Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

4

Gemerlap lampu memenuhi 7P nightclub, para pengunjung sudah turun ke lantai dansa dan sebagian masih di tempat duduk mereka menikmati minuman mahal mereka.

Caera masuk setelah mengantri untuk masuk ke club terkenal itu, hanya orang-orang tertentu yang bisa masuk ke dalam club itu, tentunya yang berdompet tebal namun pengecualian untuk para wanita cantik, mereka bebas masuk untuk menyenangkan hati mereka dan juga menyenangkan para pria yang mencari kesenangan di tempat itu.

Caera mengedarkan pandangannya ke semua penjuru club, dimana Aiden? Dia menanyakan keberadaan tujuan utamanya berada disana.

Lampu sorot bergerak ke satu arah, disana seorang pria tengah berjalan menuju ke stage. Mata Caera menatap tajam pria itu, dapat, ia menemukan Aiden.

Kaki Caera melangkah maju ke mendekati stage, ia harus lebih dekat ke Aiden agar terlihat oleh pria itu. Ia yakin penampilannya sudah memikat saat ini tapi ia juga tahu kalau banyak wanita yang lebih memikat darinya.

sudah menemukan tempat yang bisa dilihat oleh Aiden, ia kini mulai berjoget menikmati musik yang Aiden mainkan.

Beberapa pria lain datang ke stage, mereka adalah teman-teman Aiden minus Alvin dan Alan yang saat ini sedang ada pekerjaan. Stage memang tempat yang dikhususkan untuk Aiden dan teman-temannya.

Mata Aiden terperangkap ke sosok Caera yang masih menari sendirian, matanya menatap Caera dari atas hingga ke kaki Caera yang mengenakan stilletto hak runcing, Caera terlihat seperti daging mentah bagi Aiden, pria itu menyukai wanita yang seperti Caera. Mengenakan mini dress berwarna hitam yang menunjukan hampir setengah payudara sintalnya yang bisa dipastikan masih kencang.

Caera merasa berhasil memancing Aiden, ia segera bergerak untuk membuat Aiden merasa tertarik padanya, ia melangkah pergi namun ia tidak membuat dirinya tak terlihat oleh Aiden.

"Shawn, gantikan aku." Aiden meminta Shawn untuk menggantikannya. Shawn sudah sering seperti ini, ia tahu kalau Aiden menemukan seorang wanita.

"Pergilah." Shawn mengambil alih peralatan dj Aiden.

"Kau yang terbaik,Shawn." Aiden menepuk pundak Shawn, ia segera berlari mengejar Caera.

Para wanita yang menggilai Shawn berteriak histeris saat pria itu yang menjadi dj, banyak pria tampan disana namun yang sangat misterius dan menggairahkan adalah Shawn yang berkepribadian dingin dan cuek.

"Tunggu," Aiden meminta Caera untuk berhenti melangkah.

Kaki jenjang nan indah milik Caera berhenti melangkah, ia membalik tubuhnya menatap Aiden dengan tatapan datar, Caera tidak terlihat menggilai Aiden. Ia memang sengaja menggunakan aksen dingin agar Aiden merasa semakin penasaran padanya.

"Ada apa?" Caera menaikan alisnya.

"Aku rasa tadi kau memintaku untuk menemuimu." Kata Aiden mendekat ke Ceara.

"Me? No." Caera menggelengkan kepalanya.

"Aiden." Aiden malah mengulurkan tangannya.

Caera melihat ke uluran tangan Aiden. "Caera." Katanya tanpa berniat menerima uluran tangan Aiden.

Aiden menarik tangannya dengan senyuman menawannya untuk menutupi rasa marahnya karena Caera menolak uluran tangannya. "Kau baru disini?"

"Ya, aku pikir tempat ini menyenangkan tapi ternyata aku salah." Caera memperlihatkan ekspresi datarnya.

"Jadi, kau punya tempat yang lebih menyenangkan?"

"Apartemen kecil milikku, mungkin."

"Itu terdengar menyenangkan." Aiden menyeringai nakal.

"Tapi aku tidak sedang ingin bermain malam ini, kau bisa datang besok malam atau kapanpun kau mau." Caera mengundang Aiden untuk datang ke apartemen miliknya. Caera sudah menyewa sebuah apartemen baru. Ia tidak mungkin membawa orang-orang terkutuk itu ke tempat kakaknya karena pria-pria itu mungkin saja tahu tentang tempat tinggal kakaknya.

"Besok?" Aiden mengerutkan keningnya. Tidak pernah ada orang yang tahan pada godaannya tapi Caera, bahkan wanita itu menentukan kapan jalannya permainan. "Baiklah, besok aku akan datang."

Caera membisikan alamat dan nomor apartemennya. "Ingat baik-baik, aku tidak akan mengulanginya."

"Nomor ponselmu?"

"Aku tidak berbagi nomor ponsel." Caera benar-benar membuat Aiden tertarik. "Ah, ajak teman-temanmu jika kau mau. Aku tidak keberatan melakukannya beramai-ramai."

"Aku akan datang sendirian." Kata Aiden. Inilah maksud Caera dengan mengatakan tentang ramai-ramai, ia tahu kalau pria yang sudah terpikat seperti Aiden tidak akan berbagi untuk permainan yang pertama kali.

Caera tersenyum tipis, ia mendekatkan wajahnya ke wajah Aiden. Melumat lembut bibir Aiden namun perlahan berbuah jadi ganas hingga membuat Aiden kesulitan bernafas.

Fuck!! Aiden mengumpat dalam hatinya, bahkan hanya dengan ciuman saja kejantanannya sudah berdiri tegak. Caera tersenyum tipis, ia bisa merasakan tonjolan dibalik celana jeans yang Aiden kenakan.

"Sampai jumpa besok malam." Caera berbisik di telinga kanan Aiden lalu menjilat basah telinga Aiden hingga membuat Aiden makin menginginkan wanita tersebut. Caera meremas kejantanan Aiden dari luar lalu mengedipkan matanya ke Aiden dan setelahnya ia segera pergi meninggalkan Aiden dengan langkah angkuh namun indah.

"Aku tidak hanya akan membuatmu kehabisan nafas, Aiden. Tapi juga akan membuatmu kehabisan darah." Caera terlihat menyeramkan.

Setelah melihat Caera masuk ke dalam taxi, Aiden segera masuk kembali ke dalam clubnya.

"Kenapa kembali?" Shawn bertanya pada Aiden.

"Karena wanita itu sudah pergi." Aiden mengambil alih kembali permainan musiknya.

♥♥

"Marsh." Caera menyapa pria tampan yang berdiri di depan mobilnya.

"Aku pikir aku tidak akan bertemu denganmu lagi."

"Well, kau merindukanku, eh?" Caera menggoda Marsh.

"Aku rasa seperti itu."

"Kalau begitu bermalamlah di apartemenku." Caera mengajak Marsh untuk menginap di tempatnya. Bukan tanpa alasan Caera mengajak Marsh bermalam di tempatnya.

"Aku parkirkan dulu mobilku."

"Ya, aku tunggu kau disini."

Marsh segera memarkirkan mobilnya setelahnya ia kembali ke Caera.

"Ayo." Caera melangkah mendahului Marsh.

"Kau terlihat berbeda malam ini."

"Benarkah?" Caera menyunggingkan senyumannya. "Kau hanya belum mengenalku saja."

"Kita bisa saling mengenal setelah ini." Marsh memiliki maksud lebih dalam lagi, sejak ia melihat Caera dua hari lalu ia tidakbisa melupakan wajah Caera. Ia merasa sangat tertarik dengan Caera.

"Benar, kita bisa saling mengenal."

Mereka sampai di apartemen kakak Caera. Malam ini Caera masih menempati apartemen itu, ia hanya akan ke apartemennya jika ia hendak mengeksekusi 7 pria terkutuk.

"Masuklah." Caera membukakan pintu yang lebar untuk Marsh.

"Dimana kakakmu?" Tanya Marsh. Seingatnya Caera mengatakan kalau itu tempat kakaknya.

"Dia sedang bekerja di LA." Bohong Caera. "Kau mau minum?" Caera melangkah mendekati pendingin setelah menutup pintu.

"Hm." Marsh duduk di sofa. Ia memperhatikan sekelilingnya, terdapat foto keluarga berukuran kecil di meja sudut ruangan tamu.

"Hanya ini yang aku punya." Caera menyuguhkan dua minuman kaleng.

"Tidak apa-apa, harusnya aku membawa makanan atau minuman kesini."

Caera tersenyum, ia membuka penutup kalengnya lalu meminum cairan yang ada di dalam kaleng tersebut.

Caera memperhatikan wajah rupawan Marsh, dia tidak akan cocok untuk pria seperti Marsh karena setelah ini tangannya akan berlumuran darah. Ia tidak bisa berpikir jika ia hanya akan membunuh 7 orang saja, mungkin penyakitnya bisa membuatnya membunuh lebih dari itu.

Mata Marsh membulat saat Caera melumat bibirnya dengan bergairah. Marsh tidak bisa menolak Caera, tangan kanannya memegang tengkuk Caera lalu memperdalam ciuman mereka.

Kedua tangan Caera bergerak membuka kancing kemeja Marsh, membuka pakaian yang pria itu kenakan hingga memperlihatkan dada bidang dan perut kota-kotak milik Marsh. Tangan Marsh tidak tingga diam, ia menurunkan resleting gaun Caera dan menurunkannya hingga memperlihatkan payudara sintal nan bulat milik Caera, payudara itu masih benar-benar kencang seperti tak pernah tersentuh pria sebelumnya. Tangan Marsh merajai payudar Caera, memainkan puting Caera yang berwarna merah jambu. Caera mengerang, ciuman Marsh berpindah ke lehernya, membuat tanda kepemilikan yang entah berapa hari akan hilang. Lidah itu terus menyusuri leher Caera hingga menimbulkan sensasi panas yang membakar tubuh Caera hingga ke intinya.

"Ahh,, Marshh..." Caera mengerang, tangan Marsh makin bergerak lincah, menyentuh bagian-bagian sensitif Caera.

"Do you want me, Caera?"

"I want you so badly."

"Then you can have me." Marsh menciumi Caera.

"Are you still virgin?" Marsh merasakan kalau ini yang pertama kalinya bagi Caera.

"It's okay, just do it." Caera memang menginginkan ini, lebih baik Marsh mengambil keperawanannya daripada Aiden. Ia tidak sudi memberikan keperawanannya pada pria terkutuk seperti Aiden.

Marsh tidak bisa mundur, dia menginginkan ini, benar-benar menginginkan ini.

"Ini akan sedikit sakit, tapi aku akan membuatmu nyaman agar kau tidak terlalu merasakan sakitnya." Kata Marsh.

Caera mempercayakan itu pada Marsh, ia yakin Marsh tidak akan begitu kejam padanya.

Caera terkulai di ranjang setelah pergumulannya dengan Marsh barusan. Ia lelah tapi ia ingin lagi begitu juga dengan Marsh. Akhirnya mereka melakukannya beberapa kali lagi sebelum akhirnya mereka terlelap saling berpelukan.

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel