Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

Bab 10 Obat Bius

Bab 10 Obat Bius

Di ruang yang begitu gelap, Fachri menggerakkan badannya yang terasa sangat pegal karena dia telah tertidur dengan posisi yang membungkuk. Matanya menyipit mencoba mencerna keberadaannya saat ini. Nyawanya masih belum terkumpul sepenuhnya, dan kepalanya juga terasa sedikit pusing.

Setelah cukup lama beradaptasi dengan kegelapan, Fachri perlahan-lahan mulai kembali pada kesadarannya. Dan ketika dia mengingatnya, dia mendesah pelan karena dia ingat bahwa sekarang dia masih berada di ruangan gelap, karena telah dikurung oleh beberapa orang asing yang tak dikenalnya.

Di dalam hati Fachri bertanya-tanya saat ini sudah jam berapa dan sudah berapa lama dia terkurung di tempat gelap ini. Lama menebak pukul berapa tepatnya saat ini, Fachri merasa ini sudah pagi. Dia sudah tertidur cukup lama, karena tenaganya yang benar-benar terkuras habis.

Dia mengingat sesaat sebelum kesadarannya hilang, terakhir kali dia mencoba untuk meminta pertolongan dengan berteriak, namun tidak ada satu pun yang merespon. Dan setelah lama kelamaan perut dan tenaganya habis. Dan pada akhirnya dia kehilangan kesadaran saat perutnya terasa begitu melilit.

Fachri menghembuskan napasnya pelan lalu berniat untuk salat. Mengingat dia tidak bisa pergi untuk sekedar mengambil air wudhu, Fachri akhirnya memutuskan untuk melakukan tayamum.

Setelahnya dia mulai melafadzkan niat untuk melakukan kewajibannya sebagai seorang muslim, namun sebelum dia memulai, Fachri ingat bahwa dia tidak tahu arah kiblat di tempat ini. Tidak ingin berpikir terlalu lama, akhirya Fachri memantapkan hati dan melakukan salat di dalam hatinya dengan posisi duduknya yang tidak berubah. Fachri menunaikan salatnya dengan mengandalkan intuisinya secara penuh.

Dia sangat berharap setelah melakukan salat, hatinya akan tenang dan pikirannya tidak terganggu. Yang harus selalu diingatnya, bahwa Allah selalu melihatnya. Allah akan melindunginya. Dan Allah tidak akan memberikan ujian ini jika dia tidak bisa melewatinya. Artinya, entah kapan dan di mana, bagaimana pun caranya nanti, Fachri pasti bisa melaluinya. Dia hanya perlu bersabar.

Tidak lama setelah Fachri menyelesaikan salatnya, tiba-tiba pintu ruangan itu terbuka, dan setelahnya seorang pria yang berbeda dengan sebelumnya masuk mendekati Fachri. Wajah pria itu datar, tidak menunjukkan ekspresi apa pun.

Namun, Fachri mengabaikan hal itu, karena kini tatapannya fokus pada tangan pria itu. Fachri bisa melihat dengan jelas, kedua tangan pria itu terdapat sebuah piring yang berisi tumpukan roti bulat. Tampak seperti burger dan di tangannya yang lain dia membawa segelas air putih.

Melihat makanan itu, tanpa sadar Fachri mengucap syukur karena sebentar lagi dia bisa mengisi perutnya yang sudah kosong sejak kemarin. Dia juga bersyukur karena sebentar lagi tenaganya akan pulih kembali.

Saat pria itu berada di hadapan Fachri, tanpa mengeluarkan sepatah kata pun dia menyodorkan piring itu ke hadapan Fachri. Refleks Fachri segera mengambilnya dan membiarkan pria itu berbalik dan meninggalkannya sendiri lagi di ruangan gelap itu. Setelah mendengar pintu dikunci kembali, Fachri segera menatap lapar ke arah makanan di tangannya.

"Allhamdulillah, terima kasih ya Allah," ucapnya tersenyum tipis.

Dengan membaca Bismillah, tidak lupa membaca doa sebelum makan dan memohon ampun karena dia akan menggunakan tangan kirinya untuk makan. Setelahnya, Fachri memulai melahap roti itu. Namun sebelum itu, Fachri lebih dulu meneguk setengah air yang ada di gelas dan memakan burger itu dengan lahap. Fachri memakan makanan itu dengan gerakan yang sedikit tergesa-gesa. Dia bahkan hampir tersedak karena melahap rotinya sebelum menelan yang sebelumnya telah dikunyahnya.

Pria itu takut jika tiba-tiba makanan dan air yang saat ini ada di hadapannya akan diambil kembali. Dia tidak akan berbohong jika dia sangatlah kelaparan, perutnya tidak bisa dibiarkan kosong terlalu lama, atau jika tidak perutnya akan kembali terasa melilit dan akhirnya dia akan kehilangan kesadaran lagi.

Setelah minumannya habis, Fachri segera mengucap syukur karena masih diberi kesempatan untuk memakanan makanan yang enak, walaupun dalam keadaan yang tidak seharusnya.

Tetapi sesaat setelah dia begitu bersyukur, tiba-tiba entah datang dari mana rasa kantuk mulai menyerangnya.

"Tidak. Tidak." Fachri menggeleng dengan sisa tenaganya yang terasa lemah, padahal dia baru saja makan.

"Kau tidak boleh tidur, Fachri. Kau harus tetap terjaga."

Saat ini Fachri terus mencoba untuk membuat dirinya sadar. Melawan rasa kantuk yang terasa semakin kuat. Kenapa dia tidak mamikirkan hal ini sebelumnya, Fachri merasa begitu bodoh dan ceroboh. Bahkan Fachri sampai mengumpat di dalam hatinya. Seharusnya dia curiga atas hal ini, seharusnya dia sudah curiga jika makanan yang diberikan oleh pria itu telah dicampurkan oleh obat tidur yang memiliki dosis yang tinggi.

Ya, Fachri bisa menebak karena rasa kantuk ini datang begitu tiba-tiba saat dia menghabiskan makanan yang diberikan pria itu. Namun, Fachri juga tahu betul dia tidak akan bisa menghindar saat obat itu sudah tertelan dan masuk ke dalam perutnya. Sekuat apa pun dia mencoba menjaga kesadarannya agar tetap ada, itu tidak akan berhasil. Karena saat ini obat itu sudah mempengaruhi sebagian besar kesadarannya.

Sedangkan di luar ruangan, terdapat dua orang penjaga yang sudah bersiap, dengan tandu dan sebuah kertas di salah satu tangan penjaga itu. Kertas itu berisikan surat keterangan yang menyatakan bahwa Fachri telah terkena oleh wabah virus yang saat ini sedang menyebar.

Setelah lima belas menit menunggu, kedua penjaga itu segera membuka pintu dan melihat Fachri yang sudah tertidur lemas di kursi kayunya.

"Ayo, kita harus cepat."

Salah satu pria lebih dulu masuk dan mendekati Fachri, dan pria yang lainnya segera menyusul di belakangnya. Saat mereka berada di hadapan Fachri, kedua pria itu segera melepaskan ikatan tangan Fachri dan mulai mempersiapkan tandu khusus yang memiliki resleting untuk menutupi tubuh Fachri.

"Cepat buka resleting tandunya, dan bantu aku mengangkat tubuhnya."

Pria yang diberi perintah hanya mengangguk dan mulai mengerjakan apa yang diperintahkan oleh penjaga lainnya.

Setelah tandu itu terbuka, mereka berdua mulai mengangkat tubuh kurus Fachri dan meletakkannya di dalam tandu. Sebelum menutup tandu itu kembali, penjaga itu tidak lupa memakaikan peralatan medis dan memakaikan masker dengan merk PrimeOne di mulut Fachri.

Setelahnya tandu ditutup kembali dengan Fachri yang sudah tidak sadarkan diri di dalamnya. Tubuh pria kurus itu terbungkus secara sempurna oleh tandu dan tidak akan ada yang mengetahuinya.

"Pria yang malang. Seharusnya kau tidak membuat masalah yang membuatmu ada di posisi ini," ucap pria yang menutup resleting tandu.

Setelah dirasa cukup, kedua pria itu mulai mengangkat tubuh Fachri yang ada di dalam tandu dan segera membawanya keluar dari ruangan gelap yang telah mengurungnya beberapa hari.

Fachri kemudian memasukkan tubuh Fachri ke dalam sebuah mobil van. Lalu setelahnya, mobil van itu mulai bergerak keluar dari pergudangan di mana mereka menyekap Fachri selama kurang lebih dua puluh empat jam.

***

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel