Chapter 5 : Ballroom Party
Lorna menahan napasnya, menatap pantulan wajah di cermin besar yang tampak retak di depannya. Ia menggigit bibir begitu kuat, menahan air matanya jatuh.
"Ini sudah sangat lama,"bisik nya sedikit tertahan, entah berapa lama ia tidak mengenakan riasan wajah, memakai gaun panjang ataupun heels yang bisa membuatnya begitu cantik. Ia meninggalkannya begitu saja. Semuanya. Seluruh hidup yang ia punya.
Lorna berkedip sekali tanpa sadar membuat air matanya langsung jatuh, menguasai pipi yang begitu kecil. Ia bahkan tidak bisa makan dengan layak. Sungguh Lorna tidak ingin bergantung pada Rowan walaupun pria itu menjanjikan sejuta impian.
"Aku tidak ingin mengingat apapun yang ada di masa lalu!"sambungnya sedikit terisak mencoba menahan diri semakin kuat menggigit bibirnya yang merah.
Wanita itu menutup mulutnya, menahan tangisan yang bisa saja pecah begitu saja. Tidak! Ia tidak ingin sesakit ini sekarang.
"Lorna!"panggil seseorang di luar rumah membuatnya langsung menoleh. Menepuk matanya yang berair dan kembali menempelkan bedak agar tidak merusak riasannya.
"Yah! Sebentar,"teriak Lorna meraih parfum yang ada di sudut nakas dan menyemprotkan di beberapa bagian kulitnya yang terekspose, lalu segera bergerak. Keluar dari kamar menuju pada kekasihnya itu segera.
"Kau sangat cantik,"Rowan menelan saliva memerhatikan Lorna yang mengenakan Dress Casual Chic hitam dengan V-neck velvet. Harness dress.
"Jangan berlebihan, aku sudah biasa mengenakan pakaian seperti ini dulu!"tukasnya tersenyum manis.
"Beruntung seseorang yang bisa melihatmu berpakaian seperti ini. Sungguh kau sangat luar biasa,"balas Rowan kembali memusatkan pandangan ke tubuh wanita itu. Lorna hanya tersenyum miring, Ah ia benar-benar merindukan hal ini. Menampilkan bagian tubuhnya pada publik dengan punggung terbuka. Terlihat sexy.
"Ayo,"Rowan meraihnya, membantu wanita itu melangkah menuju mobil. Mereka harus segera sampai ke lokasi pesta.
_____________
"Kemari lah,"Lorna mencoba membenarkan suit yang di pakai Rowan sebelum mereka masuk ke dalam lokasi pesta. Ia mencoba bersikap perhatian, lagipula pria itu akan menjadi suaminya sebentar lagi, itu sama sekali tidak salah.
Rowan tersenyum, membiarkan jemari wanita itu begitu lentik di tubuhnya. Sejenak ia mengedarkan pandangan saat mendengar suara sebuah supercars memasuki lokasi yang sama.
"Aku pikir pemilik nya akan menghadiri pesta,"tukas Rowan membuat Lorna ikut melirik. Melepas tangannya dari tubuh pria itu. Ia merasa kembali berdebar tidak tentu arah layaknya tinggal di sebuah ruang gelap yang begitu kosong dan mengguncang tubuhnya.
"Kira-kira siapa pemilik mobil itu? Aku penasaran!"gumam Lorna membuat Rowan mengalihkan pandangan ke arahnya begitu tajam.
"Aku rasa ia salah satu kerabat Moren. Lihat saja! Mereka datang bersamaan,"balas Rowan datar menunggu sosok yang ada di Lamborghini Gold itu keluar.
"Ya sudah ayo kita masuk!"ajak Lorna memutar cepat tubuhnya dan melangkah lebih dulu.
Tap!
Rowan terdiam sejenak masih memerhatikan seseorang yang bergerak keluar dari Lamborghini tersebut. Ia menghela napas ketika pria itu menatapnya dari kejauhan, melempar senyuman tipis seakan penuh ancaman.
"Rowan, ayo!"pekik Lorna di bibir pintu membuat pria tersebut menoleh ke arahnya. Ia mengangguk lalu mengembalikan pandangan dan tidak menemukan sosok asing itu lagi. Tertutup oleh kerumunan orang-orang yang tampak begitu antusias dengan pesta yang di suguhkan Moren.
"Ada apa?"tanya Lorna ikut mengedarkan pandangan di seluruh tempat.
"Tidak. Aku hanya ingin melihat-lihat!"jawabnya datar lalu meraih jemari wanita tersebut dah segera melangkah masuk ke ballroom.
"Lorna kau minum?"tanya Rowan saat melihat wanita itu meraih gelas yang di sodorkan langsung oleh pelayan untuknya. Ia mengangguk lalu dengan mudah menenggak habis dalam hitungan detik.
"Sepertinya aku tidak tahu apapun tentang mu!"sindir Rowan menarik salah satu kursi, mempersilahkan wanita itu duduk lebih dulu.
"Nanti kau akan tahu, jika kita sudah menikah!"Rowan terdiam. Ia membuang napas begitu kasar menatap wanita tersebut begitu jelas hingga tiba-tiba lampu ruangan yang padat manusia itu di matikan. Menyisakan lampu temaram berwarna biru, seakan sengaja membatasi tiap pandangan seseorang.
Empat puluh detik kemudian, sorot mata semua orang tampak bertumpu pada sosok yang menaiki panggung. Tepuk tangan terdengar riuh, di ikuti langkah kaki yang tidak mengusik siapapun yang ada di dalam ruangan.
Tap!!
Alexander mengedarkan pandangan, berhasil menangkap seseorang yang begitu ia kenal. Ingin rasanya ia langsung meraih wanita itu, namun untuk sekarang ia tidak ingin gegabah dan menghancurkan pesta milik Moren. Ia harus menghargai pria tersebut setidaknya.
Ia melirik ke arah Michella dan Billy yang meninggalkan Milla di kamarnya. Wanita malas itu enggan menghadiri pesta dengan kondisi perut yang semakin membesar. Apalagi bayinya begitu aktif, kerap menendang seakan ingin memberitahu kehadirannya yang begitu di nantikan.
Lorna mengusap lengannya, merasakan hawa dingin sekaligus mencium aroma wangi parfum terkenal DKNY Golden Delicious Million Dollar Fragrance Bottle. Hasil kolaborasi desainer terkenal DKNY dengan Martin Katz, perancang perhiasan populer. Lorna kenal wangi ini, jelas masih melekat di hidungnya.
Ia memundurkan kursinya, mencoba mengingat aroma khas yang begitu dekat. Tepat di belakangnya, perlahan ia menunduk mencoba untuk mencari tahu pemilik parfum itu. Sungguh ia bisa mati penasaran jika duduk berdiam diri di tempatnya.
"Kenapa?"tegur Rowan meraih jemarinya. Menahan tubuh wanita itu hingga sulit bergerak bebas.
"Tidak. Aku bosan!"sanggahnya asal melirik ke arah Moren yang tengah berdiri di panggung. Bicara formal pada seluruh tamu yang ia punya.
"Sebentar lagi, hiburan akan di mulai. Sabarlah!"balas Rowan mengusap-usap jemari wanita itu.
Sementara Alexander masih berusaha menahan diri. Menatap tegas ke arah keduanya. Sial! Ia benar-benar frustasi, ingin mati akibat menahan kecemburuan yang begitu luas di hatinya.
"Sebentar lagi, milikku akan kembali pada tempatnya. Aku harus mengembalikan posisinya! Bersamaku,"batin Alexander menaikkan pandangan ke arah Moren yang tampak berhenti sejenak saat menyambut kata sambutannya.
"Ah ya! Aku juga ingin berterimakasih pada sahabat lama ku yang ikut hadir di acara kecil ini. Aku ingin memberikan sambutan hangat untuknya! Thanks Alexander Dalle Morgan!"Moren bicara tegas menunjuk ke arah pria yang ia sebutkan itu dengan jelas.
Seketika mata Lorna membulat, ia menelan saliva bersama suara tepuk tangan yang berputar di tengah keramaian. Ia melepas pegangan Rowan yang ada di tangannya, segera memutar tubuh ke belakang mengikuti arah Moren yang membimbingnya dari kejauhan.
Tap!!
Seketika mata hazel itu bertemu dengan seseorang yang sangat ia kenal, berdiri tegap dengan senyuman iblis nya. Sial! jantung Lorna ingin meledak saat tatapan pria itu akhirnya menangkapnya, memasukkan ke dalam penjara yang sangat ia takuti.
"A-alexander,"bisik nya begitu pelan dengan wajah pucat. Ia memegang kepala, merasa pusing seketika dan mual dalam hitungan detik. Sesuatu seakan sedang bekerja di tubuhnya, membuat perut nya berputar hingga mengeluarkan keringat di tubuh yang terasa bergetar hebat itu.