Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

Bab 10 Mood Booster

Bab 10 Mood Booster

Setelah berhasil kabur dari hadapan Barents, Shena bergegas masuk ke dalam kelasnya dan bersembunyi di tempat duduk dengan wajah yang terlihat gusar. Berdoa agar Barents tidak mengikutinya ke sini.

Beberapa saat Shena hanya terdiam sambil memeluk erat sketsa miliknya. Tidak mau lagi jika sketsa tersebut dipegang oleh orang lain. Semua yang Shena gambar hanya boleh dilihat oleh Shena seorang.

Merasa jika tidak ada lagi yang membuntutinya membuat Shena akhirnya dapat bernapas lega. Ia kemudian menyandarkan tubuhnya ke belakang, lalu segera memasukkan kertas gambar miliknya ke dalam tas ransel. Shena tampak mengambil air minum yang ia bawa dari rumah dan meminumnya hingga tersisa setengah botol.

"Habis dari mana?"

Hampri saja Shena menyemburkan air minum yang berada di dalam mulutnya lantaran terkejut dengan keberadaan Dean yang tiba-tiba sudah duduk di sampingnya.

"Dean kenapa di sini?" tanya Shena setelah berhasil menelan air minumnya.

"Kenapa? Aku tidak boleh duduk di sini?" tanya Dean membuat Shena menggeleng cepat.

"Bukan seperti itu. Maksud Shena kenapa Dean tiba-tiba ada di kelas? Tadi waktu Shena masuk kelas, Shena belum melihat Dean ada di sini," ujar Shena.

"Aku sedang bosan. Makanya aku ke sini," kata Dean santai.

"Bosan kenapa?" tanya Shena lagi.

"Bosan sama Grace. Apa-apa yang aku lakukan pasti dibuntuti sama dia. Aku jadi merasa bahwa hidupku jadi tidak nyaman lagi," tutur Dean menjelaskan pada gadis yang duduk di sebelahnya.

Shena hanya mengangguk pelan sebagai respon yang ia berikan untuk perkataan Dean. Sebenarnya banyak yang ingin Shena tanyakan pada Dean mengenai kebohongan Dean yang dilakukan beberapa waktu yang lalu. Shena juga ingin mengetahui kenapa akhir-akhir ini Dean tidak lagi berada di dekat Shena.

Namun semua pertanyaan yang ada di benak Shena sama sekali tidak Shena katakan pada Dean. Entah karena apa, Shena lebih memilih diam saja. Melihat Dean yang masih mau menyapanya sudah membuat Shena bahagia dan merasa yakin kalau Dean tetap akan menjadi sahabatnya.

"Kenapa diam?" tanya Dean saat melihat Shena yang sejak tadi tidak mengeluarkan suara.

"Tidak apa-apa," jawab Shena.

"Kamu tadi lihat pertandingan aku di lapangan?" tanya Dean.

Shena mengangguk. "Dean sangat hebat kalau sudah bermain basket. Tidak ada tim lain yang bisa mengalahkan Dean,"

"Sungguh? Bukankah kamu baru melihatku bertanding dengan tim sekolah saja, Shen?" tanya Dean yang sangat ingat jika Shena hanya melihat pertandingan basketnya saat di sekolah.

"Tim Dean sudah melawan lebih dari lima tim dan semua itu pasti dimenangkan oleh tim Dean. Shena rasa mengalahkan lima tim sudah lebih dari cukup untuk mengatakan kalau Dean itu hebat dan sudah berhasil menjadi seorang kapten," papar Shena sambil menyunggingkan senyuman dari wajah cantiknya.

Dean ikut tersenyum saat melihat Shena tersenyum. Satu hal yang sangat Dean rindukan dari beberapa hari terakhir. Karena sudah hampir satu minggu Dean tidak menghampiri Shena secara langsung.

"Dean," panggil Shena membuat Dean bergumam pelan.

"Dean beneran sayang sama Grace?" tanya Shena pelan.

"Kenapa menanyakan hal itu?" ujar Den yang justru balik bertanya.

Shena menggeleng pelan. "Tidak apa-apa. Dean tidak harus menjawab pertanyaan dari Shena,"

Bodoh. benar-benar bodoh. Bagaimana bisa Shena menanyakan hal seperti itu pada Dean? Sudah jelas Dean pasti menyayangi Grace yang saat ini berstatus sebagai kekasihnya.

"Grace itu pacar aku, tapi bukan berarti aku berpacaran dengannya karena aku menyukainya," kata Dean membuat Shena seketika menoleh.

"Aku hanya tidak bisa hidup tanpa didampingi oleh gadis yang menyukaiku. Jadi aku putuskan untuk berkencan dengan gadis yang menyukai, meski aku tidak menyukainya," imbuh Dean.

"Ucapan Dean tidak pernah konsisten," kata Shena membuat Dean menoleh pada gadis tersebut.

"Maksud kamu?" tanya Dean bingung.

"Waktu pertama kali berkencan dengan Grace, Dean bilang kalau Dean menyukai Grace. Tapi sekarang? Saat Shena tanya lagi, Dean menjawab kalau Dean tidak menyukai Grace," jawab Shena menjelaskan mengapa dia mengatakan kalau Dean tidak konsisten.

"Karena aku masih remaja. Wajar kalau aku labil," kata Dean santai. Sama sekali tidak merasa berdosa karena sudah mempermainkan perasaan orang.

"Tidak baik seperti itu, Dean. Jangan punya hobi berganti-ganti pasangan hanya untuk melampiaskan rasa bosan Dean," ujar Shena menasihati Dean.

Mendengar nasihat dari Shena justru membuat Dean terkekeh. Shena yang melihat hal tersebut pun merasa bingung.

"Kenapa Dean tertawa? Ada yang lucu?" tanya Shena membuat Dean menggeleng.

"Bohong. Pasti Dean sedang membohongi Shena," kata Shena menatap penuh selidik ke arah Dean.

"Sepertinya gadis kecilku ini sudah mulai tumbuh dewasa. Hm?" kata Dean sambil mendekatkan tubuhnya ke arah Shena lalu mengacak pelan puncak rambut gadis tersebut.

Kembali mendapat perlakuan manis dari Dean membuat Shena seketika terdiam. Rasanya sudah begitu lama Shena tidak merasakan hal seperti ini. Karena selama Dean menghilang, seperti ada separuh dari kehidupan Shena yang juga hilang.

"Hei!"

Dean tampak menjentikkan dua jarinya di depan wajah Shena. Seketika itu juga Shena segera menggeleng cepat. Terkejut dengan apa yang baru saja dilakukan oleh Dean.

"Kenapa melamun?" tanya Dean yang segera dijawab gelengan kepala oleh Shena.

"Pasti sedang memikirkan sesuatu, kan? Kamu tidak pandai membohongiku, Shena" kata Dean membuat Shena menoleh.

"Kenapa semua orang mengatakan seperti itu?"

"Maksudnya?" tanya Dean.

"Semua orang mengatakan kalau Shena tidak pandai berbohong. Menyebalkan sekali," kesal Shena.

Kadang Shena merasa iri dengan orang-orang yang pandai menutup diri atau berbohong di hadapan orang lain. Karena memang pada dasarnya ada hal-hal privasi dari setiap orang yang tidak ingin dipertunjukkan di hadapan orang lain.

Bagitu juga dengan Shena. Banyak hal yang tidak ingin Shena umbar di hadapan banyak orang. Termasuk di hadapan Dean juga. Namun setiap kali Shena berusaha berbohong, pasti semua orang mengatakan jika Shena tidak pandai melakukan sebuah kebohongan.

"Harusnya kamu bersyukur, Shen. Tuhan member takdir dalam hidup kamu supaya tidak melakukan hal-hal yang buruk," kata Dean memberikan pendapat lain dari apa yang dipikirkan oleh Shena.

"Kamu terlahir sebagi seorang gadis yang special. Karena kamu berbeda dengan gadis-gadis yang lainnya."

Shena terlihat menatap wajah teduh milik Dean yang selalu berhasil membuatnya luluh. Sejak dulu apapun yang dikatakan oleh Dean secara cepat dapat Shena terima. Karena rasa kepercayaan Shena pada Dean sangatlah tinggi membuat Shena tidak ragu untuk menuruti apa yang dikatakan oleh Dean.

"Oh ya! Shena mau cerita sesuatu sama Dean," kata Shena dengan ekspresi wajah yang sudah berubah.

"Cerita apa, Shen?" tanya Dean.

"Beberapa hari yang lalu, Shena dapat kirim bucket mawar raksasa dari pengirim tanpa nama. Benar-benar tidak ada nama pengirimnya sama sekali,"

"Terus?"

"Menurut Dean, yang mau mengeluarkan uang sebanyak itu buat beli bucket bunga buat Shen itu siapa? Sudah lama Shena ingin bertanya sama Dean tapi belum juga kesampaian," kata Shena berharap jika Dean bisa memberikan jawaban yang memuaskan.

"Kenapa harus tanya sama aku? Banyak orang lain yang bisa kamu tanyai."

Shena menggeleng cepat. "Selain Ayah dan Bunda, Shena hanya percaya sama Dean. Jadi Shena tidak bisa memercayai jawaban dari orang lain."

Apa yang baru saja dikatakan oleh Shena sudah menjadi satu bukti kuat jika Shena memang sangat mempercayai Dean. Shena bahkan lebih mempercayai ucapan Dean daripada kata hatinya sendiri.

"Kamu sudah bertemu dengan Ragil?" tanya Dean yang justru mengalihkan pertanyaan Shena.

"Aku dapat kabar kalau Ragil bertemu denganmu saat di toko buku,"

"Ragil yang teman SMP Dean?" tanya Shena.

"Dia juga teman SMP kamu, Shen" kata Dean membuat Shena mengernyit.

"Teman Shena dari dulu hanya Dean," kata Shena membuat Dean kembali terkekeh.

"Ragil itu teman dekat aku waktu SMP. Kamu ingat waktu kamu marah besar sama aku gara-gara aku tidak menjemput kamu dan lebih memilih untuk pergi dengan temanku?" tanya Dean dan segera mendapat anggukan dari Shena.

Bagaimana Shena bisa lupa saat ia harus rela pulang kehujanan gara-gara Dean tidak menjemputnya. Terlebih Shena merasa kesal karena Dean lebih memilih bermain dengan temannya tanpa memberi kabar yang jelas dengan Shena.

"Ragil adalah dalang dari semua itu. Dia mengajakku pergi ke tempat PS sampai buat aku lupa waktu," ujar Dean masih berusaha membuka memori Shena saat SMP.

"Di mana ada aku, pasti ada kamu dan ada Ragil. Dulu teman-teman SMP sering menjuluki kita sebagai tiga serangkai. Hanya saja saat diajak bicara oleh Ragil, kamu tidak menggubris sama sekali,"

Shena berusaha keras mengingat sosok Ragil yang sejak tadi diceritakan oleh Dean. Namun hasilnya tetap saja sama. Shena tidak mengingat teman-temannya saat SMP kecuali Dean.

"Kalau memang tidak ingat ya sudah, tidak apa-apa. Aku hanya mau bilang kalau Ragil itu orang baik. Jadi kamu tidak perlu takut kalau bertemu dengan dia," kata Dean yang akhirnya membuat Shena mengangguk.

Seolah dalam pikiran Shena berusaha menerima perintah dari Dean untuk tidak takut saat bertemu dengan Ragil.

"Orang yang memberikan bucket bunga sama kamu itu pasti orang baik," kata Dean yang tiba-tiba mengungkit topik pembicaraan yang tadi dikatakan oleh Shena.

"Selain baik, orang yang memberi bunga pada kamu itu juga pasti…" Dean sedikit menjeda ucapannya.

Dan Shena masih terus menunggu kelanjutan dari ucapan Dean yang terjeda. Sudah lama Shena ingin mendengar pendapat dari Dean perihal bunga mawar yang ia terima.

"Menyukai kamu." kata Dean melanjutkan ucapannya.

"Dua hal yang perlu kamu ingat dari pengirim tanpa nama yang memberikan bucket mawar sama kamu. Dia adalah orang baik dan juga memendam rasa suka sama kamu," papar Dean menegaskan pada Shena terkait pengirim misterius yang sudah membuat Shena risau.

Tanpa mereka berdua sadari, perbincangan keduanya sudah sejak tadi diperhatikan oleh seseorang dari balik layar yang tidak disadari keberadaanya oleh Shena dan juga Dean. Karena tujuan seseorang tersebut adalah untuk menghancurkan dua orang yang saat ini ia perhatikan secara diam-diam.

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel