Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

Chapter 6 : Seducer

"Jace......"

Olivia bicara di sebuah sambungan telpon, suaranya ringan dan sedikit bergetar.

"Kau di mana?"tanya Jace khawatir saat mendengar suara tidak biasa dari seorang Olivia. Gadis periang yang selalu ada untuk Lorna, sahabatnya.

"Aku akan ke sana!"sambung Jace kembali tanpa berpikir banyak, ia meraih kunci mobil dan jaketnya. Musim dingin bisa membunuh siapapun di luar sana perlahan.

Dan, sekitar dua puluh lima menit kemudian Jace menghentikan mobilnya di pinggir jalan sepi.

"Oliviana!"panggil Jace cukup keras membuat gadis yang duduk di pinggir trotoar itu langsung menatapnya.

"Jace..."Olivia bangkit, ia berlari ke arah pria itu dan memeluknya cukup erat. Tubuhnya terasa begitu bergetar hingga Jace memaklumi hal tersebut.

"Apa yang terjadi?"tanya Jace tanpa melepas pelukan gadis itu.

"Aku... Akuu... Aku di rampok,"mata Jace membulat, ia mendengar suara trauma dari bibir Olivia sekarang.

"Apa? Bagaimana keadaan mu?"Jace melepas pelukannya menatap sudut bibir Olivia sedikit memar, ia mengusapnya dan gadis itu menurunkan pandangan.

"Yah— aku memberikan semua milikku pada mereka, kecuali ponsel ini,"Jace mengerutkan kening, ia berpikir sejenak. Olivia seorang gadis kaya raya dengan dukungan Alexander Dalle Morgan di belakangnya, ia bisa memanggil siapapun dan utamanya adalah Alex.

"Hm— sebenarnya ponsel ini baru aku ambil dari reparasi, hanya nomor mu yang tersisa."Olivia menaikkan pandangan ke arah Jace dan pria itu mengangguk.

"Aku akan mengantarmu pulang,"

Jace memutar tubuhnya dan tangan Olivia lekas menahan tepat di lengan kokoh pria itu "tidak! Aku tidak mau Alex khawatir. Aku terlalu banyak menciptakan masalah, izinkan aku menginap di tempat mu malam ini."

Jace sedikit tersenyum memikirkan permintaan Olivia, gadis itu menatap tajam tanpa lepas sedikitpun hingga akhirnya Jace mengangguk. Ia tidak mungkin membiarkan seorang gadis tidur dalam kedinginan. Bahaya selalu mengancam siapapun.

"Masuklah."tawar Jace agar gadis itu lekas masuk ke dalam mobilnya, cuaca semakin ekstrem dan mereka harus segera menghangatkan tubuh.

Sesampai di rumah Jace, Olivia langsung mendudukkan tubuhnya di sofa kecil milik pria yang ia cintai itu.

"Kau mau teh?"

"Yah, boleh."Olivia mengangguk menerima tawaran Jace. Pria itu segera melangkah ke dapur membiarkan Olivia tetap berada di ruang tamu.

Drrtttt!!!

Jace menghentikan aktifitasnya sejenak saat ponselnya bergetar, ia menerima sebuah email dari seseorang.

"Jasmin Elizabeth. Dia memesan potasium nitrat sehari setelah Eric Stanley Hugo hilang, cek semua berkas nya dan awasi."

Jace melirik ke arah pintu dapur dan berpikir sejenak lalu melirik pesan email yang menampilkan foto Jasmin.

"Apa Lorna ada kaitannya dengan menghilangnya Eric, kenapa dia terlihat begitu santai?"Jace membatin mencoba menyatukan teka-teki kasus yang sedang ia cari. Mata pria itu terus menatap ke arah foto Jasmin.

"Aku pernah melihatnya bersama Alexander,"Jace bergumam sekali lagi dan melirik ke arah pintu kembali, ia tahu sekarang dirumahnya sedang kedatangan tamu yang ia bawa sendiri. Oliviana Morgan— adik dari pria yang sedang ia curigai atau lebih tepatnya menjadi pusat cemburu, Alexander Dalle Morgan.

_______________

Lorna melangkah pelan di beberapa titik sudut kamar Alex, ia tidak berhenti menyentuh apapun yang ada di kamar tersebut. Setelah puas meminjam kolam renang yang ada di sana kini ia mencoba memberanikan diri untuk masuk ke dalam ruang walk in closet. Sungguh saat ini ia bahkan tidak bisa mengontrol keinginannya, sesuatu seperti mendorong tubuh dan pikirannya terlalu jauh.

"Hm— Alexander. Apa kau tidak bosan bertingkah seakan-akan membenci ku? Padahal kau selalu ingin menyentuh ku,"Lorna terkekeh sambil memegang bingkai foto Alexander yang ada di atas meja kecil tepat di samping ranjang king size tersebut.

"Apa karna Olivia tidak menginginkan nya? Dasar pengecut!"maki Lorna sembari menyentuh ranjang besar milik Alex.

"Hm— aku harus bertanya padanya soal daddy kan?"Lorna bertanya sendiri, mencari kesibukan dalam keadaan yang tidak ia mengerti.

Ceklekkk!!!

Pintu kamar tiba-tiba terbuka dan mata hazel lorna langsung berpindah, tubuhnya seakan ingin jatuh. Ia tersenyum simple menatap sosok yang ia nanti sejak tadi.

"Hay, Alexander?"Ucap Lorna sambil menyandarkan tubuhnya di dinding untuk menahan diri.

"Lorna apa yang kau lakukan di sini?"Alex mengedarkan pandangan di seluruh ruangan dan segera masuk ke dalam sana sembari menutup pintu.

"Aku hanya meminjam kolam renang mu,"Lorna tersenyum layaknya gadis bodoh. Alex enggan mendekat sampai Lorna mendekatinya pelan-pelan.

"Aku ingin kau berbagi rahasia mu dengan ku,"Lorna kembali menarik napas yang terasa begitu sesak. Alex menggeleng kepala nya kasar memutar tubuhnya untuk menjauh.

"Alexander!"Lorna menangkap tubuh kekar pria itu, memeluknya dari belakang sangat erat.

"Lorna, aku harap kau keluar dari kamar ku atau—"

"Atau apa? Hm— kepala ku tidak bisa berhenti berputar,"potong Lorna dan sekarang Alex paham bahwa Lorna di bawah pengaruh MDMA yang ia temukan di kamar Olivia.

"Alexander, kau tidak berniat menyentuhku?"Alex tersenyum tipis lalu memutar tubuhnya hingga menatap betapa kosongnya mata hazel yang ada di depannya itu.

"Kau sedang menggodaku Lorna?"tanya Alex melihat jemari gadis itu menyentuh bahu kekar pria itu hingga ke dada yang terasa panas.

"Ahhkk— Alex!"Lorna menjerit sedikit saat tangan pria itu mencengram lehernya begitu kuat, mendorongnya cukup kuat dan kasar hingga Lorna terjatuh di ranjang king size milik Alexander.

"you make me need,"Alex menahan tubuh Lorna agar tidak jatuh seutuhnya ke ranjang, sementara ibu jarinya sudah berada di bibir Lorna sejak tadi. Alex tidak bisa melepas pandangannya terhadap gadis itu sekarang.

"Kau bebas... Melakukan apapun terhadap tubuhku asal tidak dengan keluarga ku, my daddy!"Lorna seperti ingin berontak, ia menangis sedikit namun berhasil tertahan agar Alex semakin ingin.

"Kau menjual tubuhmu untuk pria yang tidak memikirkan kehidupan mu, Lorna."Alex membatin mendengar ucapan gadis itu. Ia mengeluh kasar sambil merengkuhkan tubuh Lorna sedikit masuk ke dalam pelukannya.

"Haruskah? Hm—?"Alexander kembali membatin sembari menahan godaan besar yang sedang berada di depannya. Lorna adalah santapan nikmat saat ini untuknya dan Alex pemilik kesempatan itu.

"Alex... Sentuh aku..!"pinta Lorna memaksa sambil memegang bahu pria itu dan meremasnya. Manik mata pria itu seakan bersinar membulat seakan ingin melakukan rasa laparnya.

Finally, Alexander semakin mendekat dan menyatukan bibir mereka. Ia melumatnya hingga menerima balasan setimpal dari Lorna. Sesekali Lorna menggigit kecil bibirnya menyentuh bibir pria itu hingga tanpa sadar Alex semakin jauh menyentuh. Ia melepas kaitan bra yang tersisa di tubuh Lorna sejak tadi dan langsung meremas cukup keras hingga ia merasakan Lorna sedikit mencakar punggungnya. Itu sensasi luar biasa bagi Alex dan hal itu membuatnya ingin melakukan hal lebih pada kesempatan ini.

Lorna meremas kaos tebal yang masih melekat di tubuh Alex seakan menandakan agar pria itu segera melepaskannya. Ia tidak sabar menyentuh tubuh kekar milik Alex yang kini menguasai tubuhnya.

"Lorna..."Alex memanggil nama gadis itu, pandangan Lorna sedikit kabur dan tubuhnya seakan melemah pasrah. Namun ia melihat bagaimana Alex melepas pakaian nya dan kembali menyentuh tubuhnya yang nyaris naked.

Alex menyentuh sudut pinggulnya, mencoba melepas sisa terakhir kain yang menutupi tubuh Lorna hingga menjadikan gadis itu benar-benar di bawah kuasanya.

"Lorna, kau yakin ingin melakukan ini dengan ku?"tanya Alexander meyakinkan sembari mengedarkan tatapan mata tajam nya ke seluruh tubuh gadis itu. Lorna terancam sekarang.

Sepersekian detik, gadis itu mencoba berpikir menatap kabur wajah Alexander. Pandangannya buram, gelap dan seakan berputar. Ia menelan saliva lalu mengangguk sekali dengan pasti.

"Ya!" Lorna menjawab pelan, penuh perasaan hanya dengan satu kata yang memberikan kepastian.

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel