Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

Bab 7 Dikurung

Bab 7 Dikurung

"Nggh ...." Fachri terbangun setelah dia merasa telah tertidur sangat lama.

Saat ini kepala belakangnya terasa sangat pegal dan sedikit sakit. Ketika Fachri mencoba untuk mengusap tengkuknya, tiba-tiba dia terkejut saat merasakan tangannya yang telah terikat pada sebuah besi yang tidak jauh dari tempatnya duduk saat ini.

Sadar akan apa yang tengah terjadi. Fachri dengan cepat mengangkat kepalanya. Dan didetik itu juga matanya melebar dengan ekspresi terkejut yang tidak bisa disembunyikannya.

Dari sudut netranya dia bisa melihat dengan jelas sebuah dinding pembatas yang menjulang tinggi, dan di sekelilingnya terdapat bangunan yang terlihat seperti gudang.

"Siapa pun, apa ada orang di sini?" teriak Fachri dengan wajahnya yang begitu cemas.

Pria itu menggerak-gerakkan tangannya yang diikat dengan tidak terlalu kuat. Fachri kembali mengedarkan pandangannya, ruangan ini begitu gelap tanpa penerangan sedikit pun. Tidak ada celah kecil sdikit pun yang bisa dilihatnya, kecuali celah pintu yang ada di depannya.

"Halo, apa ada orang di--"

Teriakan Fachri seketika terputus saat tiba-tiba sebuah mulut pistol menenyentuh pelipis kirinya. Dengan perlahan Fachri mencoba untuk mengangkat kepalanya dan menatap orang yang telah menodongkan pistol itu ke kepalanya.

Tepat di depannya saat ini terdapat bebeorang berbaju entahlah Fachri tidak bisa meyakini penglihatannya di tengah kegelapan ini. Tetapi satu hal yang bisa di tangkap jelas oleh Fachri, yaitu tatapan nyalang yang diberikan oleh pria yang memegang pistol dan siap ditembakkan ke kepalanya.

Fachri menelan salivanya dengan sangat sulit. Bagaimana tidak, saat dihadapkan dengan pria-pria kekar di depannya, siapa yang tidak akan takut. Fachri hanyalah manusia biasa seperti para orang awam biasanya. Jika dihadapkan dengan pria berotot seperti mereka, Fachri juga tentu akan merasa takut.

Tidak hanya memiliki tubuh yang berotot, walaupun orang-orang itu memiliki tinggi bada yang sama dengan Fachri, mereka juga memiliki mata yang tajam dan cukup berhasil untuk membuat seorang Fachri yang notabenenya pemuda polos menjadi terintimidasi.

Jika dibandingkan dengan tubuh kekar orang-orang itu, Fachri memiliki tubuh yang lebih kurus, karena sejak kecil diberi asupan karbohidrat seadanya dan jarang berolah raga. Dan untuk mencoba melawan dan meloloskan diri, Fachri benar-benar berpikir panjang untuk melakukan hal nekat itu.

Saat orang-orang itu hendak keluar meninggalkannya, dengan segenap keberanian yang masih tersisa, Fachri memberanikan dirinya untuk bertanya.

"K-kenapa kalian membawaku ke tempat ini? Di mana tepatnya ini berada?"

Fachri menatap punggung mereka takut-takut. Bisa saja jika dia salah bertindak maka dia akan mendapatkan yang lebih dari ini. Jadi, dia berpikir untuk menghindari segala sesuatu yang kemungkinan akan membuatnya semakin lama di tempat gelap ini.

Salah satu penjaga kemudian berbalik dan memberikan Fachri tatapan tajam miliknya, dia memandang Fachri dengan wajah yang masam. Bukannya menjawab pertanyaan Fachri, pria itu justru kembali berbalik dan melangkah pergi meninggalkan Fachri sendiri di dalam ruangan itu.

"Hei, kau mendengarnya. Kenapa kalian mengurungku di sini?"

Fachri kembali berteriak dengan sedikit keras karena para pria itu sudah sedikit jauh darinya. Namun, tak ada satu pun jawaban yang mereka berikan, mereka terus berjalan semakin jauh mendekati pintu. Mereka mengabaikan Fachro, bahkan untuk berbalik pun mereka sangat enggan.

"Kalian salah orang, aku bukan orang yang kalian--"

Klik

Perkataan Fachri terhenti saat suara itu terdengar di telinganya. Pria itu mendesah pasrah ketika mengetahui bahwa pintu itu sengaja dikunci dari luar. Meninggalkan kesunyian dia ruangan yang terasa begitu hampa, tanpa penerangan, dan tanpa celah sedikit pun.

Baiklah, tak ada yang bisa dia lakukan sekarang, dia hanya bisa menunggu apa yang akan mereka lakukan selanjutnya. Dia hanya berharap mereka telah salah menangkap orang, mungkin mereka keliru, dan dia bukanlah orang yang mereka cari sebenarnya.

"Apa sebenarnya yang terjadi di sini? Kenapa mereka menahanku?" Fachri bertanya dengan putus asa. Dia tidak mengerti semuanya, tidak mengerti kenapa orang-orang asing itu menatapnya begitu tajam, seolah dia telah melakukan kesalahan.

Fachri menundukkan kepalanya mencoba mencerna apa yang sebenarnya tengah direncanakan oleh orang-orang yang sama sekali tidak dikenalnya itu. Kenapa mereka mengurungnya di ruang asing ini.

Apa yang salah dengan dirinya?

Fachri merasa tidak melakukan apa pun. Dia bahkan baru pertama kali datang ke negara ini, lalu kenapa mereka menahannya seolah-olah dia adalah seorang penjahat. Bukankah ini tindakan kriminalitas. Bukankah dia harus melaporkannya pada pihak yang berwajib.

Tapi bagaimana?

Bagaimana dia harus melakukaannya saat dia tidak bisa melakukan apa pun, saat dia sendiri pun tidak bisa melepaskan diri dari ikatan dan ruangan ini.

Bagaimana dia bisa keluar dari tempat gelap dan pengap ini. Mata yang biasanya melihat dengan terang kini tidak berfungsi untuk bisa mengidentifikasi sekitarnya. Belum lagi tangannya yang terikat pada sebuah besi. Walaupun ikatan itu tidak terlalu kuat, tetapi dia juga bukan pria yang bisa dibilang kuat untuk melepaskan sebuah ikatan besi di tangannya.

Seharusnya saat ini dia sedang berada di hotel untuk beristirahat karena besok dia akan melakukan presentasi bebas sebagai pengenalan perdana untuk mesin penemuannya kepada orang-orang di luar Indonesia. Seharusnya dia sedang melakukan segala persiapan untuk acara itu besok. Seharusnya ....

Fachri begitu kesal dan tidak tahu harus berpikir dan bertindak bagaimana lagi. Hilang sudah semangatnya untuk mengenalkan penemuannya. Tidak ada lagi presentasi, yang ada hanyalah dirinya yang saat ini tidak mengerti dia berada pada situasi apa.

Sebelum dia sampai di negara ini, Fachri sudah membayangkan betapa bahagianya dia saat membagikan pengetahuannya dan mesin penemuannya kepada banyak orang.

Tetapi saat kesadarannya pulih dan terjebak di dalam ruangan ini, dia begitu bingung alasan di balik penyekapan ini. Dia datang denga niatan yang baik, namun dia tidak menyangka bahwa beberapa orang asing memperlakukannya dengan sangat buruk seperti ini.

"Ya Allah, apa yang telah aku perbuat ...."

"Astagfirullahalazim."

"Astagfirullahalazim."

"Astagfirullahalazim."

Fachri terus melapalkan istigfar untuk menjernihkan pikirannya yang sudah mulai memikirkan hal-hal aneh. Dia juga melantunkan sholawat yang selalu dibacanya saat hatinya gundah seperti ini.

Fachri sangat ingin menghubungi Angga dan memintanya untuk menjemputnya ke sini. Tetapi tidak mungkin, karena semua barang yang dibawanya kini entah ada di mana. Terakhir kali dia mengingat bahwa ada seorang pria yang mengambil ponselnya. Dan tanpa ponsel itu dia tidak akan bisa mengabari siapa pun, bahkan kedua orang tuanya.

Entah sudah berapa kali Fachri mencoba untuk berpikir jernih, tetapi tetap saja pikiran-pikiran negatif juga selalu melintas di kepalanya. Tentang apa yang akan tejadi jika dia tidak segera kembali. Orang tuanya pasti akan sangat khawatir ketika tidak mendapat kabar darinya, begitu pula dengan Angga dan Rani. Apa yang akan mereka pikirkan ketika dia tidak bisa memberitahu keadaannya saat ini.

Ketakutan-ketakutan itu semakin merasuk ke dalam relung hati Fachri. Rasa khawatir,cemas, bingung dan perasaan-perasaan lainnya bercampur menjadi satu membentuk sebuah ketakutan yang menekan jiwa Fachri.

Apakah orang-orang itu akan membunuhnya?

***

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel