Pustaka
Bahasa Indonesia

The Mafia Billionaire (21+)

48.0K · Ongoing
Black Aurora
45
Bab
357
View
9.0
Rating

Ringkasan

(Spin-off dari Klub Tukar Istri) Trixie Bradwell telah kehilangan kekasih dan calon suaminya, Leon, dalam sebuah kecelakaan lalu lintas tragis yang menewaskan lelaki itu. Namun setahun kemudian, gadis itu dikejutkan akan kehadiran seseorang dengan wajah yang sangat mirip dengan kekasihnya! Lelaki itu bernama Aiden Miller. Seorang CEO sebuah perusahaan game, multimilyarder yang misterius, dingin dan tak tersentuh. Awalnya, Trixie mengira antara Leon dan Aiden mungkin memiliki hubungan saudara, seperti saudara kembar yang terpisah di waktu lahir. Namun kecurigaannya pun timbul, ketika banyak kebiasaan-kebiasaan kecil Aiden yang sangat mirip... dengan Leon. Diam-diam Trixie pun menyelidiki Aiden Miller, dan terbongkarlah semua rahasia kelam yang selama ini ternyata dirahasiakan oleh Aiden... dan Leon. ***

RomansaBillionaireDewasaCinta Pada Pandangan PertamaMemanjakanWanita CantikactionpetarungPlot TwistIdentitas Ganda

1. Tragedi

((London, musim gugur pertengahan di Bulan September))

Trixie Bradwell mengernyitkan keningnya ketika mendengar suara ribut-ribut di luar kantor yayasan miliknya.

"Ada apa di luar?" Tanya Trixie kepada Lena, asisten yang juga sekaligus teman dekatnya.

"Sepertinya ada kecelakaan, Trix. Korbannya adalah seorang pejalan kaki yang tertabrak mobil. Tapi entahlah, aku pun hanya mendengarnya sepintas lalu dari orang-orang," sahut Lena dengan tatapan yang mengernyit ke arah jalanan di luar kantor mereka.

Trixie mengangguk, dan kembali menatap ke arah jalanan. Entah kenapa kerumunan orang-orang itu membuat batinnya terusik. Ada perasaan tak enak yang mulai menyeruak dan membuatnya merasa tidak tenang.

Lalu tanpa berpikir panjang, kaki jenjang bersepatu heels itu pun mulai melangkah dengan cepat menuju ke arah jalanan bagian depan gedung kantornya.

"Trixie, tunggu!" Lena yang tidak menyangka Trixie akan keluar, segera ikut untuk menyusulnya.

Dua orang gadis muda itu pun bergerak menyusup di antara kerumunan. Trixie masih berjuang menyelinap di antara beberapa orang, ketika tampak ada seseorang sedang berlutut sambil melakukan CPR di samping kiri korban yang tergeletak bersimbah darah di atas jalanan.

Orang yang sedang berlutut itu sepertinya adalah dokter atau petugas kesehatan yang kebetulan sedang melintas di Carnaby Street. Mungkin ia melihat peristiwa tabrakan tadi, lalu bergerak cepat untuk memberikan pertolongan pertama pada korban.

DEG.

Trixie pun seketika diam terpaku, saat manik biru safirnya menatap lekat pada sepasang sepatu hitam dengan bentuknya yang familier.

Seketika gadis itu pun kembali menyeruak di antara orang-orang untuk melihat lebih dekat sosok lelaki yang telah menjadi korban tabrakan.

"LEON!!"

Jeritan Trixie yang menggema di udara itu membuat semua orang menoleh ke arahnya. Gadis itu terduduk lemas di atas aspal, tak berdaya dengan air mata yang mulai menganak sungai membasahi wajahnya.

Ada banyak kelopak bunga mawar berwarna merah beserta tangkai-tangkai hijaunya yang berserakan di sekitar tubuh Leon, bercampur dengan merahnya darah yang memercik kemana-mana.

Sepertinya Leon berniat membelikan sebuket bunga untuk Trixie dari toko bunga di seberang jalan, dan dia ditabrak oleh sebuah mobil saat hendak menyeberang kembali.

Trixie ingin meraih kekasihnya yang diam tak bergerak dengan kedua mata menutup itu, namun seolah ada yang menarik seluruh kekuatannya hingga tak kuasa untuk bergerak bahkan untuk sesenti pun.

"Bangun, Leon! Tidak. Ini... ini tidak lucu! Banguun!!" Jeritan gadis itu membuat suasana semakin mencekam dan menyayat hati.

Lena yang baru menyusul di belakang Trixie pun sigap untuk memeluk gadis yang tengah histeris itu.

"Ssh... Leon akan baik-baik saja, Trix. Ambulance telah datang, lihat." Lena mencoba menenangkan Trixie dengan menunjuk sebuah mobil ambulance yang memang telah tiba di lokasi kecelakaan.

Suara sirene yang terdengar cukup keras memekakkan telinga itu sama sekali tak dihiraukan oleh Trixie. Gadis itu hanya menatap lelaki yang ia cintai, terbujur diam tak bergerak seolah patung malaikat tampan tanpa nyawa.

"Leon akan baik-baik saja, kan?" Guman Trixie dalam derai air matanya yang tak henti meluruh, saat melihat petugas medis yang baru keluar dari ambulance sedang menolong Leon dan dengan hati-hati memindahkannya ke atas brankar portabel.

"Ya, Sayang. Leon itu lelaki yang kuat. Aku yakin dia akan baik-baik saja," sahut Lena sembari mengelus kepala Trixie mencoba untuk menenangkan.

Trixie masih berjuang untuk menormalkan napasnya yang mendadak sesak. Kenyataan yang terlalu tiba-tiba ini seolah telah merampas semua mimpi dan harapannya untuk bahagia bersama lelaki yang ia cinta.

Harapan yang tumbuh setelah semalam seorang Leon Morgan melamarnya, dan mereka pun telah merencanakan pernikahan beberapa bulan lagi.

Trixie menunduk, menatap jemari manisnya yang telah melingkar sebentuk cincin indah bermata berlian merah muda. Cincin yang semalam disematkan Leon di jarinya.

Leon...

Lelaki paling tampan, baik hati, ramah dan hangat yang pernah Trixie kenal.

Lelaki terbaik selain Daddy dan dua orang saudara kembarnya. Lelaki yang ia inginkan kelak menjadi ayah dari anak-anaknya.

Ya, apa yang dikatakan Lena barusan itu benar. Leon itu lelaki yang kuat dan sangat bugar, bahkan menguasai banyak jenis bela diri. Leon pasti akan sembuh!

Banyak sekali alasan yang akan menguatkan harapan akan kesembuhan Leon, dan Trixie pun merasakan beban berat di pundaknya sedikit berkurang karena pikiran positif yang ia tanamkan dalam diri sendiri.

Ia percaya, Leon akan baik-baik saja.

Namun sayangnya, ternyata mereka berdua salah.

Karena lelaki yang bernama Leon Morgan itu, rupanya sama sekali tidak baik-baik saja.

***

Seorang lelaki di dalam mobil yang terparkir di pinggir jalan, tampak mengamati kerumunan orang dan ambulance yang membawa korban tabrak lari.

Seringai tipis menghiasi wajahnya seketika, lalu ia meraih ponsel untuk menelepon seseorang.

"Target telah dimusnahkan," ucapnya kepada orang di seberang sambungan.

"..."

"Kekasihnya? Tidak, kurasa Klan Miller tidak melibatkan Trixie Bradwell. Jadi sepertinya wanita itu tidak perlu ikut dimusnahkan," ucapnya lagi.

"..."

"Baik, terima kasih untuk 1 juta Pound-nya, Tuan. Apa? Anda juga ingin seluruh keluarga Leon Morgan menjadi target? Baik, kalau begitu anggap saja mereka telah musnah," tukasnya penuh keyakinan disertai seringai licik yang kembali terlukis di wajahnya.

Tak lama kemudian lelaki itu pun menutup sambungan teleponnya, dan kembali mengarahkan pandangan ke lokasi kecelakaan.

"Saatnya untuk menghapuskan jejak keluarga Morgan dari muka bumi," cetusnya sembari terkekeh kecil, dan memutar kemudi mobilnya untuk berlalu dari sana.

***