Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

Bab 9 Nestapa, Permasalahan Pertama

Bab 9 Nestapa, Permasalahan Pertama

Istana megah yang dipenuhi oleh ribuan tamu yang datang. Kalangan atas berkumpul dan menjalin silahturahmi serta berbincang-bincang. Mulai dari masalah bisnis, perjodohan, arisan, keluarga dan banyak lainnya. Jana seperti bidadari yang baru datang dari kayangan. Wajahnya merah merona, bibir tipis merekah berwarna pink. Jana yang didandan semenarik mungkin. Gadis itu memakai gaun Off Shoulder. Serta sepatu yang senada dengan warna gaunnya. Begitu pun dengan Gama. Mereka sama-sama mengenakan pakaian yang serasi. Sangat cocok dan serasi. Semua mata tertuju pada mereka. Terutama Jana. Tidak yang akan tahu kalau Jana adalah gadis dari desa yang menjelma menjadi ratu di acaranya sendiri.

Jana yang didampingi oleh sang paman itu pun keluar. Melewati kerumunan manusia elite dan berderajat itu. Tak bisa dipungkiri, Jana masih tidak percaya dengan apa yang dialaminya saat ini. Benarkah ini nyata atau malah menjadi angan-angan yang semu lalu menghancurkan istana-istana impian yang ia bangun sedari kecil?

Jika ini nyata, impian Jana menjadi nyata. Sebagaimana dulu sewaktu kecil ia bermimpi akan mengadakan acara besar dengan ia mengenakan pakaian yang paling bagus, mahal dan diriasi dengan make up yang sangat bagus. Kini, terjadilah semua apa yang diinginkan Jana.

Jana menatap langit-langit gedung yang dihiasi dengan lampu kelap-kelip sambil tersenyum. "Ma, impian Jana jadi nyata. Pa, andai Papa masih ada. Papa sama Mama pasti senang melihat apa yang dulu Ana bilang jadi kenyataan," batin Jana.

Netranya pun sendu seiring dengan hatinya yang dipenuhi bunga-bunga bermekaran dan degup jantung yang cepat. Tangan Abil membangunkan Jana dari lamunannya. Dengan senyum Abil mengantarkan Jana ke atas panggung.

Di sana kedua keluarga sedang berdiri. Keluarga Jana kiri dan Gama kanan. Sang MC pun memulai acara tersebut dengan candaan hingga memberikan mereka pertanyaan-pertanyaan yang membuat Jana bingung untuk menjawabnya.

"Sekarang kita akan bertanya pada si cantik nan natural," ucap pembawa acara sambil tersenyum dan Jana pun tersipu malu serta membalas senyuman itu.

"Di mana pertama kali kalian bertemu?"

Pertanyaan umum. Bahkan anak kecil pun bisa menjawab pertanyaan seperti itu. Tidak dengan Jana, gadis itu terus menerus menggosokan tangannya dan tidak bisa diam. Lalu, ia teringat awal mula mereka bertemu. Pertemuan yang tidak sengaja dan begitu manis untuk dikenang. Bibirnya terangkat, lalu senyum.

"Aula kampus," ucap Jana tersenyum, menatap Gama.

"Wah sepertinya ada cinta di Aula ya teman-teman." Semuanya bersorak riuh.

Salah seorang fans Gama menunjuk, memberikan pertanyaan yang menohok dan menjatuhkan Jana.

"Aula? Kamu yang jadi tukang sapu-sapu itu ya? Iya kan, ya kan?! Ngaku kamu huuuhhh..."

"Hahhh?!”

Laki-laki yang memakai tuksedo senada dengannya itu menggenggam erat tangan Jana, menyalurkan semangat agar tidak tergoda dengan omongan para manusia yang tidak tahu apa-apa.

"Karena dia adalah gadis yang pekerja keras. Makanya aku memilih dirinya." Gama mengecup punggung tangan Jana. Serona merah menghiasi pipi Jana. Tangannya berkeringat dingin. Gemetaran. Mulutnya tertutup rapat.

"Wah sepertinya Jana meleleh karena Gama mengecup tangannya. Uuh, jadi ngiriii."

Hidangan yang tersaji di meja panjang itu memenuhi hampir 40% ruangan itu. Para tamu dipersilakan untuk mencicipi hidangan sebelum acara utama di mulai. Sementara itu. Riko berpapasan dengan Nadin. Nadin yang dasarnya adalah gadis mata lalat langsung melirik tubuh Riko dari atas sampai bawah. Dia tergoda dengan wajah tampan Riko. Nadin dengan sengaja berpura-pura kakinya sakit agar Riko respek dengannya. Ulat di atas dahan tidak nampak oleh burung pipit, lalu memilih terbang menjauh ke angkasa. Seperti itulah mungkin peribahasa yang pas untuk Riko dan Nadin.

"Sombong sekali. Belagu kamu!" omel Nadin. Brukkkk

Nadin bertubrukan dengan Faisal. Tubuhnya bersujud di depan Faisal.

"Aduh, kamu kalau jalan pakai mata. Jangan pakai dengkul oon!" maki Nadin.

"Eh oneng, seharusnya kamu yang lihat-lihat. Jalan itu menghadap ke depan bukan belakang," timpal Faisal ikut kesal.

"Untung kamu perempuan, kalau tidak sudah babak belur kamu."

"Kamu yang babak belur sama aku."

Dengan lututnya yang sedikit berdarah Nadin menemui Ibunya di belakang. Sepanjang jalan Nadin tidak henti-hentinya mengomel. Si Ibu yang melihat pun jadi terheran dan bertanya, "kamu kenapa Nak`e?" tanyanya, membelai lembut Nadin.

"Ck! Tahulah Ma. Tadi ada laki-laki gila jalan tak pakai mata."

"Ya jalan pakai kakilah sayang. Tidak ada tuh sejarahnya orang jalan pakai mata, hadeuh..." Zola geleng-geleng sembari menepuk jidatnya.

"Haduh, Mama kok oon sih?!" dengus Nadin kesal.

"Jangan banyak bicara! Ayo jalankan misi kita! Kita harus gagalkan pertunangan mereka. Mama tidak rela kalau Jana hidup mewah dibanding putri Mama."

Anak dan Ibu itu saling bekerja sama. Mereka membalikkan skring lampu terlebih dulu. Setelah itu mereka akan melepaskan tikus-tikus agar para tamu ketakutan dan berlalu dari acara tersebut. Kemudian Nadin dan Zola akan menggondol barang-barang berharga yang bisa memberikan uang banyak.

"Kita sampai pada cara puncaknya yaitu pemasangan cincin. Berikan tepuk tangan yang meriah."

Jana mengulurkan tangannya dengan ragu-ragu. Gama mengeluarkan kotak warna biru dari saku tuksedonya. Membuka kotak itu dan memperlihatkan cincin merek Corrine. Cincin Tunangan American Diamond 241 ini merupakan cincin perak. Produk berlapis emas putih ini diberi USA Diamond sehingga tampak elegan. Bahannya terbaik yakni silver sterling dengan lapisan emas putih 18 karat.

"ASSTAGA ... ITU ... ITU ... CORRINE?"

"OMG, BERUNTUNG SEKALI SIH DIA."

"Gila, ini pertama kalinya aku lihat cincin semahal itu."

Puja-pujian saling mereka lontarkan. Ada yang takjub, benci, senang bahkan tidak terima cincin itu melekat pada jari cewek miskin dan kampungan itu.

"Nanti gatal tangan kamu pakai cincin berlian. Kamu itu pantasnya pakai daun aja. Huuuhhh."

Nadin adalah dalih semua masalah. Dia dengan sengaja mengompor-ngompori fans Gama dengan menjatuhkan Jana.

Kini jari manis Jana bersiap akan dipasangi cincin Corrine tiba-tiba seruangan itu menjadi gelap gulita. Karyawan lainnya berusaha untuk menghidupkan diesel, namun sayang diesel itu seketika rusak.

"Mampus kamu Jana. Jangan pernah mimpi buat jadi ratu selagi aku masih ada."

Satu jam kemudian lampu menyala. Terlihat wajah-wajah kesal sedang menatap sinis Jana hingga gadis itu gemetaran dan ketakutan.

"PERTUNANGAN INI BATAL!!!" itu adalah satu kata yang terlontar jelas di depan para tamu. Semuanya bertepuk tangan dengan meriah. Senang.

"Apa-apaan ini Gama?!" bentak Ayahnya.

Bagaimana acara ini bisa kacau sementara kedua orangtuanya sudah setuju dengan hubungannya. Apakah ini semua ulah Riko?

Gama bergegas mendatangi Riko yang sedang minum bersama fansnya. Tidak ada rasa canggung atau apa. Gama melompati Riko, memukul pelipisnya. Hingga Riko oleng seketika dan mengedip-ngedipkan matanya.

BUGGG!!!

Pandangannya saat itu juga buram.

"Gam, kamu kenapa mukul Riko tiba-tiba?!" ujar Satria, memapah Riko ke tempat duduk.

"Kamu kan yang membuat acara aku berantakan!!" maki Gama penuh amarah.

"Sinting ini orang!" balas Riko memegangi pelipisnya yang berdenyut.

"Bro, kamu kenapa jadi sensi begitu!!" kelakar Faisal.

Oops, anak itu keceplosan. Tentu para fans langsung mengupdate berita terheboh dan terpanas versi mereka.

"GAMA SANG DRUMER GANTENG AKAN JADI CALON BAPAK!!!"

Notifikasi bersamaan masuk ke telepon genggam mereka berempat.

"Brengsek! Jangan sampai gara-gara kamu usaha aku, kita semua sia-sia!!" Riko memperingatkan.

Sedangkan Jana meratapi nasib yang lagi-lagi tidak baik. Baru saja ia akan merasakan bahagia, malah duka yang menerpa.

Hidup memang tidak adil bagi dirinya. Di kamar segi empat yang besar ia ditemani dengan balon-balon yang siap diterbangkan bersama angin ketika Gama sudah melekatkan cincin di jarinya.

Kini, hanya dia sendiri yang menerbangkan balon tersebut dengan cara ditusuk dengan pisau agar melayang bersama tangisannya.

Nestapa tak pernah meminta izin untuk masuk lalu pergi. Ia akan mendatangi siapapun yang ia mau. Kuat atau lemahnya seseorang itu.

Yang pasti, jika kamu bertemu dengannya, kuatkan diri. Jangan lemah. Karena dia akan kuat saat kita lemah. Jangan lupa tersenyum.

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel