Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

Chapter 5

Saat pertama kali bertemu, Irabella tidak tahu kalau Tristan adalah anak tunggal dari keluarga Raven. Marquess penguasa wilayah Knightdale. Begitu melihat Tristan turun dari kereta kuda menuju toko pakaian, Irabella melihatnya hanya sebagai bocah laki-laki bangsawan yang tidak ramah.

Tristan memang tidak ramah. Bahkan ketika beradu pandang dengan Irabella, dia tidak tersenyum sama sekali. Namun, begitu ada seorang gelandangan lain yang ingin merebut makanan Irabella saat itu, Tristan keluar dan menerjang si gelandangan jahat. Lalu membawa Irabella melarikan diri.

Irabella terpesona. Bahkan setelah berlari, Tristan sama sekali tidak kelelahan. Padahal ia merasa kalau anak itu usianya tidak berbeda jauh.

"Sepertinya aku akan mencari marchioness yang bisa menangani urusan seperti ini suatu hari nanti. Kau mau jadi marchioness?"

Seperti itulah kalimat yang Tristan ucapkan sebelum pergi meninggalkan Irabella sendirian. Mungkin memang bukan sebuah janji. Tetapi pertanyaan itu ditujukan pada Irabella, bukan?

Lalu mereka tidak pernah bertemu lagi. 2 tahun kemudian peristiwa besar terjadi di kediaman Marquess Knightdale pada tengah malam. Orang-orang hanya bilang kalau kastil itu terbakar habis bersama penghuninya.

Di tempat besar semacam itu, apakah wajar jika tidak ada yang sempat menyelamatkan diri dari kebakaran? Omong kosong.

Sayangnya, Irabella mendengar rumor kalau telah terjadi konflik perebutan takhta di keluarga Raven. Katanya, malam itu telah terjadi pertarungan yang menewaskan semua penghuni kastil Raven dan kastil itu terbakar. Tetapi sama sekali tidak ada jejak keberadaan pewaris Raven. Tristan tidak ada di Knightdale.

Anak itu menghilang.

Awalanya Irabella berpikir kalau mungkin saja Tristan sudah mati di suatu tempat karena penyerangan itu. Namun, tidak ada bukti sama sekali yang mengatakan hal itu.

Setahun setelah itu ... Irabella diadopsi oleh keluarga Zainrick. Ia hidup dengan baik bersama anggapan kalau Tristan sudah mati.

"Irabella, sudah lama sekali kau tidak berjalan-jalan di luar. Kau tidak mau pergi dan melihat kondisi Knightdale sekarang? Baginda kaisar katanya sedang memberikan perintah pembangunan ulang kastil Raven."

Setelah mendengar hal itu dari kakak angkatnya-kepala keluarga Zainrick, Irabella memastikannya. Memang benar kalau ada pembangunan ulang di atas tanah hangus Raven. Mungkin saja akan ada bangsawan baru dari Ibukota yang akan mengisi kekosongan bangku Marquess Knightdale.

Untuk pertama kalinya Irabella pergi ke Ibukota adalah saat mendapat undangan untuk menghadiri hari kedewasaan putra mahkota. Ia bersama dengan kakak angkatnya datang ke Ibukota.

Irabella yang awalnya tidak percaya keajaiban dewa dalam kehidupan, akhirnya memilih tunduk saat melihat Tristan berdiri mengawal putra mahkota. Kelegaan mendera hatinya. Ternyata orang yang selama ini ia pikir sudah mati, hidup dengan baik sebagai kesatria putra mahkota.

Namun, hal yang membuat Irabella sakit adalah Tuan Putri Liliane yang masih berusia 15 tahun. Gadis itu terlalu melekat pada Tristan. Padahal Tristan terlihat menjaga jarak.

Putri itu sudah jelas-jelas menyukai Tristan.

Irabella tidak bisa menyimpan kemarahan atas hal semacam itu. Orang yang lebih dulu bertemu dengan Tristan adalah dirinya. Jika Putri Liliane menyukai orang yang sama sepertinya, mereka harus bersaing secara adil.

Orang yang bisa merebut hati Tristan, bukankah itu adalah orang yang layak berada di sisi pria itu?

"Bantu aku membunuh perasaan Liliane."

Irabella ingin tertawa saat mendengar ucapan Tristan kemarin malam. Ternyata putri juga adalah orang yang ditolak oleh Tristan. Tetapi Irabella masih belum memiliki status semacam itu. Mungkin ini memang cara yang licik. Jika itu adalah satu-satunya cara untuk berada di sisi Tristan, maka Irabella akan bertahan selama mungkin. Tidak peduli akan menghancurkan perasaan seseorang.

Karena menunggu belasan tahun sudah cukup lama untuknya.

Irabella tidak boleh menyerah sekarang.

***

Kesatria pengawal Liliane mengetuk pintu ruang kerja Tristan. Setelah ada sahutan dari dalam, pria itu membukakan pintu untuk Liliane. Kemudian menutupnya kembali setelah masuk.

Betapa terkejutnya ia mendapati Charael dan Irabella juga berada di ruangan. Gadis pirang gelap itu membungkuk dengan senyum kecil pada Liliane.

"Aku dengar ada surat dari kakak," kata Liliane saat melangkah mendekat ke meja kerja di mana Tristan duduk. Mengabaikan Irabella dan Charael. "Surat itu untukku?"

Tristan mendorong surat yang sudah terbuka itu ke tengah meja. "Tidak, Tuan Putri. Suratnya ditujukan pada saya. Tetapi ada pesan untuk Anda."

"Aku akan dengarkan."

Tristan mengembuskan napas pelan.

"Atau aku tidak usah mendengarkannya saja? Sepertinya itu merepotkan. Aku rasa itu pesan yang tidak penting."

"Yang Mulia meminta Anda tetap di sini sampai ada surat berikutnya yang menyuruh Anda kembali," kata Tristan. "Ibukota sedang sibuk mempersiapkan jamuan untuk beberapa bulan ke depan."

"Pesta penyerahan takhta."

Tristan mengangguk. "Saya saja tidak mengerti kenapa beliau malah mengirim kita pergi, padahal jika di Ibukota akan lebih cepat menyelesaikan urusan dengan banyak orang."

"Kau kan selalu mengekori kakak. Belum lagi si Ercher. Kalian itu merepotkan."

Tristan sedikit menyeringai. "Mungkin."

"Kalau begitu aku akan kembali ke kamar."

"Tunggu dulu, Tuan Putri." Tristan berdiri dari duduknya. "Anda kan sudah usia menikah. Kenapa tidak pergi jalan-jalan ke Travia? Saya dengar Pangeran Travis La Della Travia pernah mengirimkan proposal pernikahan."

Liliane mematung, mencengkram gaunnya. Kenapa ... membicarakan hal itu di sini?

Lalu ... kenapa Tristan bisa tahu hal itu?

Liliane sudah mencegah hal itu bocor keluar. Bahkan ia sudah memastikan orang tua dan kakaknya tidak memberitahu orang lain. Seingatnya yang tahu hal ini hanya ajudan kaisar, Duke Servant. Bahkan semua kesatria kakaknya tidak tahu.

Kenapa Tristan bisa tahu?

"Apa yang kau bicarakan, Tristan?" tanya Liliane dengan kening berkerut.

"Saya hanya menebak. Yang Mulia Pangeran meminta saya untuk mengawal Pangeran Travis selama berada di Ibukota nantinya. Benua ini hanya diisi oleh tiga kekaisaran. Faiore sudah tidak memiliki apa pun dan tinggal menunggu waktu sampai pendudukan wilayah selesai. Bukankah hanya tinggal Travia?"

"Apa sebenarnya yang ingin kau katakan?"

"Tidak ada orang yang cocok dengan Anda di benua ini selain Putra Mahkota Travis."

Liliane tertawa. "Pernikahan politik, ya? Kaisar dan pangeran tidak punya ambisi sebesar itu untuk-"

"Bukan ambisi mereka, Tuan Putri. Tetapi kewajiban Anda. Di Easter sekalipun tidak ada yang bisa bersanding dengan Anda."

Liliane tersenyum lebar pada Tristan. "Aku kan sudah pernah bilang sebelumnya padamu. Jika suatu hari aku dipaksa untuk melakukan pernikahan politik, kurasa Easter akan berduka karena kehilangan seorang putri. Aku rasa hanya kau yang paling mengerti hal itu, Tristan."

Liliane berbalik, berjalan menuju pintu. Tanpa mengatakan apa pun meninggalkan ruangan. Ucapannya yang barusan itu tidak perlu diperjelas. Karena bagi Tristan itu sudah hal yang paling jelas. Ia tidak perlu menjabarkannya.

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel