Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

5

Caera terjaga dari tidurnya.

"Apakah masih sakit?" pertanyaan itu membuat Caera melihat ke sumber suara.

"Masih sedikit sakit tapi akan segera baikan." jawab Caera pada Marsh yang membawakannya segelas susu.

"Cucilah wajahmu dan habiskan ini." Marsh memberikan segelas susu untuk Caera.

"Hm, baiklah. Terimakasih, Marsh." Caera turun dari ranjang.

"Biar aku bantu." Marsh menggendong Caera, membawa wanita itu ke kamar mandi.

"Kau baik sekali, Marsh." Caera mengecup pipi Marsh.

Marsh tersenyum menawan. "Aku bersedia menggendongmu kemanapun jika kau memberiku balasan terimakasih seperti tadi."

Caera tertawa kecil. Ia turun dari gendongan Marsh dan mencuci wajahnya serta menggosok giginya.

Setelah itu mereka segera ke meja untuk sarapan, Marsh sudah menyiapkan sarapan untuk Caera. Benar-benar tipe pria idaman Caera, karismatik dan pintar memasak.

"Caera, kau memiliki kekasih?" Marsh menanyakan hal yang tak ingin Caera bicarakan, bukan karena ia malu tidak memiliki kekasih namun karena ia tidak ingin Marsh memasuki dunianya.

"Jika yang kau maksud kau ingin bersamaku maka lupakan, aku tidak tertarik dengan hubungan. Selagi kau tidak memiliki perasaan cinta padaku maka pintu apartemen ini akan selalu terbuka untukmu." Caera tidak pernah ingin menjebak Marsh bersamanya, Marsh bisa mendapatkan wanita yang lebih baik bukan wanita yang akan mengotori tangannya dengan darah.

"Apa maksudmu?"

"Maksudku sudah jelas, Marsh. Aku hanya wanita yang tidak pernah ingin terikat pada suatu hubungan melelahkan. Jalani saja seperti ini maka kita bisa berdampingan, hanya jangan gunakan perasaanmu."

Marsh menatap Caera kecewa, kenapa Caera mematahkan harapannya begitu cepat. Tapi Marsh tidak akan menyerah secepat ini. Ia pikir ia akan bisa membuat Caera keluar dari rasa takutnya tentang sebuah hubungan. Benar, Marsh akan membuat Caera menerimanya.

"Kita lakukan seperti yang kau katakan." Marsh menyetujui ucapan Caera.

Caera melirik Marsh sesaat lalu ia melahap sarapannya.

"Bisa aku memiliki nomor ponselmu?" Marsh harus bisa menghubungi Caera agar hubungan mereka makin dekat.

"Hm, bisa." Caera memberikan nomor ponselnya.

♥♥

Siang ini Caera berkeliaran disekitar kampus tempat Shawn bekerja, ia hanya ingin mengetahui seberapa luar biasanya Shawn hingga kakaknya bisa mencintai pria itu hingga mati mengenaskan.

"Itu dia." Caera melangkah mendekati Shawn. Caera kini tahu bukan hanya kakaknya yang menggilai Shawn karena hampir setiap mata mahasiswi yang berada di koridor menatap Shawn seperti ingin menerkamnya dan membawanya ke ranjang.

Dugh... Kali ini Caera sengaja menabrak Shawn.

"Ah, maafkan aku." Caera mengambil buku milik Shawn yang terjatuh.

Shawn melihat ke Caera, ia sadar kalau ini adalah kedua kalinya ia ditabrak wanita ini.

"Gunakan cara lain untuk merayuku, cara ini sudah terlalu mainstream dan murahan. Sekali lagi kau menabrakku maka aku tidak akan melepaskanmh!" Shawn memperingati Caera tajam.

Waw,, Caera memang harus memuji Shawn, saat semua laki-laki menatapnya lapar hanya Shawn yang bersikap dingin padanya. Tapi Caera juga tahu kalau bersikap seperti ini memang trik laki-laki agar digilai oleh para wanita.

"Merayu? Aku? Apakah aku terlihat seperti ingin merayumu?" Caera menaikan alisnya, ia menyunggingkan senyuman miringnya.

Shawn melirik Caera datar. "Kau tidak menarik sama sekali, aku tidak menyukai jenis wanita murahan sepertimu. Aku tidak akan bicara dua kali, saat aku melihatmu lagi disekitarku maka kau akan mati." Shawn berkata tajam.

Caera tidak terpengaruh sama sekali. Harga dirinya terluka karena Shawn yang mengatakan hal itu tapi wajahnya tak menunjukan itu ia malah menyunggingkan sebuah senyuman. "Ah, bagaimana ini? Mungkin saja kita akan bertemu secara tidak sengaja, dan saat itu juga aku akan kehilangan nyawaku. Oh, itu tidak adil, Tuan."

Shawn tidak menjawabi ucapan Caera, ia melanjutkan langkahnya.

"Tuan," Caera bersuara lagi. Ia segera mendekat ke Shawn. "Ini milikmu, aku tidak ingin ada yang mengira aku mengambil barang milikmu untuk aku lihat tiap hari." Caera mengembalikan pulpen Shawn yang jatuh bersama buku mata kuliah Shawn.

Caera segera melangkah meninggalkan Shawn setelah ia menyerahkan pulpen Shawn ke tangan Shawn. Ia sudah cukup tahu tentang Shawn yang entah akan jadi target keberapanya. Tapi sebelum ia bunuh, Caera harus memastikan bahwa ia bisa mendapatkan hati Shawn. Membunuh setelah mematahkan hati itu pasti akan menyenangkan.

♥♥

Caera sudah menyiapkan arena bermainnya dengan Aiden. Ia sedang menunggu kedatangan Aiden.

Ting.. Tong.. Bel apartemen Caera berbunyi.

Caera melihat siapa yang datang, ia menatap dingin ke arah pintu, di depan sana Aiden sudah berdiri. Tangan Caera segera meraih kenop pintu.

"Masuklah." Caera meminta Aiden untuk masuk.

Untuk beberapa detik Aiden tidak berkedip. Penampilan Caera malam ini terlihat sangat jalang. Ia mengenakan pakaian yang sudah benar-benar siap untuk sebuah perimainan.

"Bau parfumemu memabukan sekali, Aiden." Caera mendekatkan wajahnya ke leher Aiden.

"Kau suka?"

"Ya, aku suka." Katanya lalu menjilati daun telinga Aiden membuat pria itu merinding seketika. Aiden pernah menghadapi wanita yang lebih jalang dari Caera tapi tidak ada yang bisa membuatnya merinding seperti ini.

"Jadi seperti apa permainannya?" Tanya Aiden.

"Aku dominant dan kau submissive."

"Tidak terbalik?"

"Tidak, aku yakin kau sudah sering jadi dominant dan saat ini aku tidak ingin memainkan permainan yang biasa. Mari kita mainkan permainan yang tidak biasa."

Aiden menyeringai, tidak salah ia datang ke tempat ini karena ia yakin kalau Caera pasti akan membuat permainan yang menyenangkan.

"Dimana kita bermain?"

"Disana, Sayang." Caera menarik tangan Aiden, ia membawa Aiden ke dalam sebuah ruangan yang ada di dalam kamarnya. Caera beruntung karena pemilik apartemen yang lama mendesign tempat itu dengan baik, ada sebuah ruangan rahasia di tempat itu, sepertinya pemilik apartemen tersebut jugapengidap penyakit kelainan seksual karena di ruangan itu terdapat peralatan lengkap untuk melakukan seks kasar. Ruangan itulah yang akan Caera gunakan untuk bermain-main dengan pria-prianya.

"Waw." Aiden terpukau dengan ruangan itu, "Kau memiliki semua ini?" Tanya Aiden. Ia tidak menyangka jika Caera memiliki arena bermain seperti miliknya di club.

"Tentu saja, aku penyuka s*ks jenis ini." Caera mengalungkan tangannya di leher Aiden lalu melumat bibir Aiden kasar dan bergairah.

Lidah mereka saling menjelajahi, tangan Aiden menekan leher Caera agar bisa mencium Caera lebih dalam. Ia melepaskan pakaian yang Aiden kenakan, hari ini dia yang akan menjadi master jadi dialah yang memegang kendali permainan.

"Ah, fuck!! Lidahmu benar-benar panas, Caera." Aiden memejamkan matanya, ia ingin meledak karena kenikmatan yang Caera berikan.

Caera tersenyum mengerikan, ingin sekali ia menggigiti penis Aiden hingga putus namun Caera harus menahannya karena ini belum saatnya. Caera akan memberikan kenikmatan terlebih dahulu barulah ia akan melenyapkan Aiden.

"Ah, Caera." Aiden mempercepat gerakan kepala Caera. Ia memejam nikmat saat cairan miliknya memenuhi mulut Caera.

Caera mendorong Aiden untuk naik ke sebuah meja berukuran satu kali 2 meter yang terbuat dari stainless, di setiap sudut siku-siku meja tersebut terdapat sebuah benda hitam yang digunakan untuk memborgol tangan dan kaki Aiden.

"Mari kita mulai permainan yang sesungguhnya." Caera meletakan setiap sisi tangan Aiden ke borgol begitu juga dengan kakinya.

Aiden baru pertama kali menjadi seorang submissive dan pengalaman pertamanya ini cukup menegangkan tapi pria sakit jiwa seperti Aiden memang menyukai hal gila jadi ia akan menikmati ini.

Caera naik ke meja stainless tersebut, ia mulai menjelajahi tubuh Aiden dengan lidahnya, memainkan penis Aiden dengan tangannya yang sudah terlatih. Aiden tidak bisa bersuara karena saat ini mulutnya disumpal oleh Caera, bagi Caera inilah waktu yang tepat untuknya membunuh Aiden. Setelah ia pikir, ia tidak sudi dimasuki oleh Aiden. Beruntung ia memiliki cara cepat untuk membuat Aiden tidak bisa bergerak.

Caera tiba-tiba menghentikan gerakannya, ia membuka sumpalan mulut Aiden. "Ini tidak menyenangkan." Kata Caera kecewa.

"Bagaimana kau menyimpulkan? Ini baru dimulai, Caera." Aiden menatap Caera tidak mengerti.

"Aku punya cara agar lebih menyenangkan, tunggu sebentar." Caera turun dari meja tersebut. Ia bergerak ke sudut ruangan dan menarik sebuah troly stainless dan mendorongnya mendekat ke meja tempat Aiden berbaring.

"Apa itu?" Aiden menatap ke peralatan yang ada di troly.

"Untuk kita bermain."Caera memilih pisau yang ada di atas trolly, ia mengambil satu.

"Kenapa harus memakai itu, Caera?" Aiden mulai merasa aneh, itu bukan digunakan untuk bermain tapi membunuh. Aiden tahu betul fungsi alat yang suka ia mainkan itu.

"Karena aku ingin." Caera mengarahkan pisau itu ke wajah Aiden. "Kau tampan, tapi memuakkan. Bagaimana ini? Permainan ini tidak menyenangkan dan aku tidak suka dengan hal yang tidak menyenangkan." Srett,, Caera menggoreskan pisau itu pada wajah tampan Aiden hingga membuat Aiden meringis sakit.

"Lepaskan aku, Caera. Apa maumu!"

Caera tersenyum kejam, "Lepas? Lepas, HAH!!" Krak,, Caera menusukan pisaunya ke lengan Aiden hingga Aiden berteriak kesakitan.

"Diam, jangan merengek seperti bayi. Ini masih belum seberapa." Caera menarik pisau yang tertancap ke lengan Aiden. "Nah, Aiden, bagaimana rasanya jadi bahan mainan? Menyenangkan bukan? Kau harus tahu beginilah rasanya jadi wanita-wanita yang kau mainkan." Caera menjilati pisau yang ada darah Aiden tersebut.

"Siapa kau!"

"Aku?" Caera mengangkat pisaunya lagi.

"AKHHHHHH!!" Aiden berteriak lagi ketika pisau Caera sudah menusuk ke pergelangan tangannya.

"Kau mau tahu siapa aku? Kau tidak perlu tahu, yang harus kau tahu aku adalah salah satu orang yang kehilangan karena kau." Krak,, Caera mencabut kembali pisau tersebut. "Kau tahu, aku akan membunuhmu dengan sangat perlahan. Membiarkan kau kehabisan darah dan memotong-motong bagian tubuhmu."

"LEPAS!! LEPASKAN AKU!!" Aiden berteriak. Ia bergerak memberontak berharap kalau borgolan ditangannya akan lepas.

"Kau berisik." Caera memukul wajah Aiden dengan gagang pisau. Ia mengambil sebuah penjepit.

"K-kau mau apa!! KAU MAU APA WANITA SAKIT JIWA!!"

"Memotong lidahmu."

Aiden menutup mulutnya rapat. Caera tersenyum tipis. Ia mengambil sebuah pisau, krak,, "AKHHH!!" Aiden berteriak dan saat itu juga Caera menjapit lidah Aiden dan memotongnya.

"Ahahahahhaha..." Caera tertawa sakit jiwa saat melihat lidah Aiden yang berada di telapak tangannya. Dara keluar dari mulut Aiden. Pria itu merasakan sakit yang luar biasa hingga sampai ke otaknya. Sekujur tubuhnya seakan teriris-iris padahal baru tangan kiri dan juga paha kirinya yang tertusuk pisau.

Caera menarik pisau yang ia tancapkan di paha Aiden. "Nah, ini baru tidak berisik."

Aiden menggeleng-gelengkan kepalanya kasar agar Caera tidak melanjutkan aksinya. Aiden tidak pernah tahu kalau ada orang yang lebih sakit jiwa dari dirinya dan seven psychopath. Caera bersenandung kecil, ia benar-benar dalam mood membunuh yang baik. Ia memutari meja itu, tibalah ia disisi kanan Aiden. Ia menusukanan pisaunya berkali-kali ke lengan Aiden hingga lengan itu hampir putus. Mata Aiden hampir keluar karena rasa sakit akibat tusukan brutal Caera.

"KENAPA!! KENAPA KALIAN MELAKUKAN ITU PADA KAKAKKU, HAH!! KENAPA!!" Caera lagi-lagi menusukan pisaunya namun kali ini ke paha kanan Aiden. Terakhir ia menggunakan seluru tenaganya menusukan pisau di paha Aiden.

Aiden tak bergerak lagi, rasa sakit itu begitu mematikan untuknya.

"Kau tahu, hanya dia satu-satunya yang aku miliki di dunia ini, hanya dia! HANYA CALYA!!!"

Otak Aiden yang setengah berfungsi kini tahu siapa Caera, kerabat dekat Calya, mungkin adiknya.

"KALIAN MEMPERKOSANYA,,, MENGHANCURKAN WAJAHNYA DAN MEMBUNUHNYA!! KALIAN BINATANG!! KALIAN PANTAS MATI!!" Caera mencabut pisau tadi dan menusukannya berkali-kali ke penis Aiden hingga terputus.

"MATI!! MATI!! MATI!!" Kata Caera dengan semua kemarahannya, ia kini tidak bergerak sendiri namun juga bersama Calya. Roh Calya ikut memegang pisau itu. Darah mengalir deras menggenangi tubuh Aiden.

Pria itu sudah sekarat, nyawanya sudah diujung.

"MATILAH KAU, AIDEN!!" Caera mencabut pisau yang tertancap di bola-bola Aiden, kini ia menusukan pisau itu ke perut Aiden, berkali-kali hingga perut itu terkoyak lebar. Darah membasahi tubuh Caera, bau darah membuat Caera terpikat, ia suka, ia suka sekali dengan bau darah.

Aiden sudah tewas, pria itu tewas lebih mengenaskan dari apa yang terjadi pada Calya. Kaki dan tangannya terputus, perutnya robek besar seperti diterkam hewan buas, lidahnya terputus, kejantanannya yang ia pakai untuk memperkosa Calya sudah terlepas dari tubuhnya. Caera sudah menyelesaikan orang pertama.

"Teman-temanmu akan mendapatkan giliran selanjutnya, Aiden. Jika kau bisa membantu mereka maka bantulah." Caera tidak akan takut jika dirinya dihantui oleh Aiden, bahkan jikaAiden benar menghantuinya maka dia akan membunuh Aiden lagi dan lagi.

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel