Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

Chapter 3

Padahal Liliane sudah jauh-jauh datang dari Ibukota. Sudah susah payah mengumpulkan keberanian untuk melakukan perjalanan, meminta izin kakak dan ayahnya. Bahkan ia juga mendapatkan suntikan semangat dari beberapa orang. Dengan percaya dirinya Liliane datang ke Knightdale.

Kemudian begitu sampai, apa yang tadi Liliane dengar?

Istri? Marchioness?

Ternyata Tristan yang terkenal tidak ramah dan menjaga jarak itu bisa juga mengatakan hal semacam itu pada seorang gadis? Lalu ke mana perginya perjuangan Liliane selama ini?

Sekuat apa pun ia berusaha mendekati Tristan, pria itu masih saja mendorongnya terlalu jauh. Namun, begitu sampai di Knightdale, Tristan langsung bilang akan manjadikan seseorang sebagai marchioness.

Liliane benar-benar merasa bahwa perjalanan ini tidak ada gunanya sama sekali. Seharusnya ia di Ibukota saja, menghindari berbagai kejadian yang bisa membuatnya kecewa.

Padahal Raeliana sudah memberikannya semangat besar untuk menyusul Tristan, karena kakaknya bilang kalau mungkin saja mereka sudah tidak bisa melihat Tristan di Ibukota. Sepertinya benar. Tristan tidak akan kembali ke Ibukota dan akan menikah di Knightdale.

Apa yang Liliane harapkan sampai datang sejauh ini, sih?

Ia seperti gadis yang tidak punya harga diri. Mengejar seorang pria seperti ini. Meski Liliane sudah sering bilang kalau menyukai Tristan dan pria itu tahu, tetap saja. Tristan tidak akan menganggap serius semua ucapan Liliane.

“Tuan Putri?” panggil Charael.

Liliane menghentikan larinya begitu sudah mencapai kereta kuda. Beberapa pelayan masih berada di sekitar kereta kudanya yang berencana untuk menurunkan barang. Pengawal yang datang bersamanya juga masih berdiri di dekat pintu kereta.

“Anda mau ke mana?” tanya Charael.

Liliane memberikan senyum. “Aku akan pulang ke Ibukota, Tuan Rael.”

“Anda baru saja sampai.” Charael mendongak untuk melihat langit. “Sebentar lagi juga akan gelap. Sebaiknya Anda bermalam. Anda sudah jauh-jauh datang.”

Liliane menggeleng. “Aku akan mencari penginapan saja di pusat wilayah dan akan kembali ke Ibukota pagi-pagi sekali.”

“Ada banyak kamar di sini, Tuan Putri. Kenapa tidak menginap saja?” kata Tristan yang baru saja keluar bersama gadis yang tadi Liliane lihat di taman.

Gadis itu membungkuk pada Liliane.

Gadis yang cantik, ya. Rambut pirang gelap yang lurus, mata biru. Bahkan penampilannya pun sangat anggun. Gadis itu lebih tinggi dari Liliane.

“Irabella memberi hormat pada Tuan Putri,” kata gadis itu.

Liliane meremas sisi gaunnya. Bahkan suara gadis bernama Irabella juga merdu. “Aku harus pergi sebelum gelap. Maaf karena merepotkan kalian dengan kedatanganku yang mendadak.”

Pengawal Liliane membukakan pintu kereta setelah memberi isyarat pada pelayan agar tidak usah menurunkan barang. Kemudian mengulurkan tangan untuk membantu Liliane naik ke kereta.

Liliane menyambut uluran tangan itu dan naik ke kereta. Tetapi sesaat kemudian Tristan sudah berdiri di pintu kereta kudanya, berbalik pada Charael.

“Tolong antarkan Nona Zainrick kembali ke rumahnya, Rael. Aku harus bicara dengan tuan putri,” kata Tristan. “Lalu kalian ….”

Liliane rasa Tristan sedang bicara pada pelayan dan pengawalnya.

“Bawalah barangnya ke dalam. Jangan datang sampai kami sendiri yang masuk.”

Setelah mengatakan itu, Tristan menutup pintu kereta dan duduk di depan Liliane. Menatap sesaat sampai Liliane memilih untuk bergeser ke ujung bangku, membuang pandangan ke luar jendela kereta.

“Tuan Putri—”

“Ha~ah!” Liliane sengaja menyelah dengan embusan napas keras. “Tidak sopan meminta orang lain mengantarkan tamu. Kenapa kau tidak turun dan mengantarkan nona itu? Perilakumu tidak seperti kesatria.”

“Lebih tidak sopan lagi jika meninggalkan tamu yang baru sampai.”

Liliane tidak berusaha melirik Tristan. Lagi-lagi seperti itu. Perilaku Tristan sering sekali membuat Liliane salah paham. Pria itu bicara seolah sangat peduli pada Liliane, tetapi di satu sisi malah mendorongnya.

“Kenapa Anda meninggalkan Ibukota, Tuan Putri?”

Liliane mendengkus. Memangnya siapa yang suruh meninggalkan Ibukota tanpa bilang sesuatu?

“Lagi pula aku juga akan kembali ke Ibukota,” jawab Liliane. “Jangan khawatir. Aku tidak akan datang lagi.”

Liliane membuka sedikit kaca jendela kereta, melihat pengawalnya berdiri tidak jauh dari kereta. Kemudian memberikan isyarat agar pria itu mendekat padanya.

“Mana barang-barangku?” tanya Liliane pada pengawalnya.

“Para pelayan membawanya ke dalam, Tuan Putri.”

Liliane menarik napas. “Ah, sudahlah. Panggil saja kusirnya. Kita harus kembali ke Ibukota sekarang. Untuk barang-barangnya aku akan mengirim seseorang dari Ibukota agar datang mengambilnya.”

“Baiklah, Tuan Putri.”

“Anda tetap akan pergi? Sudah hampir gelap, Tuan Putri,” kata Tristan.

“Memangnya apa yang mau kulakukan di sini?” tanya Liliane dengan kening berkerut. “Keluarlah, Tristan.”

Mungkin inilah perasaan yang sering dibicarakan oleh Raeliana. Perasaan menyesakkan yang membuat kita tidak ingin melihat orang bersangkutan. Seperti sekarangan ini, Liliane tidak ingin melihat Tristan. Jika pria itu tidak pergi sekarang, ia bisa berteriak.

“Berbahaya jika—”

“Aku bilang tinggalkan keretanya.”

“Anda benar-benar akan pulang? Saya rasa setelah perjalanan panjang, tidak apa-apa untuk istirahat sebentar.”

“Kau tidak dengar apa yang aku katakan?” tanya Liliane. Dengan terpaksa ia melihat wajah Tristan. Kenapa tiba-tiba saja Liliane ingin menampar pria ini, ya?

“Tuan—”

“Keluar!”

Untuk pertama kali dalam hidup Liliane berteriak pada Tristan sejak bertemu dengan pria itu di usianya yang ke-6 tahun. Ia juga sering sekali mengalami patah hati karena penolakan Tristan terhadap dirinya. Tetapi baru kali ini Liliane merasakan sakit.

Apa karena dulu ia berpikir kalau Tristan tidak akan memilih gadis lain meski menolaknya?

Betapa naifnya Liliane.

Tristan mengembuskan napas. “Dengarkan aku, Liliane.”

Liliane membuang muka lagi.

“Sudah gelap jika kau ingin kembali ke Ibukota sekarang. Perjalanan dari Knightdale juga sangat jauh dan berbahaya. Meski aku tidak tahu kenapa kau bisa ada di sini, tetapi lebih aman jika kau menginap malam ini.”

Begitu lagi.

Tristan memberikan lagi perhatian yang membuat Liliane salah paham itu. Tristan seolah-olah khawatir padanya. Padahal perhatian itu tidak lebih karena Liliane adalah seorang putri.

Liliane mengangkat tubuhnya dan mendorong pintu kereta terbuka, keluar dari kereka tanpa bantuan. Sesak sekali berada di dalam kereta itu dengan Tristan. Begitu turun ia langsung disambut oleh pelayan pribadinya, Kelly.

“Saya sudah diberitahu di mana kamar Anda, Tuan Putri,” kata Kelly.

Liliane mengangguk. “Aku ingin istirahat. Lalu katakan bahwa aku tidak akan makan malam. Besok setelah matahari terbit, kita akan kembali ke Ibukota.”

“Baik, Tuan Putri.”

Liliane melirik ke belakang sebelum melangkah menuju pintu kastil, melihat Tristan menutup pintu kereta kuda.

***

“Astaga,” desah Charael begitu masuk ke ruang kerja Tristan. “Aku kaget sekali setelah salah seorang pelayan bilang kalau tuan putri datang.”

Tristan melirik. Ia lebih terkejut lagi. Sebab Liliane bukanlah gadis yang bisa berbuat nekat seperti Raeliana. Tetapi entah bagaimana gadis itu malah muncul di Knightdale.

Apakah kaisar dan pangeran mengizinkannya pergi begitu saja? Tidak mungkin. Pasti ada seseorang yang membantunya. Tristan rasa ia tahu siapa orang itu.

Raeliana.

“Kenapa dia ke sini?” tanya Charael.

Tristan tahu alasannya. Liliane datang karena Tristan tidak bilang apa pun saat ingin meninggalkan Ibukota. Hanya sedikit yang tahu kalau Liliane menyukai Tristan. Namun, mereka juga tahu bahwa Tristan sudah berkali-kali menolak Liliane.

Sepertinya Liliane tidak mau menyerah, ya.

“Dia pasti terkejut sekali mendengar gadis aneh itu bilang tentang marchioness.”

“Kau mendengar pembicaraan kami?” Tristan berbalik.

Charael mengangat bahu. “Tidak sepenuhnya. Hanya bagian ujung saja.”

Apakah dengan mencari gadis lain untuk menjadikannya istri Tristan bisa memadamkan perasaan Liliane? Selama ini Tristan selalu saja gagal mendorong Liliane. Apakah dengan cara ini bisa berhasil?

Mungkin saja layak dicoba.

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel