Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

Chapter 8 : Fight

Lorna mengacak rambut basah nya, membiarkan tergerai begitu saja lalu meraih ponsel yang ada di atas nakas. Rowan tidak menghubunginya sama sekali sejak tadi pagi, hubungan mereka kacau.

"Ah .. sebaiknya aku memberinya waktu,"gumam Lorna menaruh ponselnya kembali lalu memutar tubuhnya menuju dapur. Membuat coffee dan menemaninya untuk berjaga.

Lorna menyeruput bibir Mug nya pelan, merasakan panas dan menelannya sangat hati-hati. Rasanya itu bagaikan obat untuk menghilangkan rasa penatnya, ia meletakkan kembali Mug nya di atas meja setelah beberapa kali teguk lalu melangkah pelan menuju kamar.

Namun langkah kakinya mendadak mundur melihat tamu tidak di undang tampak mengedarkan pandangan di tiap ruang kamarnya.

"Alexander, kenapa kau—"

"Ini buruk! Aku tidak tahu bagaimana bisa kau tinggal di sini,"cela Alexander datar sambil mengeluh kasar.

"Kalau begitu keluar!"balas Lorna menatap penuh emosional.

"Tidak sopan! Kau mengusir tamu,"pria tersebut mengeluh sengaja. Menaikkan pandangan ke arah Lorna dan tersenyum miring.

"Kau bukan tamu ku, cepat keluar!"teriak Lorna lebih lantang dari sebelumnya hingga pria itu melangkah mendekat ke arahnya. Menyisakan jarak sekitar satu inci hingga ia bisa begitu dekat menatap wanita itu sekarang.

Alexander mengangkat tangannya, mencoba menyentuh sudut bibir wanita tersebut. Namun Lorna segera menangkap pangkal lengan pria tersebut, mengunci kuat dan menariknya ke bawah lalu menjatuhkan ke lantai sangat cepat.

Brakk!! Alexander mengerang sedikit merasakan perlakuan kasar Lorna yang baru saja ia dapati.

"Woww! Kau banyak berubah!"tukas Alexander menahan napas kembali bangkit dari tempatnya menatap Lorna tajam.

"Diam!"perintah Lorna sambil mengepal tangannya, siap untuk kembali menyerang. Alexander tersenyum tipis lalu mendadak mendekat dan memutar tubuh wanita tersebut. Memeluknya erat seakan menguncinya.

"Alex lepas!"pintanya mencoba lolos dari pelukan erat itu.

"Lepaskan sendiri kalau kau bisa!"tantangnya begitu sarkas sambil memegang sudut pinggul Lorna.

Wanita itu berang lalu mendadak mengait salah satu kaki Alexander dan memajukannya ke depan sangat cepat. Cengkeraman pria itu melemah membuat Lorna langsung menarik salah satu tangannya, mengangkat tinggi lalu menyikut leher Alexander dengan sikutnya hingga pria tersebut langsung mundur.

Tidak sampai di situ Alexander kembali mendekat mencoba meraih tubuh kecil wanita tersebut. Lorna menghindar cepat, menurunkan tubuhnya lalu menjejali kaki pria tersebut hingga jatuh kembali ke lantai.

"Arrghhh!! Fuck!"makinya sambil membalikkan tubuh ke arah Lorna. Menatap dari tempatnya terbaring menetralkan napasnya sejenak.

"Aku akan membuat mu menyesal jika tertangkap Lorna,"gumamnya tidak membuat wanita itu gentar sedikitpun.

"Keluar dari kamar ku Alexander,"pintanya dengan tangan terkepal tetap siaga saat melihat pria tersebut kini kembali bangkit dan melempar senyuman smirk yang lebih sangar.

Alexander mendekat kembali, begitu terpancing untuk menangkap wanita tersebut. Lorna tidak ingin mengalah ia menangkap lengan Alexander sangat cepat, namun kali ini ia tertangkap pria itu menyilang kan kaki mereka dan menahan lengan Lorna.

"Lepas!"perintahnya mencoba menggerakkan tubuh yang malah semakin terkunci sangat rapat.

"Kemampuan mu masih sangat dasar honey,"sindirnya sambil mengedarkan pandangan. Lorna mengepal tangan lalu mencoba menginjak kaki Alexander. Pria itu menghindar mampu membaca situasi tersebut lalu mengunci tubuh itu kembali.

"Alexander,"tukasnya dengan wajah penuh emosi.

"Cium aku!"pinta pria tersebut membuat Lorna mengernyitkan kening ke arahnya. Ia masih berpikir, mencoba untuk meloloskan diri di saat yang sangat genting.

Sepersekian detik kemudian, Lorna menelan Saliva lalu menggigit bibirnya dan menatap intens ke arah Alexander. Mencoba menggodanya seakan tahu kelemahan pria itu.

"Jangan main-main dengan ku, Lorna!"sindir Alexander menajamkan pandangan ke arah bibir yang tampak merah dan basah. Ia menelan ludah ingin mencicipi rasa manis pada wanita tersebut sekarang.

Tiba-tiba Lorna menarik tangannya langsung memukul mundur pria tersebut saat mengetahui Alexander lengah. Tapi ternyata hal itu tidak sebanding dengan apa yang ia pikirkan, Alexander memegang kedua lengannya mengangkat ke atas lalu mendorong wanita itu keranjang, menindih cepat dan menyelipkan tubuh di antara kedua paha Lorna.

"Alexander,"ucapnya saat merasakan pria tersebut menggenggam kedua tangannya. Mensejajarkan dengan kepala hingga dadanya tampak begitu membusung tinggi.

"Posisi yang pas,"Alexander tersenyum merasa menang dan berpikir bahwa Lorna tidak akan bisa melakukan apapun untuk melawannya.

"Yah! Posisi yang pas untuk bercinta dengan mulutmu, brengsek!"

Brakkkk!!

Lorna tiba-tiba membentur keningnya tepat di wajah Alexander sangat kuat. Seketika kedua cengkeraman di tangan Lorna terlepas, pandangan pria tersebut gelap seketika. Ia merasakan darah mengalir keluar dari hidungnya.

Tes tes tes!

Alexander menjatuhkan diri di ranjang menahan darah yang masih mengalir keluar. Ia sampai sulit bernapas lega akibat benturan itu.

"Alex aku—"Lorna panik, menelan saliva cukup kuat dan menyesali perbuatannya sendiri. Ia meraih kotak obat yang ada di atas nakas, mengeluarkan cotton bud dan mencoba menghentikan pendarahan yang keluar dari hidung Alexander yang masih mencoba menerangkan kembali pandangannya.

Lorna mengangkat kepala Alexander, meletakkan di pahanya dan terpaksa mengobati pria tersebut sebisanya tanpa rasa canggung sedikitpun.

"Kau baik-baik saja selama ini Lorna?"tanya Alexander saat ia berhasil menatap wajah Lorna begitu dekat. Melihat betapa khawatirnya wanita tersebut terhadapnya.

"Sangat sangat sangat baik,"

"Apa kau bahagia hidup dengan pacar bodoh mu itu?"

"Setidaknya dia buka tipe pemaksa seperti mu,"jawabnya cepat membandingkan keduanya. Alexander tersenyum meraih jemari wanita itu dan mengecupnya pelan, membuat Lorna langsung menatapnya lemah.

"Dia juga tidak lebih baik dari ku Lorna,"

"Jangan menudingnya! Selama ini ia cukup serius. Sebentar lagi kami akan menikah!"Alexander langsung tersenyum miring, seakan menghina pernyataan tersebut dan meletakkan jemari wanita itu di mulutnya, mencium dan meremasnya sesekali.

"Teruslah berpikir bahwa kau bisa menghindar dari ku. Aku ingin lihat sampai di mana kekuatan pacar bodoh mu itu,"batin Alexander tersenyum tipis mencoba meraih wanita itu kembali dalam pelukannya dengan cara berbeda. Ia ingin Lorna kembali masuk ke dalam hidupnya, tetap mengurung dan memerangkap wanita itu hingga sulit bagi Lorna untuk melepaskan diri.

"Seseorang akan menjemputmu besok pukul 9 pagi, siapkan diri mu,"

"Maksud mu? Aku harus bekerja,"

"Aku ingin jalan-jalan di negara ini, kau menjadi pemandunya,"balasnya cepat sambil menaikkan tubuhnya dan segera berdiri dari tempat nya.

"Alexander, kau tidak bisa sesukamu!"

"Ayolah.. hibur aku selama di sini, kau ingin menikah kah?"tanya Alexander membuat wanita itu memicingkan pandangan penuh kecurigaan. Ia tampak berbeda dari biasanya, Lorna patut waspada.

"Bagaimana dengan toko—"

"Jangan khawatirkan itu, aku hanya meminta waktu mu sehari!"potong Alexander sambil melihat wanita itu mengulum bibirnya.

Alexander melangkah keluar dari rumah tersebut, ia mengedarkan pandangan sejenak ke arah para bodyguard nya yang berjaga di luar. Lorna mengikutinya dan menatap dengan pandangan kecewa.

Tap!

Pria itu mendadak memutar tubuhnya, menangkap Lorna sangat cepat. Menahan dan mendaratkan sebuah ciuman di bibir merah wanita itu. Ia melumatnya cukup kasar, menekan lidahnya masuk ke dalam mulut wanita itu.

Lorna diam, tidak bereaksi namun seakan mempersilahkan pria tersebut melakukan apapun terhadapnya. Diam-diam ia juga menikmati, mencoba menutup matanya dan ikut mengaitkan lidahnya pada pria itu. Namun Alexander mendadak berhenti dan melepas ciumannya begitu saja, ia bahkan langsung memalingkan pandangannya ke arah lain. Wajah Lorna mendadak merah, ia menelan ludahnya begitu kuat lalu melihat Alexander memutar tubuhnya.

Tap!!

Alexander berhenti melangkah, menaikkan kepalanya begitu congkak. Ia melirik ke arah Lorna sedikit memerhatikan mata wanita itu membulat besar. Menatap penuh perhatian ke arah seseorang yang berdiri sekitar tiga meter di depannya.

"R-rowan .."tegur Lorna menatap jauh pria yang menatapnya penuh intimidasi dengan tangan terkepal kuat. Ia baru saja datang, berniat memperbaiki hubungan. Mencoba berpikir realistis atas apa yang di lakukan Lorna. Namun saat ini yang ia tangkap langsung kekasihnya berciuman dengan pria lain dengan penuh harapan.

Alexander memiringkan senyumannya, lalu melangkah pelan sambil memasang kacamata hitamnya bersama seluruh bodyguard yang ada di sana.

"Pelan-pelan, aku akan merebut mu kembali Lorna. Merebut apa yang seharusnya menjadi milikku,"batin Alexander sambil melewati Rowan yang tengah menahan napasnya. Menatap tegas ke arah Lorna, membiarkan pria itu menjauh menuju mobilnya dan segera menghilang dari sisinya.

"Rowan ... Aku—"ucapan Lorna berhenti, pria tersebut memutar tubuh. Melangkah cepat menuju mobilnya dan sengaja membanting pintu sangat kuat.

"Aku tidak bisa diam lagi,"gumam Rowan menatap luas jalan sekitarnya, ia meraih ponsel yang tergeletak di kursi sebelahnya. Meraih cepat dan menelpon seseorang yang ia yakini bisa membantu menuntaskan masalahnya.

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel