Chapter 2
Tak!
Pintu ruangan itu tertutup setelah salah seorang pelayan mengantarkan minuman untuk Tristan dan Charael. Bagai orang yang belum minum sehari, Charael langsung menyambar botol wine dan menumpahkannya ke gelas.
Ya, Tristan paham perasaan bebas semacam itu. Selama ini mereka harus menjaga etika agar bisa minum sesuka hati demi menghormati pangeran. Padahal pangeran sama sekali tidak mempermasalahkan mereka minum alkohol atau tidak.
“Padahal kau punya naluri penguasa yang alami semacam itu. Kenapa kau tidak menetap saja di sini dan memimpin Knightdale?” pancing Charael.
Tristan melirik jijik. Charael sudah gila, ya? Ia telah melayani pangeran sejak orang itu berusia 9 tahun. Sekarang Tristan harus meninggalkan pengawalan pangeran pada orang lain?
Tristan menyeringai kecil. “Aku tidak mau memimpin tanah iblis.”
“Tidak ada iblis di Easter.”
Iblis sungguhan memang tidak ada. Tetapi manusia berhati iblis ada di mana-mana. Kastil Knightdale pada masa lalu penuh dengan iblis-iblis semacam itu.
“Enam bulan,” kata Tristan tiba-tiba. “Pangeran sengaja menyuruhku kembali ke Knightdale dan baru akan memanggil setelah upacara penobatan dilaksanakan.”
“Ya. Karena baginda kaisar dan permaisuri akan pergi ke kastil peristirahatan lebih awal setelah penobatan kaisar yang baru itu selesai.”
Baiklah. Jika memang seperti itu situasinya, mau tidak mau Tristan harus mengurus tempat ini untuk sementara waktu sampai ia kembali ke Ibukota nantinya. Dengan terpaksa harus menerima keinginan kaisar dan pangeran. Tetapi yang mengalami hal sama semacam ini bukan hanya dirinya. Ada Ercher yang lebih tidak ingin pulang karena telah meninggalkan Monsecc sejak usia 8 tahun.
“Ngomong-ngomong, apa anak itu sudah tiba di rumah dengan selamat?”
Tristan tertawa sambil meraih gelas wine. “Aku harap dia tidak tersesat.”
Charael tiba-tiba saja membeku dengan mata melotot. Kemudian melihat pada Tristan dengan tatapan sengsara. “Dia kan sudah meninggalkan Monsecc sejak umur delapan tahun. Apa dia tidak akan tersesat karena tidak tahu jalan pulang?”
“Entahlah. Jika dia tersesat, itu salahmu.” Tristan menyeringai lebar.
“Aku?” Charael menunjuk dirinya sendiri. Pandangan gelisahnya menjadi-jadi. “Kenapa harus aku?”
“Karena kau membiarkannya pergi sendirian.”
Charael meremas kepalanya.
“Padahal kau sudah diminta oleh kaisar menemaninya kembali ke Monsecc. Tapi kau malah ikut aku.”
Charael langsung berdiri. “Apa sudah terlambat untuk menyusulnya?”
“Tempat ini dan Monsecc berbeda arah. Kau pikir bisa mengejar anak itu? Mungkin saja sekarang dia sudah ….”
“Sudah apa!”
Tristan tertawa melihat kepanikan Charael. Memang benar kalau Ercher tidak pernah kembali ke rumah setelah dikirim ke Hurtvillia ketika usianya 8 tahun. Mungkin saja anak itu akan tersesat untuk waktu yang lama karena kemampuan komunikasinya buruk.
Namun, untuk alasan anak itu mati di jalan karena dirampok adalah peristiwa yang mustahil terjadi. Bahkan mungkin bukan Ercher yang mati, melainkan para perampoknya.
***
Setelah menyambut kepala pengurus rumah dan kepala pelayan yang baru tiba dari Ibukota, Tristan harus melakukan pertemuan lain. Padahal baru 2 hari ia tiba di Knightdale. Kalau seperti ini Tristan bisa langsung melarikan diri besok. Ke mana saja yang penting bukan Ibukota.
Gagasan untuk kabur ke Monsecc sepertinya bagus juga.
“Jadi … siapa namamu?” tanya Tristan.
Lagi-lagi gadis yang mendatanginya kemarin tiba. Kali ini Tristan tidak bisa mengabaikannya. Kalau tidak mau waktu liburannya yang sibuk dirusak oleh seseorang, maka ia harus mengakhiri hal semacam ini.
Tristan kurang suka berbaik hati dan berbasa-basi dengan orang lain yang tidak dikenalnya. Sejauh ini orang yang bisa membuatnya ramah adalah Raeliana, pelayan gadis itu, permaisuri, beberapa orang pilihan dan … Tuan Putri Liliane.
Tidak ada alasan untuk Tristan ramah pada orang yang sembarang masuk ke kastilnya.
“Irabella Ziandrick.” Gadis berambut pirang gelap itu tersenyum dengan wajah cerah. Sepertinya sangat senang karena bertemu dengan Tristan.
Ziandrick.
Tristan belum pernah mendengar nama keluarga itu di Knightdale. Apa selama ia meninggalkan marquessete ada keluarga baru yang pindah?
“Lalu apa perlumu padaku? Aku dengar kau sudah mendatangi kastilku selama sebulan penuh.” Tristan menatap waspada.
Andai saja ada Ercher. Anak itu pasti bisa mendeteksi apakah gadis ini orang baik atau malah sebaliknya. Terlalu lama bertugas dengan Ercher membuat Tristan berpikir kalau pria itu sebenarnya diciptakan untuk menjadi radar.
“Apa Kakak sudah tidak mengenali saya?”
Tristan mengerutkan kening. Jelas saja ia tidak mengenali gadis ini. Memangnya jiwa Tristan bisa berkelana ke Knightdale saat ia tidur malam di Ibukota? Jangan bercanda. Gadis ini gila.
“Aku berada cukup lama di Ibukota. Jadi—”
“Saya senang mendengar bahwa Kakak selamat,” potong gadis itu. senyum di wajahnya tidak juga menghilang.
Tristan menatap tajam. Gadis ini merujuk pada peristiwa yang terjadi di kastil Knightdale beberapa belas tahun lalu. Kejadian yang menewaskan seluruh keluarga Raven.
“Saya terkejut mendengar berita saat ada yang bilang kalau kastil Marquess Gale terbakar dan setelah dievakuasi oleh kesatria dari Ibukota, ternyata Kakak tidak ada.” Senyum di wajah Irabella menghilang, tergantikan dengan raut sedih. “Saya khawatir kalau Kakak juga hangus terbakar.”
“Apa yang ingin kau katakan?”
Gadis ini bicara seolah mengetahui peristiwa belasan tahun yang lalu.
“Saya senang bahwa Kakak tidak ada di rumah saat itu. Saya bersyukur kalau ternyata Kakak sudah berada di Ibukota sebelum peristiwa itu terjadi.”
“Ya,” jawab Tristan. “Aku bersyukur karena meninggalkan Knightdale sebelum peristiwa itu.”
Siapa gadis ini? Apakah dia datang untuk mengejek Tristan atas peristiwa itu?
“Sekarang apa yang kau inginkan?”
“Saya datang untuk menagih janji.” Irabella mengusap air mata di ujung matanya dan menatap Tristan dengan senyum kecil. “Kakak belum melupakannya, ‘kan?”
“Janji apa yang kau maksud?”
“Ternyata Anda sudah benar-benar melupakan saya.”
“Aku tidak pernah bertemu denganmu,” balas Tristan dengan tegas.
“Mungkin Anda memang tidak mengenali saya sebagai Ziandrick. Tapi kalau gelandangan di depan toko pakaian, apa Anda bisa mengingatnya?”
Tristan nyaris melotot terkejut mendengar itu. “Kau ….”
Irabella mengangguk dan senyum sedih tergambar di wajahnya. “Anda ingat pernah menolong saya saat dipukuli oleh seseorang?”
“Bagaimana kau bisa ….” Tristan masih belum bisa mengontrol keterkejutannya.
Bagaimana gadis gelandangan yang berusia 3 tahun lebih muda darinya itu sekarang berpenampilan seperti putri bangsawan?
“Saya diadopsi oleh oleh keluarga Zianrick setelah Kakak menghilang. Meskipun mereka hanya keluarga kaya biasa, saya sangat disayang. Makanya sudah tidak ada lagi gelandangan toko pakaian di Knightdale.”
“Aku ikut senang dengan kabar itu.”
Tetapi tetap saja Tristan tidak bisa memercayai gadis ini meski ia mengenalnya saat kecil. Dalam belasan tahun, seseorang bisa berubah. Teman bahkan bisa jadi musuh. Apalagi gadis yang hanya Tristan temui sekali saat kecil.
“Sejak bertemu dengan Kakak dan diangkat menjadi anak oleh keluarga Ziandrick, saya mulai berbenah agar tidak malu saat bertemu lagi dengan Kakak. Kemudian sebulan yang lalu saya mendengar kalau Marquess Knightdale akan kembali.” Irabella tertawa kecil. “Kalau marquess sebelumnya meninggal, pewarisnya yang akan meneruskan. Maka dari itu saya langsung tahu kalau Kakak yang akan jadi marquess.”
“Bukan seperti itu, Nona Ziandrick,” jawab Tristan. “Aku tidak bertanggung jawab dalam hidup yang kau alami setelah bertemu denganku. Aku menolongmu hanya karena kau bagian dari Knightdale. Bukankah sebagai penerus berikutnya, hal itu wajar kulakukan?”
Irabella mengangguk. “Tapi Kakak sudah berjanji.”
Janji apa yang dimaksud gadis ini? Sejak tadi Tristan merasa hanya berputar-putar. Gadis ini selalu bilang janji-janji, tetapi tidak juga menyebutkan janji apa yang sudah Tristan muda ucapkan di masa lalu.
“Maaf, mungkin aku melupakan sesuatu. Bisakah kau beritahu aku janji apa itu? Mungkin saja aku bisa menepatinya sekarang.” Tristan mengulurkan sedikit tangannya pada Irabella.
“Memang sekaranglah waktu tepat bagi Kakak untuk menepati janji.”
Tristan terpaksa memberikan senyum. “Baiklah. Katakan.”
“Seperti yang sudah saya katakan kemarin. Anda sudah berjanji akan menjadikan saya istri Anda saat sudah dewasa.”
Bruk!
Tristan langsung berbalik mendengar suara benda terjatuh di belakangnya. Seketika berdiri melihat Liliane dengan wajah syok tengah menatapnya. Namun, Liliane langsung berlari meninggalkan taman tanpa bicara apa pun, mengabaikan Charael yang ada di belakangnya.
“Tuan Putri!” panggil Tristan.
Kenapa Tuan Putri Liliane bisa ada di Knightdale?