Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

Bab 4 Pemaksaan Bergairah

Bab 4 Pemaksaan Bergairah

Jana berteriak kencang sebelum akhirnya dibungkam dengan lumatan ganas penuh hasrat oleh Gama. Tangan pria muda itu terlalu lihai membuat pergerakan tubuh Jana terhenti dan terkunci.

Gama sudah kehilangan akalnya dan berganti libidonya yang bekerja menutupi pikiran bersihnya.

Napasnya yang berat terdengar di telinga Jana.

Jana bergetar ketakutan, dia hanya bisa menangis dan Gama berhasil membuatnya tersiksa. Dia tak pernah disentuh dan sekalinya disentuh malah mengalami pelecehan begini.

Gama semakin kasar menciumnya, melumat dan menyesap bibir Jana yang begitu manis dirasakannya. Bibir Jana seola candu yang baru ditemukannya. Mata Gama berkabut penuh hasrat, dia tak memikirkan lagi siapa yang ditidurinya di sofa ruang tamu itu.

“Heump! Heump!” Jana berusaha menjerit namun tetap tak bisa. Bibirnya tersumbat oleh bibir kotor Gama saat ini. bau alkohol menguar hebat dan menjijikkan baginya.

“Ssst... kau diam, menurutlah sayang, dan nikmati saja... nanti sakit,” bisik Gama sambil telunjuknya merapikan anak-anak rambut yang menghalangi wajah Jana.

Matanya yang tak fokus entah kenapa bisa melihat jelas wajah Jana yang berderai airmata berbias cahaya lampu.

“Kamu cantik,” desah Gama lantas mencium kembali mulut Jana.

Jana terlena, dia menangis namun menikmati cumbuan seorang Gama. Tetangganya yang sedang naik daun menjadi artis.

Tangan Gama bergerilya menelusuri tulang leher Jana yang napasnya sudah tersendat-sendat karena ulah Gama. Tubuhnya merinding saat telunjuk Gama menelusuri kulitnya sampai ke tulang selangka.

Jana sudah pasrah, dia tak bisa bergerak dan malah terpancing.

Namun, tangisan Jana kembali mengencang, dia tergugu memanggil ibu dan ayahnya berharap pria itu melepaskannya.

“Hiks.... hiks... le—lepaskan aku, aku mohon...” racau Jana, memohon belas kasihan Gama.

Gama terkekeh mendengarnya. “Sudah besar masih cari Bapak Ibu kamu ya,” timpalnya.

Gama kembali berbisik dengan nada rendahnya.

“Kamu boleh menangis, tapi aku sarankan jangan lawan aku. Aku tak sebaik itu untuk bersikap lembut dan... aku tak yakin kamu akan baik-baik saja nantinya,” ancam Gama.

Tangannya sudah berada di balik kaus Jana dan meraba kulit punggungnya yang halus. Jana terkesiap dan begitu bergetar ketakutan. Gama kembali menciumnya dengan tergesa-gesa. Bibir Jana terasa kebas. Dia menangis namun sudah kehabisan airmata.

Benar-benar apes untuknya malam ini.

Jana ingin menjerit namun, tangan Gama membekap mulutnya dan bibirnya turun menelusuri leher jenjang Jana yang begitu wangi di indera penciuman Gama. Pria itu sudah semakin kesetanan. Dia mengabaikan jeritan Jana yang terhalang telapak tangannya. Tangan yang satunya sudah mengangkat kaus Jana dan menampilkan gundukan gunung kembar yang sekal tertutup bra hitam.

“You are sexy,” geramnya tertahan. Wajahnya sudah terbenam di belahan gunung kembar milik Jana.

Hidungnya menciumi aroma tubuh Jana, tangannya mencari-cari kaitan bra milik Jana dan sukses melepasnya namun tergantung di leher gadis itu termasuk kausnya.

Jana pasrah memejamkan matanya saat itu juga.

Tak ada yang bisa menolongnya jika sudah begini.

Hawa panas di dadanya terasa terhembus dari hidung Gama. Pria itu mulai mengecupi gundukan empuk yang hangat. Bibir pria itu menciumi kulit lembut buah dadanya. Bnar-benar hidangan ternikmat yang pernah dirasakan oleh Gama.

Pria itu mulai memainkan puncaknya yang kecoklatan bersamaan dengan remasannya yang terbilang kencang sampai Jana mengaduh kesakitan. Dia sudah tersiksa namun Gama menyukainya.

Dia mulai memberikan kissmark di area dadanya. Perih dan panas menjadi satu saat Gama menyesap kulit itu dan memberikan bekas merah keunguan. Mulut Gama sudah menyedot puncak dadanya dan membuat kepala Jana pening seketika. Gama menikmati gundukan yang begitu alami, terasa pas dalam telapak tangannya yang masih meremasnya dan memainkannya sampai puncaknya menegang, menghantarkan titik-titik gelenyar yang belum pernah dirasakan oleh Jana. Jana menahan dirinya agar tak terbuai, airmatanya berjatuhan mengalir di pipinya merasa tak berdaya saat pria itu melecehkannya, menikmati tubuhnya yang belum tersentuh sama sekali.

Dia sudah tak bisa melawan. Matanya membelalak sempurna saat telunjuk dan jari tengah Gama sudah berada di liang senggamanya.

“Heump! Heump!!!” Jana berontak, berusaha melawan namun mulutnya dibekap dan tubuhnya dikunci oleh tubuh Gama.

Gama semakin kesetanan, tangisan, teriakan yang teredam dan perlawanan Jana seolah menjadi pemicunya untuk meneruskan aksinya.

“You are so tight,” bisik Gama sambil jarinya membelah lipatan keintiman milik Jana.

Jana menegang, tubuhnya meremang bukan main dan blingsatan saat Gama membelai klitorisnya dan menggesekkan jarinya di lipatan gundukan lemak bawah itu.

Gama begitu bisa menemukan titik kelemahan gadis yang berada di bawahnya.

Jari tengahnya menusuk tepat di liang pusat keintiman milik Jana. Jana menangis pasrah dan tak berkutik saat ada rasa menggelitik geli yang menurun di bawah perutnya.

Gama menyeringai puas melihat wajah Jana memerah, gadis itu berusaha mencegah lonjakan gairahnya yang terpancing sempurna. Jana menahan napasnya dan tubuhnya melengkung dan kepalanya mendongak dengan mata terpejam saat gelombang asing yang membuatnya tak bisa berkutik seiring dengan jari-jari Gama semakin beringas di bawah sana. Jana menegang dan menggeram tertahan seiring cairan kental yang meluber dari pusat gairah tubuhnya.

Gama semakin menyeringai puas melihat Jana yang sudah pasrah di bawah kungkungannya.

Dia mulai mencari kancing celana yang dipakai Jana, dengan mudahnya dia melepas celana Jana lantas disibaknya kain segitiga penutup liang surgawinya itu.

Jana terengah-engah, napasnya tak beraturan dan gadis itu tengah menenangkan pikirannya setelah klimaks hebat akibat jari-jari Gama.

Gama lantas menurunkan wajahnya tepat berhadapan dan memandangi kewanitaan milik Jana yang masih tertutup. Dia takjub melihat milik Jana yang bersih dan mengkilap akibat cairan orgasme gadis itu.

Tangannya sudah tak membekap mulut Jana yang masih terbuka dan matanya terpejam.

Ini pengalaman gila bagi Jana.

Gama mulai menciumi pusat tubuh Jana dengan rakus, Jana terkesiap namun tak bisa memberontak melainkan dia yang kembali terpancing dan kini berusaha menahan desahannya agar tak bersuara. Dia benci dengan tubuhnya yang menikmati perlakuan pria bejat itu.

Tangannya spontan menjambak rambut Gama yang halus dan kepalanya kembali mendongak dan matanya terpejam erat saat dia kembali merasakan gelombang kenikmatan yang siap menyerangnya. Lidah Gama menerobos liang licin itu dan terus menekan-nekan G-spot milik Jana sampai milik Jana berkedut siap menyemburkan cairannya dan Jana menggeram kembali lalu setengah melolong panjang saat klimaksnya datang. Tangannya menjambak rambut Gama dan mendorong Gama agar bisa semakin menekan kewanitaannya karena kini Jana mengingikan perlakuan lebih.

Gama tersenyum puas saat Jana akhirnya luluh dan mendesah hebat di atas dengan dadanya yang naik turun.

Dia puas dan mulai menurunkan celana miliknya dengan miliknya yang sudah membesar dan menegang.

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel