Chapter 4 : Potasium Nitrat
Lorna menatap menatap ponselnya cukup cemas, ia mengedarkan pandangan sejenak membuat Olivia langsung memperhatikan secara detail.
"Apa yang sedang kau pikirkan Lorna?"tanya Olivia sambil meminum jus instan yang di kemas dengan susu.
"Eric...."
"Ada apa? Bukannya dia mengatakan padamu untuk pergi perjalanan bussines?"tanya Olivia memasang wajah penasaran sambil mendekatkan wajahnya di pinggir meja.
"Dia menghilang... Sama sekali tidak menghubungi ku!"keluh Lorna sambil menggigit bibirnya.
"Lorna, ayolah... Dia bukan anak kecil lagi. Kau bahkan tidak serius dengannya!"papar Olivia sambil tersenyum kecil.
"Yeah, aku memang tidak terlalu serius. Tapi ini terlihat aneh, sepertinya sesuatu sedang terjadi padanya."
"Kau hanya khawatir secara berlebihan. Baiklah, bagaimana kalau kita pergi ke pusat perbelanjaan?"tanya Olivia sambil melihat keraguan besar di wajah Lorna.
"Jangan khawatir, Alex baru saja mengirimi ku uang. Kau tahu kadang-kadang dia bisa di manfaatkan!"sambung Olivia sambil terkekeh kecil.
"Hmm- aku rasa dia benar, aku seperti serangga yang mencuri makanan orang lain!"Lorna menelan Saliva, ia tidak menyangka setelah memutuskan pergi dari keluarga Dulce sejak kemarin, ia benar-benar berusaha mandiri untuk menghemat semua tabungannya.
"Lorna, kau sahabatku. My family!"
"Kau terlalu sering mendukungku, Olivia,"ucap Lorna melempar senyuman tipis.
"Sudahlah... Kita harus menikmati hidup. Jangan pikirkan hal-hal yang tidak penting,"Olivia meletakkan selembar uang untuk membayar makanan mereka lalu meraih tas nya dan berdiri untuk meninggalkan restaurant. Mereka akan pergi untuk menghabiskan uang siang ini seperti kemarin.
____________
"Mr. Morgan!"ucap seseorang sambil melempar senyuman cantik di depan pintu ruang kerja Alexander.
"Jasmin,"Morgan berdiri mendekati wanita itu dan tetap terlihat tidak memasang wajah ramah.
"Aku menelpon mu berkali-kali. Kenapa kau tidak mengangkatnya?"tanya Jasmin sembari duduk di sofa lembut dengan aksen antik berwarna putih.
"Aku baru selesai rapat,"balas Alex singkat. Jasmin mengangguk lalu membuka tas nya dan merogoh itu dengan cepat.
"Ini pesananmu,"Jasmin memberikan sesuatu dan reaksi Alex sedikit berubah melihat hal tersebut.
"Kenapa kau memesan potasium nitrat? Aku tidak yakin kau bercocok tanam Alex,"tawa Jasmin mengembang sambil menyimpulkan ribuan kecurigaan pada pria yang ia kenal itu.
"Sesuatu yang seharusnya aku lakukan!"balas Alex begitu serius sambil meraih benda itu dengan cepat.
"Alex... Apa kau akan tetap melakukan ini?" tanya Jasmin mengundang mata Alex langsung tertuju padanya.
"Lakukan saja tugasmu! Bukankah itu perjanjiannya?"
"Bagaimana jika gadis itu tahu siapa kau sebenarnya?"
"Not your business!"Alex berdiri tanpa melepas pandangannya dan Jasmin tahu bahwa pria itu sedang mengusirnya.
"Okey.. Aku akan pergi, good job!"Jasmin berdiri tanpa ekspresi sambil memutar tubuhnya untuk segera pergi dari tempat yang seakan tidak menginginkannya datang.
"Sangat sedih jika harus memikirkan orang yang tidak melihat ke arah kita, bukan?"tanya Jasmin datar tanpa menoleh ke arah Alex sedikitpun lalu menutup pintu kantor dengan rapat.
Jasmin melangkah cepat untuk meninggalkan gedung pencakar langit tersebut.
Alex membuka sebuah lemari, mengambil sebuah foto dan ponsel yang tampak hidup di dalam tempat itu. Ia tersenyum tipis.
"Orang-orang tidak pernah sadar bila mereka sedang di awasi,"wajah Alex sedikit berubah, ia menunjukkan senyuman tidak biasa lalu meraih cincin berlian yang ikut serta di dalam kotak kecil itu juga. Terlihat bersinar dan mahal.
__________________
Malam hari tiba dan ini adalah malam yang cukup ramai di tiap sudut kota. Alex di sini; di sebuah club malam bersama bodyguardnya. Club malam yang memiliki peraturan ketat untuk saling menjaga privasi, tempat peredaran segala jenis barang terlarang, senjata ilegal dan transaksi bisnis terlarang lainnya. Hebatnya tempat tersebut tidak terjamah oleh anggota kepolisian.
"Ayolah Lorna, kita sering bersenang-senang sebelumnya. Aku punya member anggota club ini,"tukas Olivia menunjukkan sebuah card platinum yang ia curi dari Alex.
"Aku tidak ingin bermasalah dengan Alexander sampai aku bisa mendapatkan pekerjaan dan pindah dari mansion kalian,"
"Lorna, hanya malam ini. Hari ini seluruh orang berpesta!"ajak Olivia tetap nekat dengan kemauannya. Lorna tahu, sahabatnya itu memang sulit di bantah. Gadis itu tersenyum dan memang itu yang ia butuhkan; Alkohol.
"Okay.. Just tonight, kau tahu yang sedang ku pikirkan,"Lorna terkekeh sambil melangkah mengikuti Olivia yang berjalan lebih dulu dengan tidak sabar.
"Oh my god!"pekik Olivia saat melihat suasana club malam termahal dan paling berkelas di dunia itu. Hanya petinggi penting yang bisa memegang platinum card dan menikmati semua fasilitas club.
"Kau serius Olivia? Sejak dulu aku ingin datang kesini. Kau tahu daddy ku tidak pernah bisa membayar platinum card club ini,"Lorna sedikit berteriak mencoba melawan suara music. Gadis itu tersenyum puas lalu merenggut pinggang Lorna lebih dekat.
"bersenang-senang sebelum aku mengembalikan platinum card ini pada Alex,"Olivia memutar pandangannya dan melihat dua orang pria mendekat sambil membawa minuman dengan aroma khas.
"Butuh tempat duduk?"tawar pria tersebut dengan wajah ramah.
"Tentu saja,"jawab Olivia cepat sambil melihat ke arah Lorna yang memasang wajah tidak nyaman namun tetap terpaksa mengikutinya.
Tiba-tiba Alexander memicingkan mata melihat ponselnya. Ia langsung mengedarkan pandangan dan mengeratkan tangan. Ternyata seluruh akses yang di gunakan Olivia terdata lewat laporan yang langsung terkirim ke ponsel Alex.
Tringggg!! Lorna melihat ponselnya saat sebuah pesan tampak masuk. Ia melirik dan langsung menelan saliva, seseorang merespon kegiatan yang ia coba lakukan di sebuah situs kencan. Ia hanya mencoba seperti kebanyakan gadis atau wanita lainnya.
"Lorna ada apa?"tanya pria itu sambil meletakkan tangannya tepat di paha yang terbuka itu. Lorna langsung menepis merasa begitu tidak nyaman.
"Ehmm— sorry! Olivia aku harus ke toilet,"Lorna berdiri langsung melangkah cepat agar menjauh dari tempat yang semakin membuatnya tidak nyaman. Gadis itu bahkan enggan meneguk segelas pun minuman di sana. Tanpa sengaja ia melewati punggung Alex yang benar-benar sadar akan kehadirannya.
"Bawa Olivia pulang, ambil ponselnya!"perintah Alex pada seorang bodyguard. Pria itu menenggak sekali lagi minuman ber-alkohol dan mengikuti Lorna pelan-pelan.
"Sepertinya yang aku lakukan tidak berhasil,"batin Alex melirik tubuh gadis itu dengan mata yang begitu tajam.
Lorna masuk ke dalam toilet, ia mencuci wajahnya dan mengambil napas sejenak. Ia mulai bosan dengan suasana malam, sejujurnya Lorna keluar masuk club malam, mabuk, sesekali mencoba sebatang rokok hanya untuk melakukan pemberontakan terhadap ayahnya. Namun sayangnya pria tua itu tidak pernah perduli.
"Aku terlalu lama, Olivia akan bosan menungguku,"Lorna kembali keluar dan ia langsung membulatkan mata saat melihat seorang pria yang begitu ia kenal berdiri di depannya. Menatap intens.
"Jace!"panggil Lorna dengan nada serak.
"Kenapa kau di sini?"tanya Jace dengan wajah penuh pertanyaan. Lorna menyilangkan kedua tangannya lalu melirik tepat ke belakang Jace dan melihat Alex yang seakan-akan tidak menunjukkan sikap bahwa ia melihat Lorna di tempat itu.
Gadis itu tidak peduli, ia melewati Jace dan sengaja menabrak dada pria itu sekuat nya dengan bahu yang tampak kokoh.
"Lorna!"Jace menahan lengan gadis itu dan tanpa sengaja matanya langsung berpindah ke arah Alex yang mengurungkan diri saat melihat Jace ikut menghampiri Lorna. Sama sepertinya.
"Lepaskan aku Jace, pacarku melihat mu! Please... Jangan bertingkah seperti kau peduli padaku!"Lorna berbohong, menarik tangannya kuat-kuat menatap Alex yang ingin melangkah menjauh. Lorna cepat-cepat berusaha untuk meloloskan diri hingga pegangan itu terlepas.
"Alexander,"gadis itu sedikit berteriak dua kali hingga pria itu berhenti, memutar tubuhnya di tengah keramaian. Lorna mendekat dan tiba-tiba menarik kerah pria itu dan merapatkan tubuh mereka.
Hell— apa yang sedang di pikirkan Lorna. Demi menghindari Jace dan menjaga hati Olivia yang menyimpan perasaan pada pria tersebut, Lorna memilih mencium Alexander dan berharap Jace melihatnya, menjauh dan pergi sesegera mungkin.
__________