Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

Chapter 6 : Faster!

"Lorna kau mau kemana?"tanya Rowan mendadak menatap wanita tersebut tampak memasang wajah pucat.

"Aku harus pulang. Kau bisa tetap di sini dan jauhi aku sementara waktu!"bisik Lorna mencoba menahan pria itu mendekat.

"Lorn-"pria itu mendadak berhenti di tempatnya, saat dua orang pria dengan tubuh besar menghadang nya.

"Tuan Moren meminta anda untuk tunggu sebentar!"ucapnya datar sambil melirik ke arah Lorna yang kini menghilang dari pandangannya. Ia tidak berkutik, melirik ke arah Alexander yang baru saja bergerak dari tempatnya. Melangkah pelan mengikuti langkah Lorna.

"Nona Lorna! Aku harap kau bisa ikut dengan ku,"ucap Michella membuat wanita itu berhenti sejenak di tempatnya.

Menatap tajam ke arah wanita tersebut.

"Siapa kau?"tanya Lorna menatapnya dengan pandangan kabur. Ia mengepal tangan merasakan kepalanya seakan berputar.

"Nona ini tidak baik untuk mu, tenanglah dan ikutlah dengan ku. Obat itu bereaksi cepat!"sambungnya lagi membuat Lorna semakin mengerutkan kening. Ia mengepal tangannya mengingat saat seorang pelayan menyodorkan minuman untuknya, menyambut dengan ramah seakan memastikan ia harus meminum itu hingga habis.

Lorna mengalihkan pandangan lalu mendadak menendang Michella dengan cepat. Wanita itu menangkisnya dengan dua tangan hingga tubuhnya tampak seimbang. Sepersekian detik kemudian Lorna kembali mengarahkan tendangannya membuat Michella langsung menunduk dan menangkap kaki wanita tersebut hingga Lorna terjatuh ke lantai.

"Nona. Please!"rayu nya pelan menahan tubuh wanita itu agar tidak bergerak.

Brakk!!

Lorna mengantuk kan kepalanya di wajah Michella dan langsung merangkak maju, ia meloloskan diri di saat wanita itu fokus pada rasa sakitnya. Melepas heels miliknya dan segera berlari menuju pemberhentian taksi hotel.

Michella kembali menangkapnya, menarik lengan wanita itu kuat dan mengunci tubuh Lorna. Ia tidak ingin kalah, wanita tersebut menekan sikutnya ke belakang mendorong paksa tubuh Michella mundur.

"Okay baik lah,"Michella kali ini lebih gesit. Sungguh ia banyak menahan diri, bukan berarti kalah terhadap serangan Lorna. Ia jauh lebih terlatih, sejak kecil wanita itu di didik keras berbeda dengan Lorna yang hanya memahami dasar Pankration.

"Lepaaass!"Michella meraih lengan Lorna menahannya dan langsung memukul tepat punggung wanita itu.

Brakk!!

Lorna pingsan! Langsung terjatuh di lantai tanpa aba-aba. Michella memegang sudut bibirnya yang terluka, merasa asin dan perih sekaligus.

"Apa yang kau lakukan dengan Lorna?"tanya Billy datang dengan cepat ke arah wanita tersebut.

"Aku harus melakukannya. Nona Lorna berontak, aku tidak bisa membiarkannya di luar! Nona Lorna dalam pengaruh obat!"tukas Michella meraih tubuh Lorna dan berusaha mengangkatnya.

"Obat?"

"Tuan Alexander hanya ingin nona Lorna berada di kamarnya dengan baik. Ia ingin bicara. Tapi istri mu malah memberinya perangsang! Obat itu bereaksi dalam 2 jam!"

"Apa? Milla? Bagaimana bisa?"

"Sudahlah, jangan banyak bicara! Bantu aku membawa nona Lorna ke kamar tuan Alexander. Ini berat!"Michella mengeluh kasar, mencoba bersikap hati-hati pada tubuh Lorna yang sangat lemah.

"Apa tuan Alexander tahu ini?"tanya Billy sambil membantu wanita itu memegang bagian kaki Lorna, membawanya masuk ke dalam hotel kembali lewat pintu belakang.

"Tidak! Nona Milla memberitahu ku ini setelah ingat bahwa ia salah memberikan pil,"Michella menelan ludah, menaiki lift VVIP hotel menuju kamar Alexander.

"Milla,"keluh Billy sambil mengeluh cukup kasar. Mencoba bersikap tenang hingga mereka sampai di depan kamar Alexander yang tampak masih berinteraksi bersama Moren.

"Aku keluar dulu,"Billy segera memutar tubuhnya setelah memastikan Lorna berbaring di ranjang. Michella tersenyum tipis, menyelimuti wanita itu dengan kain tebal. Melindungi nya dari suhu ruangan yang dingin.

"Ternyata dia lebih cantik dari patung lilin yang di buat tuan Alexander, bahkan lebih dari Joana."batin Michella sambil mengulum bibirnya dan mengeluh kasar.

"Kenapa wajah mu?"tegur Alexander memerhatikan dengan pandangan tegas.

"Nona Lorna menyerang ku!"balas nya membuat Alexander langsung menaikkan satu alisnya.

"Lorna menyerang mu? Michella kau-"

"Dia tampak terlatih. Setidaknya nona Lorna paham dasar untuk melindungi dirinya!"potong Michella sambil menggaruk kepalanya pelan. Memijatnya sedikit.

"Jadi wanita ku kini lebih tangguh?"tanya Alexander sambil melebarkan senyuman pertamanya pada Michella setelah bekerja selama dua tahun. Ia menelan saliva merasa kagum pada kehadiran Lorna yang berhasil membuat pria itu menunjukkan sisi lainnya.

"Aku rasa begitu. Rowan pernah menjadi pelatih Pankration, mungkin nona Lorna mempelajari sedikit darinya,"Jelas Michella sambung membuang napasnya kasar.

"Hm! Kalau begitu aku keluar dulu sir,"wanita itu segera memutar tubuhnya. Lupa memberitahu soal pil perangsang yang di berikan Milla pada pria tersebut. Menutup pintu yang otomatis langsung terkunci itu.

Alexander diam, menatap dalam Lorna yang kini berbaring di ranjangnya. Sungguh ia merindukan wanita itu setengah mati. Alexander menelan Saliva sejenak melangkah ke sudut ruangan, melepas suit hitam yang terpasang di tubuhnya. Ia menunggu wanita itu bangun, ingin bicara atas kesalahan yang terjadi di masa lalunya. Meminta wanita itu kembali dalam pelukannya sekarang juga.

Setengah jam kemudian, Lorna membalikkan tubuhnya. Merasa begitu resah dalam tidurnya yang belum puas akibat Michella tadi. Ia berkeringat menahan diri sambil meremas-remas sudut seprai di mana ia menyinggahi tubuhnya.

"Lorna!"panggil Alexander pelan. Menyentuh wajah wanita tersebut begitu lembut hingga ia langsung membuka mata cukup kecil.

Lorna menepis tangan pria itu, memiringkan tubuhnya merasa begitu lemah namun tidak bisa larut dalam rasa ngantuk nya yang berlebihan.

"Ahh.. Apa yang terjadi,"gumam Lorna meremas sudut seprai, ia merapatkan kedua kakinya mencoba menahan diri. Pil itu keras, Lorna butuh waktu bertahan dalam kondisi itu.

"Lorna aku perlu bicara dengan mu!"

"Aku tidak mau! Kauu ahh-"wanita itu mendesah, merasa begitu butuh dalam waktu yang sangat singkat.

"Lorna-"Alexander terhenti mendengar ponselnya bergetar cukup dekat dari posisinya. Ia meraihnya memerhatikan pesan yang baru saja masuk.

"Ahhh! Lorna meremas pakaiannya sendiri. Menahan rasa ingin yang semakin meningkat di tiap detiknya.

Alexander tersenyum tipis, mengaitkan pesan yang masuk dari Milla sambil memerhatikan kondisi Lorna saat ini.

Pria itu merentangkan tubuh Lorna menahan kedua tangannya di ranjang begitu sejajar. Menatap tajam mata hazel yang ia rindukan setengah mati.

"Alexander .. Lepas .."Lorna mencoba menolak, merasa begitu munafik jika ia mengatakan tidak. Matanya tampak sayu membalas tatapan tajam pria tersebut.

"Aku akan membantu mu,"Alexander menyeringai tajam. Ia melekatkan bibir, merasakan dinginnya dan melahap lembut milik nya itu lagi.

Sepersekian detik Lorna memegang lengannya, membalas ciuman Alexander dengan napas memburu. Ia butuh pelepasan! Tidak boleh tidak!. Lidah mereka berkait, Lorna bahkan mengangkat kepalanya mencoba merasakan bibir pria itu lebih dekat tanpa jarak.

Ia menurunkan kepala mendongak ke atas merasakan pria itu menurunkan ciuman basahnya ke leher. Lorna menelan saliva menerima serangan yang berada di tubuhnya saat ini. Otak dan kemauannya tidak sinkron sama sekali, ia tidak perduli sekarang. Alexander menelanjanginya lebih cepat, menyatukan kulit mereka yang berhasil membuat Lorna semakin panas.

Lorna menggigit bibir, merasakan pria itu mencubit intinya dengan lidah yang terasa begitu lincah di dalamnya. Ia meremas dadanya sendiri, mencoba menggoda pria itu untuk segera melakukan apa yang sangat ia butuhkan sekarang.

Alexander merasakan wanita itu meremas rambut panjang nya, mendesah berat dan melebarkan kedua paha begitu pasrah.

"You' re beautiful, Hot!"bisik Alexander menatap wanita itu meliuk di ranjang nya. Ia sampai menggigit lidahnya kuat memerhatikan wanita itu.

"Masuki aku, please!"mintanya begitu menderita di tengah gairah.

"Lorna kau-"

"Please. Faster!"pinta Lorna menghilangkan seluruh logikanya saat ini. Alexander tersenyum tipis, ia menahan napas sejenak berdiri dari tempatnya.

Lorna memandangi nya tipis, membuka bangga miliknya yang tidak pernah terjamah oleh pria lain. Ia hanya memainkan jarinya di sana untuk mendapatkan kepuasan.

Alexander menelan Saliva, mendadak begitu ingin mencicipi wanita itu. Sungguh sedikitpun ia tidak bisa menolak. Pria itu melepas bawahannya, membiarkan dirinya naked dan mendekati Lorna yang siap menyambutnya.

"Cepatlah,"pintanya lagi saat Alexander belum juga memasukinya. Ia malah menciumnya begitu dalam, lembut dan penuh perhatian.

"You are fucking awesome,"ucap Alexander tiba-tiba menarik lebih dekat tubuh Lorna membuka lebih lebar kedua paha itu. Menuntun miliknya masuk.

"Ahhhh"mereka mengerang bersama, merasakan benda padat itu mulai menyerang. Masuk dan menekan ruang sempit milik wanita itu.

"Sial. Kau yang menggoda ku Lorna!"bisik pria itu menggerakkan miliknya kasar. Menumpahkan seluruh kerinduannya ke dasar. Ia menggigit kuat lutut wanita itu, menciptakan sensasi yang begitu panas hingga jeritan kuat terlahir dari bibir Lorna.

"Alexander....."Lorna mengerang bebas membiarkan pria itu menyentuh nya sangat dalam. Memuaskan hasrat yang sudah begitu lama ia tampung. Mereka mengerang hebat, bersamaan memenuhi ruangan kamar besar itu tanpa ikatan apapun hingga beberapa jam kedepannya. Melakukan berkali-kali hanya untuk saling memuaskan, saling mendapatkan tanpa bicara bagaimana perasaan mereka selama tiga tahun ini.

Alexander benar-benar menguasai wanita itu, menumpahkan seluruh gairahnya tanpa keluar setetes pun sejak awal. Wanita itu menerimanya, membiarkan ia jatuh sangat dalam hingga ia merasa sangat puas oleh sentuhan pria tersebut. Ia bahkan tidak perduli entah berapa ratus kali Rowan menelponnya, membiarkan benda itu tetap berdering di dalam tasnya.

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel