3. Mysterious Aiden Miller
((FLASHBACK SETENGAH JAM SEBELUMNYA))
"Kita sudah sampai, Tuan Miller."
Lelaki bersurai gelap itu pun sontak mengangkat kepalanya dari layar ponsel yang sejak tadi ia tekuri, ketika mendengar supirnya memberitahunya.
Manik coklatnya mengedarkan pandangan ke luar jendela untuk menatap gedung yang bertuliskan "Choose Love Charity Foundation (Yayasan Amal Choose Love)."
Akhirnya ia tiba juga.
Aiden Miller tersenyum samar, seraya menatap lekat bangunan sepuluh tingkat di depannya. Waktunya untuk menyelesaikan misi.
Ia mengincar lukisan "The Mistress" dari seorang pelukis Indonesia bernama Renata Green, yang rencananya akan menjadi salah satu barang yang dilelang dalam acara penggalangan dana hari ini.
Sesuatu yang ada pada lukisan itu membuatnya tertarik dan ingin membelinya, berapa pun harga yang harus ia bayar untuk mendapatkannya.
Lelaki itu meraih dan mengenakan kaca mata serta topi flat cap dari tempat duduk di sampingnya, yang akan menutupi setengah wajahnya.
Ketika pintu mobilnya terbuka dari arah luar, Aiden pun segera keluar sembari merapikan jas hitamnya. Sosoknya yang tegap dengan otot yang menonjol halus dibalik balutan jas mahal yang ia kenakan, terlihat dingin dan tak tersentuh.
"Terima kasih." Lelaki itu tersenyum singkat dan berterima kasih kepada supir yang membukakan pintunya, lalu dengan langkahnya yang tegas ia pun berjalan memasuki gedung Yayasan.
Belum terlalu banyak orang yang datang, mungkin karena ia tiba agak sedikit lebih cepat dari waktu terselenggaranya acara.
Manik gelap Aiden berkelana secara diam-diam ke seluruh penjuru gedung, lalu menyeringai samar ketika melihat beberapa 'orangnya' yang sedang menyamar di sana sedang berbaur di antara orang-orang.
Bagaimana pun, ini adalah kemunculan pertama dirinya di depan khalayak publik.
Untuk saat ini, tak kan ada yang mengenali dirinya. Namun jika nanti ia membawa lukisan itu, mau tak mau Aiden akan menunjukkan wajahnya kepada dunia.
Hari ini akan menjadi hari yang bersejarah, karena seorang Aiden Miller yang misterius akan tampil.
Menunjukkan sosoknya yang selama ini berdiam di balik tabir kegelapan, bersembunyi, menunggu saat yang tepat untuk menampakkan diri di hadapan para musuh yang akan mengincar dirinya.
'Dan pertunjukan yang seru pun akan dimulai,' ucapnya dalam hati sembari menyeringai.
Seperti yang sudah diduga, tak ada seorang pun yang mengenali dirinya kecuali bawahan Aiden yang sedang menyamar.
Lelaki itu menyerahkan undangan VIP kepada penerima tamu yang juga sepertinya kurang informasi tentang siapakah Aiden Miller, karena dia hanya bersikap biasa saja walaupun tetap penuh hormat kepada Aiden.
Jika saja para wartawan tahu... pasti akan ada kehebohan besar di sini saat ini juga.
Aiden memasuki ruangan yang tidak terlalu luas namun dihias dengan apik dan elegan bernuansa putih.
Ada panggung yang cukup luas di bagian depan, yang digunakan untuk acara lelang dipenuhi beberapa petugas keamanan yang menjaga barang lelang berkualitas dengan harga selangit.
Manik kelam lelaki itu menatap satu-persatu dari beberapa lukisan yang diletakkan di atas panggung.
Tatapannya kemudian tertuju satu lukisan dengan latar putih yang menggambarkan dua siluet abstrak berbentuk manusia, lelaki dan perempuan, dalam percampuran berbagai macam warna yang indah.
Aiden mengerutkan keningnya. Ia tidak terlalu mengerti dengan lukisan, namun aneh rasanya jika itu dinamakan "The Mistress". Tapi entahlah, mungkin dia saja yang buta seni.
Lagipula tidak terlalu penting juga apa barang lelangnya, meskipun memiliki kualitas seni yang baik atau buruk.
Yang terpenting adalah orang-orang kaya yang akan berlomba-lomba untuk memamerkan uang yang mereka sumbangkan untuk amal.
Wartawan akan memberitakan kedermawanan mereka, yang sesungguhnya tak lebih dari sandiwara belaka. Karena biasanya ada agenda tersembunyi atas kemurahan hati mereka.
Entah karena ingin dikenal sebagai jutawan yang gemar bersedekah untuk orang yang membutuhkan, atau karena ada sebab lain.
Aiden pun kemudian memutuskan untuk mencari kursi dengan posisi yang cukup strategis, terutama harus dapat melihat jelas bagian panggung.
"Ck. Aku paling benci segala sesuatu yang tidak tepat waktu," gerutunya, karena acara penggalangan dana ini masih juga belum dimulai padahal sudah lima belas menit lewat dari waktu yang telah ditentukan.
Namun beberapa saat kemudian terdengar suara dari atas panggung. Tampak seorang Auctioneer (MC dalam acara lelang) telah menyapa para tamu peserta lelang dengan ramah, juga sekaligus menyapa para donatur tetap dari Yayasan Choose Love Charity.
Bla bla bla. Membosankan.
Aiden hampir saja tertidur mendengar Auctioneer yang tak henti-hentinya berbicara, ketika ia mendengar sebuah nama seorang wanita sedang disebutkan.
Nama Direktur dari Yayasan ini, Trixie Bradwell.
Gemuruh tepuk tangan mengiringi langkah kaki jenjang bersepatu heels itu. Seorang wanita yang masih sangat mudah berjalan dengan elegan menuju ke atas podium, setelah sebelumnya menyapa sang Auctioneer dengan ramah diiringi senyuman yang menawan.
Trixie Bradwell. Wow.