Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

Chapter 7 : Bastard

"Alexander, aku memberi Lorna perangsang. Bantu dia! Obat itu keras, ia tidak akan puas hanya dalam sekali melakukan,"

Bunyi pesan dari Milla terngiang di pikiran pria tersebut. Ia rasa Milla melakukan itu sengaja, wanita itu banyak mengalami perubahan di masa kehamilannya. Billy bahkan sering di buat frustasi akibat tingkahnya, Milla dokter berbakat. Ia tidak mungkin salah.

Saat ini Alexander menatap Lorna dengan sangat tajam. Ia memegang pinggul wanita itu, masih bergerak di atasnya dengan pelan. Lorna mulai letih dan bermandikan keringat. Rambutnya tampak menyatu, basah.

"Ahh kemari lah, kita selesaikan!"Alexander memutar tubuh wanita itu. Menguasainya kembali dan menyatukan kening mereka sejenak agar bisa menatapnya lebih dekat.

"Ahhhhh Alexander, aku letih. Aku tidak kuat lagi!"Lorna mengeluh namun masih merasakan hujaman pria itu sangat nikmat di dalam tubuhnya.

"Akan ku selesaikan. Sebentar!"balas nya membuat Lorna menukik kan kedua kakinya di pinggul pria itu sangat rapat. Ia menggigit bibir begitu kuat, tetap membalas pandangan pria itu sangat tajam.

Akhirnya Alexander semakin mempercepat gerakan membuat tubuh wanita itu menegang.

"Uuuhhh!!! Cepat selesaikan. Aku mau pingsan,"Lorna melemas. Ia meremas dada nya sendiri sangat kuat.

"Ahhh! Shit! Aku benar-benar merindukan milik mu Lorna, kau terbaik!"Puji nya begitu sarkas. Ia menaikkan tubuhnya memegang pinggul wanita itu. Bergerak semakin cepat dalam seketika. Ia mengerang kencang, mendapatkan pelepasannya untuk kesekian kali di dalam tubuh Lorna yang sedang berguncang hebat itu.

Lorna memegang kepalanya yang terasa pusing, ia ngantuk lalu mendengar kembali ponselnya berdering. Namun sungguh tidak ada sedikitpun niat untuknya meraih benda itu. Lorna bahkan sulit untuk memindahkan tubuhnya. Lemas.

Alexander berbaring di sampingnya. Mengadu cepat napas mereka berkali-kali sambil menatap langit kamar dan menelan puluhan kali saliva nya. Lorna tertidur, tidak kuat lagi untuk berjaga akibat serangan yang seakan tidak ingin berhenti itu.

Brakkkk!!!

Rowan membanting ponselnya ke sembarang tempat. Ia meremas rambutnya kuat dan mengedarkan pandangan di depan rumah Lorna. Ia khawatir, bercampur marah karna wanita itu tidak juga muncul tanpa kabar.

"Ini sudah pukul 4 subuh. Kemana dia?"pikir Rowan sambil mengeluh kasar dan mengacak pinggangnya. Masih ingin menunggu lebih lama di sana.

"Sebaiknya aku pulang dulu. Nanti aku akan menyusul Lorna ke tempat kerja,"Rowan menatap rumah Lorna lagi. Ia menahan napas dan membuangnya kasar lalu melangkah cepat meninggalkan tempat tersebut.

________________

Lorna mulai membuka mata, mengedarkan pandangan di tiap tempat. Tubuhnya serasa remuk. Tapi ia sudah sangat terbiasa bangun pagi untuk pergi ke toko. Mrs. Willand akan kesusahan jika ia tidak ke bekerja, tokonya sekarang ramai karna kedatangan Miya di sana kemarin.

Lorna memegang kepalanya sejenak, berpikir sesaat apa yang sudah ia lewati semalaman.

"Aku benar-benar gila. Bodoh!"batin nya sambil membuang napas kasar. Memerhatikan pakaiannya berserakan di lantai.

"Kau mau ke mana?"tegur Alexander saat wanita itu mulai memasang underwear nya.

"Bukan urusan mu!"jawabnya ketus melengkapi tubuhnya dengan pakaian. Ia hampir terjatuh namun tetap memaksakan diri untuk bergerak. Sementara Alexander memilih duduk di sudut sofa, ia baru saja keluar dari kamar mandi dan merapikan dirinya.

"Kau luar biasa,"puji Alexander memerhatikan wanita itu.

"Diam! Kau menjebak ku!"

"Apa? Menjebak mu? Kau meminta ku, memanggil namaku ribuan kali, mengerang hebat dan sekarang kau bilang aku menjebak mu?"

"Kau licik!"

"Lorna aku perlu bicara dengan mu,"

"Aku tidak ingin dengar apapun Alexander! Kau hanya masa lalu ku dan kita sudah berpisah sangat lama. Aku dan kau sudah berakhir!"

Alexander terdiam, ia memerhatikan wanita itu sambil mengepal tangan cukup kuat. Mencoba mendekat.

"Aku masih mencintai mu Lorna!"

"Cinta? Kau mengurung ku, menjauhkan ku dari semua orang, membuat ku hancur dan hanya berada di bawah kuasa mu, mengikuti kemanapun aku pergi dan kau— berubah menjadi seorang pembunuh Alexander! Sekarang kau mengatakan itu cinta?"

"Lorna aku—"

"Kau tidak perlu menjelaskan nya Alexander. Aku sudah menebak jawaban nya! Hubungan kita tidak akan pernah bisa di perbaiki!"Lorna menahan napas lalu meraih tas yang ada di lantai kamar itu dan beranjak ke arah bibir pintu. Meninggalkan Alexander yang tengah mengepal tangan sangat kuat.

Lorna membuka pintu memerhatikan beberapa orang berdiri di depan sana, mencoba menghadangnya.

"Michella!"ucap Alexander membuat wanita itu melirik ke arahnya lalu mundur dan memberi jalan pada Lorna.

"Sir,"

"Biarkan!"potong Alexander cepat lalu menghela napasnya dalam. Melangkah ke arah balkon kamar hotel memerhatikan Lorna dari sana.

"Dia perlu waktu,"batin Alexander mengedarkan pandangan dengan sangat tepat saat menangkap Lorna yang bergerak menjauh dari tempatnya.

_________________

Tiga jam berlalu..

Lorna baru tiba di lokasi kerjanya, ia mengedarkan pandangan menatap toko yang tidak terlalu ramai.

"Mrs. Willand maaf aku terlambat,"ucap Lorna dengan keadaan yang sudah bersih tentunya. Ia tidak mungkin datang dengan keadaan kacau dan gaun pesta bodoh itu.

"Tidak masalah, kerabat mu sudah banyak membantu. Lagipula seseorang sudah memborong barang di toko, stock sangat menipis, aku hanya menjual sisanya"terang Mrs. Willand membuat Lorna mengerutkan kening.

"Kerabat? Siapa yang memborong barang pecah belah segitu banyaknya?"tanya Lorna penasaran.

"Aku tidak—"

"Lorna,"potong seseorang membuat keduanya langsung menoleh ke arah sumber suara.

"Rowan aku sedang bekerja,"tukas wanita tersebut tampak canggung pada Mrs. Willand.

"Tidak masalah. Kau libur saja hari ini, aku akan tetep memberikan mu upah,"

"Mrs. Willand aku—"

"Selesaikan dulu masalah mu, dia sudah berkali-kali datang ke sini,"potong wanita paruh baya itu lagi lalu segera memutar tubuhnya dan menjauh.

"Kau dari mana saja?"tanya Rowan memasang wajah datar. Tampak kecewa.

Lorna menelan saliva, mencoba mencari alasan tepat.

"Aku menginap di tempat seseorang,"

"Siapa?"Rowan menyelidik tampak tidak yakin dengan wanita tersebut.

"Hm ~ aku menginap di rumah Kristina,"jawab Lorna terbata saat melihat salah satu rekan kerjanya.

"Jangan berbohong. Aku sudah mengeceknya!"tuding Rowan membuat wanita itu langsung memalingkan pandangan.

"Rowan aku—"

"Lorna Chameron Dulce,"seseorang mendekat, tampak angkuh sambil melepas kacamata hitamnya. Menatap tajam ke arah Lorna yang langsung terdiam seperti tersetrum.

"Alexander,"tukasnya datar membuat mata Rowan langsung menangkap sangat tajam. Menyelidik lebih dalam.

"Kau bekerja di sini? Kebetulan aku baru saja memborong isi toko mu,"

"Untuk apa kau membeli piring brengsek?"batin Lorna sambil mengepal tangannya. Ia merasakan jantung nya seakan meledak-ledak cepat sekarang.

"Kalian saling kenal?"tanya Rowan mengedarkan pandangannya. Ia ingat Alexander adalah seseorang yang di sebut Moren semalam di acara pesta.

"Aku Alexander Dalle Morgan. Pemilik Exton Mobile, pengusaha online supercars terbesar di Amerika, pengembang Real estate dan Real properti termuda di dunia, ah sebentar aku lupa apa saja usahaku .. yang jelas aku adalah —"

"Mantan! Dia hanya mantan kekasih ku!"potong Lorna sangat cepat sambil menatap tajam ke arah Alexander yang kini menaikkan satu alisnya.

"Mantan?"tukas Rowan memerhatikan wajah Alexander penuh perhatian. Ia mengingat Lorna pernah menyebut jelas nama pria tersebut saat ia bangun dari tidurnya.

"Itu tidak penting, Alexander aku akan segera menikah dengan nya!"Lorna mendekati Rowan membuat pria itu sedikit tersenyum tipis. Merasa menang atas pilihan Lorna.

"Wowww!! Menikah? Kalian berdua?"tanya Alexander melipat kedua tangannya sambil mengedarkan pandangan.

"Yah!"celetuk Lorna tegas.

"Berarti aku semalam bercinta dengan calon istri mu, hmm aku sedikit terkejut!"

Deg!!

Lorna langsung menelan saliva, melirik ke arah Rowan yang mengernyitkan kening ke arahnya.

"Apa maksud mu?"Rowan mengepal tangan, mencoba mengorek informasi yang ia butuhkan.

"Alexander itu hanya kesalahan. Kau menjebak ku!"

"Jadi kau semalam menginap di tempat nya?"potong Rowan sangat peka.

"Ya, garis bawahi. Dia meminta ku untuk melakukannya berkali-kali,"Alexander tersenyum tipis. Menaikkan alisnya semakin tinggi, mengedarkan pandangan pada keduanya yang tampak canggung.

"Rowan!"teriak Lorna saat melihat pria tersebut memutar tubuhnya ke arah lain. Mencoba menghindar.

"Brengsek!!!"maki Lorna memukul dada Alexander dengan sangat kuat hingga ia sedikit mundur ke belakang. Lorna ikut melangkah, memutar tubuh untuk mencapai langkah Rowan dengan cepat.

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel