnya. Jubah biru miliknya, menjadi cirinya sendiri dan menunjukan bahwa dirinya tetaplah seorang Kaisar.

Dialah Kaisar Negara Yi Ju, istana Guang Yu, Kaisar Wu.

Tirai bambu yang terpasang di setiap tiang-tiang istana, berhembus mengikuti arah mata angin berada. Sampai saat ini, tidak ada yang mengunjunginya satupun dan tidak akan ada seorangpun yang mengunjunginya terkecuali dia telah membawa dokumen penting untuknya yang harus dibaca olehnya.

Derap langkah kaki seorang pelayan sederhana, dengan memakai kain lebar menutupi dahinya untuk menyeka banyak keringatnya, berlari membuka pintu ruangan Kaisar untuk menyampaikan berita baik untuknya.

"Hmm,... bagaimana mengatakannya ya?"

Sang Kaisar mengelak dan kembali berkata, "Katakan cepat! Saya sedang sibuk sekarang ini dan jangan sampai saya akan mengusirmu!"

Pelayan itu kemudian merendah dan berkata, "Maafkan saya Kaisar! Tapi, permaisuri Yin Yue, telah melahirkan seorang anak perempuan untuk anda!"

Kaisar Wu menelan ludah dan tersedak karenanya. Yang benar saja! Dia benar-benar melahirkan anak untuk saya yang akan menjadikan penerus negara ini?! Siapkan perjamuan besar untuk menyambut keturunan pertamaku dan biarkan saya menemukan anak saya sendiri!

Anak itu, terlahir dengan rambut perak bola mata yang indah berwarna biru langit yang terang, serta kulit seputih salju. Sang Kaisar begitu senang saat memegang kulit halus anaknya itu dan karena wajahnya yang sangat manis dan tawanya yang lembut, membuat semua orang senang dan namanya adalah Yu Qian.

Kaisar Wu dan juga permaisuri cantik Yin Yue, menyambut dengan baik anak mereka dan memberikannya banyak hiasan emas yang membuatnya semakin terlihat indah dan cantik seperti wanita lainnya. Tapi, saat Yu Qian diberikan emas oleh sang Kaisar, dia tetap menolaknya dan memilih pedang yang berada di pinggang kaisar dan memegangnya dengan penuh senyum dan tawa kecilnya.

Sang Kaisar turut bangga atas apa yang telah dipilih oleh putrinya ini. Tidak seperti putri mahkota yang lainnya, dia sama sekali tidak tertarik dengan emas ataupun tahta, yang dia inginkan hanyalah pedang yang ada di pinggangnya sekarang ini.

Dan dengan bangga, kaisar mengatakan ini pada semua orang saat perjamuan itu telah datang, "Anakku, akan menjadi wanita yang tangguh dan bisa melindungi dirinya sendiri! Generasi pemimpin negara ini, akan bisa jauh lebih kuat dibandingkan dengan sebelumnya!"

14 tahun berikutnya,..

Desir angin yang berhembus membuat banyak dedaunan maple yang berterbangan di sekitar tubuh seorang laki-laki yang berjalan bersama seorang anak kecil yang berumur 15 tahun, dengan membawa beban di punggung keduanya, melihat keduanya yang seperti itu, bukankah mereka tampak seperti orang biasa?

Hembusan angin yang awalnya terasa tenang, bertemu dengan hawa dingin yang bersamaan dengan terbangnya dedaunan maple yang kering. Orang dewasa itu sangat menyayangi anak remaja yang berada di sampingnya ini. Namun sayangnya, ketenangan itu tidak berlangsung lama dan pada akhirnya pedang ditujukan ke arah keduanya.

Sosok hitam yang muncul di balik semak-semak yang tinggi, berada di setiap celah hutan yang dalam. Terdapat banyak orang yang memakai pakaian hitam dan cadar yang membuat mereka tidak bisa melihat wajah asli orang yang telah mencoba untuk menyerang mereka.

Remaja itu berkata pada orang dewasa yang berada di sampingnya, "Apa aku harus memberikan mereka pelajaran yang setimpal karena telah mengganggu, Tuan?"

Laki-laki dewasa itu menjawab, "Tunggu sampai mereka menunjukkan wajah asli mereka."

Remaja dan laki-laki dewasa itu masih terdiam di atas rerumputan, menunggu musuh untuk menunjukan mereka lebih dulu.

Sosok hitam yang banyak, perlahan muncul dari dalam hutan yang berada di depan mereka. Seluruhnya, membawa pedang yang tajam hampir berkarat karena darah yang menempel di setiap sudutnya. Sepertinya, tujuan dari pemberontakan ini adalah, untuk mencuri harta dari kedua pedagang ini dan menggantikan pedang mereka yang mulai berkarat.

Salah satunya berkata, "Wah,.. wah.. sepertinya mangsa telah datang ke sarang lawan!"

"Bagaimana? Apakah kita harus membunuh keduanya?"

Pemimpin mereka menghela nafas dan menjawab, "Bagaimana, ya?" Setelah jeda sejenak orang itu kembali berkata, "Bunuh mereka dan kemudian ambil seluruh harta mereka."

Meskipun keduanya juga sudah mendengar ancaman itu, pedagang tersebut tampak tenang dan sama sekali tidak menunjukkan rasa takut mereka. Baginya, kelompok kecil ini hanyalah tikus pengganggu yang mengganggu mereka untuk berjalan maju. Remaja yang berada disampingnya berkata, "Tuan, apakah ada yang harus saya lakukan?"

Laki-laki dewasa itu akhirnya menjawab, Ya, bunuh mereka saat kau menemukan titik lemahnya."

Remaja itu membungkuk dan menjawab, "Baik, Tuan."

Gerombolan perampok itu akhirnya mulai bergerak, dengan melesat cepat menggunakan kaki-kaki mereka yang lincah dan ringan, seperti seekor harimau yang mengincar mangsanya. Tidak salah lagi, ini adalah teknik bidikan harimau yang langka untuk ditemukan!

Dengan mudahnya, kelompok perampok itu berada di belakang kedua pedagang tersebut, sedang mengayunkan pedangnya ke arah laki-laki dewasa yang berada di samping remaja tersebut. Dengan cepat, remaja tersebut mengambil pedangnya yang mengeluarkan cahaya merah menyala yang bersinar di tengah-tengah mereka.

Aura iblis kejam yang mengalir di setiap sisi pedang tersebut, membuat suara seperti ledakan besar yang telah terjadi. Salah satu musuh, berhasil dikalahkan dengan harus menerima kematian yang sangat mengerikan, remaja tersebut tersenyum dan kembali mengangkat pedangnya ke arah para perampok yang sebelumnya ada di belakangnya.

Remaja tersebut berkata dengan dingin, "Siapa lagi, yang akan menjadi korban amarah Xiaye[1] milikku?"

[1] Xiaye, nama sebuah pedang arwah yang artinya "Malam Musim Panas", yang memiliki kemampuan asli pedangnya setara dengan kemampuan di tingkat dewa dan biasanya pedang tersebut berada di pedalaman wilayah alam iblis pada lapisan ke empat.

Para perampok itu, tentunya tidak getar sama sekali dan kembali mencoba untuk melawan anak ini dan tetap berjalan maju sesuai dengan apa yang diperintahkan oleh pemimpin mereka.

Puluhan ayunan pedang yang bergairah, mengarah ke arah remaja tersebut dengan berani dan tanpa pandang bulu, mereka sama sekali tidak memikirkan bagaimana kemampuan asli dari remaja laki-laki yang sedang menjadi lawan mereka saat ini.

Meskipun ada banyak ayunan pedang yang begitu percaya dirinya bisa mengenai atau bahkan melukai tubuhnya lebih dalam lagi, "Huh! Tidak mungkin!"

Remaja itu, langsung menggerakkan Xiaye dengan cara memutar dan mengeluarkan cahaya yang tajam mengerikan. Cahaya merah itu, berhasil membelah tubuh seluruh perampok yang mencoba untuk mencuri darinya.

Awalnya saya sangat ingin bersenang-senang dengan mereka sebagai lawan yang sepadan dengan saya tapi, melihat kemampuan mereka yang begitu lemah ini, membuat saya menundanya lebih lama lagi. Bagaimana menurutmu, Tuan? Apa yang akan kita lakukan selanjutnya?

Laki-laki dewasa itu berkata, "Istana Guang Yu, adalah tempat yang cocok untuk kita bersantai sebentar dan mengumpulkan orang-orang kita yang telah menyebar."

Remaja itu terkejut dan berkata, "Maksud Tuan, apakah kita akan menyerang mereka?"

Laki-laki dewasa itu kembali menjelaskan, "Istana Guang Yu, saat ini memiliki seorang putri mahkota yang baru berumur empat belas tahun dan juga, sebagian dari pasukan mereka saat ini sedang mengadakan pertemuan untuk melatih prajurit berikutnya. Kita juga tidak bisa meremehkan mereka, aku mendengar jika Putri Mahkota Yi Ju, juga adalah seorang pendekar sepertimu dan kemungkinan dia juga akan bisa lebih kuat. Jadi, jangan pernah meremehkan mereka."

Remaja itu membungkuk dan berkata, "Saya akan berhati-hati."

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel