Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

Bab 6 Terjebak

Bab 6 Terjebak

"Allahummasholli'ala Muhammad wa'alaali sayyidina Muhammad."

"Astagfirullahazim."

Rapalan-rapalan do'a terus dilantunkan Fachri sejak perjalanannya dari bandara Changi beberapa menit yang lalu. Hatinya tak henti-henti meminta perlindungan dan pertolongan dari Allah jika terjadi sesuatu yang salah pada kondisinya saat ini.

Hatinya merasa tidak tenang sesaat setelah dia duduk di dalam mobil pria yang menjemputnya. Ada sesuatu yang mengganjal dan membuatnya merasa aneh. Fachri mencoba untuk berpikir positif bahwa dia akan dibawa kemana seharusnya dia berada saat ini. Sesuai tempat yang ada di surat undangan, Fachri akan bermalam selama satu malam di sebuah hotel yang sudah disediakan oleh panitia, dan acara pengenalan mesin penemuan Fachri akan diadakan keesokan harinya di hotel yang sama, namun akan berlangsung di ruangan khusus yang sudah disiapkan pula oleh panitia.

Namun, pikiran positifnya seakan terbantahkan saat merasakan kecepatan mobil yang ditumpanginya melaju dengan sangat cepat. Benar-benar cepat. Sampai-sampai Fachri harus berpegangan pada sisi pintu mobil untuk menjaga keseimbangan tubuhnya. Setelah mobil melaju, pria berjas hitam itu juga tidak mengeluarkan satu patah kata pun. Hal itu membuat Fachri yang notabenenya adalah seorang pendiam menjadi sungkan untuk sekedar bertanya.

Auranya pun sangat berbeda jauh saat pria itu menemuinya pertama kali dan menyapa Fachri di bandara tadi. Saat ini auranya terasa sangat dingin dan begitu sunyi. Fachri hanya bisa mendengar deru mobil dan suara angin yang begitu kencang karena laju mobil semakin cepat.

Belum lagi kaca mobil yang ternyata terbuat dari kaca yang tidak tembus pandang semakin membuat hati Fachri menjadi penuh. Penuh oleh tekanan tidak enak hati, seakan-akan apa yang terjadi sekarang adalah sesuatu yang salah.

Saat Fachri memiliki inisiatif untuk menghubungi Angga, dia mendapati bahwa ponselnya tidak ada sinyal sama sekali. Apa yang sedang dialaminya saat ini?

Bagaimana dia bisa menghubungi teman serta kedua orang tuanya jika dia sudah berada di Singapura sekarang?

Fachri bahkan tidak sempat membuka ponselnya saat dia baru turun dari pesawat untuk memberi kabar kepada mereka. Fachri memejamkan matanya dengan erat. Sesekali menarik napasnya dengan perlahan untuk menenangkan perasaannya.

'Ya Allah lindungi hambamu dari mara bahaya yang mencoba untuk mendekati hamba' batinnya terus merapalkan doa.

Pikirannya kalut dan kehilangan pokus. Dia bahkan teringat nasihat kedua orang tuanya yang memintanya untuk menjaga diri dan berhati-hati. Apa yang akan mereka pikirkan saat Fachri tidak memberi kabar secepatnya. Padahal pria itu sudah berjanji akan langsung mengabari mereka saat dia tiba nanti.

'Tenang, Fachri. Allah selalu ada di mana pun kamu berada.' Lagi-lagi batinnya mencoa untuk menenangkan kegelisahannya.

Sejenak mata Fachri memperhatikan setiap sudut mobil yang dia tumpangi. Merasa ada yang aneh, dalam pikirannya mobil ini pasti telah dipasangkan alat yang mampu menghilangkan sinyal. Karena, bagaimana mungkin negara maju seperti negara Singapura tidak memiliki sinyal yang kuat.

Sebagai seorang mahasiswa Teknik Fisika, dia tentu dengan sangat mudah mengetahui kejanggalan itu. Tidak perlu berpikir dua kali untuk menyadari bahwa seseorang yang tidak dikenalnya sengaja melakukan ini. Mereka mengacak sinyal. Sampai mereka membatasi orang yang mereka undang untuk sekedar menghubungi keluarganya. Bukankah sangat aneh. Hal itulah yang membuat Fachri semakin yakin terjadi sesuatu yang salah di sini.

Tapi kenapa?

Selama perjalanan kepalanya selalu memikirkan segala kemungkinan yang membuatnya berada di posisi ini. Dia ke sini karena undangan yang diterimanya lewat email. Apa mungkin ini salah satu sebagai penyambutan para peserta?

Namun, mengapa dia?

Apakah ini terjadi karena penemuannya, mesin Contra PrimeOne yang dirakitnya bersama Angga?

Ya, mesin Contra PrimeOne, begitulah Fachri menyebut mesinnya di dalam hati. Tetapi dia merasa tidak melakukan kesalahan karena dia berpikir untuk lebih memudahkan dan mementingkan kemudahan para masyarakat di dunia untuk mendapatkannya.

Setelah menempuh perjalanan yang begitu panjang dengan kecepatan yang sangat tinggi, tiba-tiba mobil yang ditumpanginya berhenti secara mendadak. Fachri bahkan dibuat nyaris terlempar ke depan, wajahnya sampai mencium kaca pembatas row di mana jarak tempat duduknya dengan sang pengemudi. Tidak hanya itu, karena ponsel yang sejak tadi digenggamnya bahkan sampai terlempar ke sisi kursi di sebelahnya.

"Astagfirullah," ucap Fachri samar. Dia begitu terkejut dan refleks membuatnya mengucapkan istigfar. Pria itu mengelus dadanya pelan.

Fachri menatap ponselnya yang jatuh ke sisi kursi di sebelahnya. Saat Fachri berniat ingin mengambil ponselnya, tiba-tiba pintu mobil tepat di mana dia berada terbuka.

Fachri refleks menoleh dengan cepat dan menemukan seorang pria bermata elang dengan baju seragam khusus langsung menatapnya dengan tajam dan menodongkan sebuah pistol tepat di sisi kiri kepala Fachri. Mata pria bermata elang itu sempat melirik ke arah ponsel Fachri yang berada tidak jauh dari tempat Fachri.

Tangan Fachri seketika menjadi dingin. Membayangkan peluru dari pistol itu menembus isi kepalanya. Jika itu sampai terjadi bisa dipastikan dia akan kehilangan nyawa di saat itu juga.

Fachri memejamkan matanya, mengatur napasnya sepelan mungkin untuk menenangkan kepala serta hatinya yang berdebar kencang.

Apa yang harus dilakukannya sekarang. Jika dia mencoba melawan, dia tidak yakin akan menang dari pria-pria yang memiliki bada badan besar jauh dari pada bobot badannya yang tidak seberapa jika dibandingkan dengan mereka.

Tidak lama setelahnya, pintu di sisi kanan Fachri terbuka, salah satu pria yang kemungkinan besar adalah bagian dari mereka merunduk, dan kemudian mengambil ponsel milik Fachri.

Kejadiannya begitu cepat, dan pria yang menodongkan pistol ke kepalanya berujar dengan tegas, "Keluar!"

Fachri tidak langsung menuruti perintahnya. Pria itu tidak bergerak sedikit pun dari kursinya.

Satu menit kemudian, dia berkata, "Tidak! Katakan kalian akan membawaku ke mana!" Fachri memberanikan diri untuk membantak dengan keras. Pria itu bahkan berani membalas tatapan pria yang menodong pistol di kepalanya.

"Keluar, atau akan membuatmu keluar dengan kekerasan!" Pria bermata elang itu menatapnya tajam. "Kau tidak ingin peluru ini menerobos masuk ke dalam kepala cerdasmu bukan!?"

Fachri terkesiap, dia sempat berpikir untuk menolak lagi. Namun, ketika dia melihat telunjuk pria itu bergerak menarik pelatuk pistol, Fachri mengurugka niatnya dan mau tidak mau dia mengikuti perintah pria bermata elang itu. Entah sudah berapa kali Fachri menarik dan menghembuskan napasnya untuk mencoba menenangkan diri. Fachri tidak tahu dia akan dibawa kemana.

Acara pengenalan mesinnya akan diadakan disebuah hotel mewah yang ada di Singapura. Namun, saat dia mencoba mengenali tempat di mana dia berada saat ini, dia sangat yakin bahwa tempat ini bukanlah sebuah hotel. Bukan pula tempat untuk mengadakan sebuah acara.

Saat Fachri berbalik tiba-tiba kepalanya terasa berat karena seseorang sengaja memukul kepala belakangnya.

Bugh

Saat itu juga, pandangan Fachri menghitam dan dia tidak sadarkan diri.

"Aku tidak menyangka pria cerdas sepertimu akan didapatkan semudah ini."

***

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel