Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

Chapter 4 : Moren House

"Lorna!"panggil seseorang saat melihat wanita itu baru saja beranjak keluar rumah. Ia harus bekerja lebih pagi hari ini, wanita itu menelan saliva dan menunduk tanpa ingin mengatakan apapun.

"Aku minta maaf,"sambungnya lagi membuat mata hazel itu bergerak ke arahnya.

"Aku hanya frustasi saat kau menolak ku, lebih tepatnya kau seperti bukan milikku."

"Rowan aku benci kalimat itu, kau harus paham!"jawab Lorna cepat sambil mengeratkan jemarinya pada tali tas yang melingkar di bahunya.

"Aku tidak tahu apa yang terjadi pada masa lalu mu, tapi sungguh aku hampir gila karna memikirkannya! Tapi di sisi lain aku juga sama.. Aku tidak ingin kau mengingat masa lalu mu, aku ingin hidup bersama mu. Sungguh—"

"Rowan aku bukan seperti wanita yang kau harapkan, aku hancur! Aku pernah memberikan segalanya pada satu orang pria, sekarang aku tidak ingin salah langkah! Aku benar-benar ingin hidup dengan baik,"Lorna menatap tajam, memerhatikan pria tersebut mengeluh pelan lalu mendekat pelan.

"Apa kau belum yakin padaku?"balasnya tanpa melepaskan pandangan sedikitpun dari wanita itu.

"Aku sudah memberimu jawaban. Yes!! Kita akan menikah, apa itu kurang?"Lorna membasahi bibirnya, memalingkan pandangan sejenak lalu kembali pada pria tersebut.

"Maaf!"suara Rowan begitu penuh penyesalan. Ia mengusap wajahnya, mengeluh lalu menelan saliva.

"Kau bisa urus semuanya. Lebih cepat lebih baik kan?"tanya Lorna membuat pria itu tersenyum dan mengangguk sekaligus ke arahnya.

"Sedikit membutuhkan waktu karna kau tidak punya berkas apapun. Aku belum punya solusinya,"

"Ah ya aku lupa memberitahu mu, ternyata aku pernah melakukan scan dan menyimpan itu di draft email. Aku sudah melakukan forward ke email mu, kau bisa gunakan itu!"

"Kenapa kau tidak mengatakan itu sejak dulu?"

"Kau tahu aku benar-benar anti terhadap sesuatu yang bisa membuatku terlihat online."jelas Lorna mempertegas hal yang begitu ia hindari.

"Baiklah, aku akan mengurusnya dengan cepat!"Rowan mendekat, memeluk wanita itu begitu erat. Merasakan begitu nyaman ia berada di sisi Lorna.

"Hm cepatlah! Aku harus pergi ke toko!"Lorna melepas pelukan itu, sedikit tersenyum tipis ke arah kekasihnya tersebut.

"Aku akan mengantar mu!"

"Tidak perlu! Aku bisa sendiri,"potongnya cepat.

"Ayolah, kali ini saja!"pinta Rowan sedikit mendesak. Lorna akhirnya mengangguk lalu merasakan pria tersebut meraih jemarinya dan bergerak bersamaan menuju ke mobil.

"Pasang seatbelt mu!"Rowan membantu Lorna memasang benda itu pada tubuhnya. Lalu berjalan cepat menuju jalan raya.

"Rowannn!!"pekik Lorna terdengar mendadak, mereka nyaris menabrak sebuah mobil mewah.

"Apa yang mereka lakukan? Berjalan beriringan di tengah kota!"maki Rowan membiarkan beberapa mobil mewah itu lewat lebih dulu. Ia tidak akan bisa menyalip di tengahnya.

"Tenanglah."tegur Lorna datar ikut memerhatikan jalan yang seakan di rajai oleh satu orang tersebut. Ia menelan saliva mendadak merasakan jantungnya berdegup begitu cepat, sungguh ini perasaan tidak biasa. Ia ketakutan setengah mati tanpa alasan, semua terlihat kacau.

Deg!!

Lorna meremas ujung pakaiannya, merasakan dirinya bergetar saat melihat supercars Lamborghini Aventador berwarna Gold ada di antara puluhan mobil mewah itu.

"Ada apa?"tanyanya Rowan melirik tajam ke arah Lorna yang tampak begitu pucat

"Ada apa?"tanyanya Rowan melirik tajam ke arah Lorna yang tampak begitu pucat.

"Tidak. Aku hanya sedikit tidak enak badan,"balasnya tetap fokus ke arah jalan hingga iringan mobil itu berakhir.

"Kau harusnya istirahat. Tidak perlu bekerja!"

"Hm kau tahu, bukan tipe ku membolos pekerjaan, Mrs. Willand akan kesusahan,"Lorna tersenyum kecil melirik ke arah Rowan yang hanya mengangguk khawatir.

"Ah ya! Nanti malam kau ada waktu?"tanya Rowan mulai mengemudikan mobilnya dengan pelan. Menaiki jalan aspal dan bergerak ke arah tempat di mana Lorna bekerja.

"Kenapa?"

"Aku ingin mengajak mu ke pesta di Adolphus hotel!"Lorna menelan saliva, ia melirik ke arah pria itu sejenak.

"Jam berapa kau akan menjemput ku?"tanya Lorna datar, ia hanya takut mengecewakan pria itu.

"Acaranya di mulai pukul 8 malam. Aku akan sampai ke rumah mu setengah jam sebelumnya,"Lorna langsung mengangguk, mencoba melempar senyuman kecil yang ia punya ke arah Rowan.

Sementara Alexander tampak sampai di sebuah hotel yang sama di mana malam ini akan di adakan pesta. Ia mengedarkan pandangan menunggu waktu yang paling tepat untuk menemui Lorna.

______________

Malam harinya di kota Danhag,

Alexander melangkah pasti, memasuki salah satu rumah yang memiliki tipe klasik. Pandangannya beredar pada kegiatan muda-mudi yang begitu menikmati tiap kegiatan tanpa perduli dengan kehadirannya. Mereka begitu di kenal dengan nama Redblood.

"Sir,"tegur seseorang yang sejak tadi berada di depannya. Ia bertugas menunjukkan ruang markas pada Alexander. Ia ingin menemui sahabat lamanya itu, sekaligus memanfaatkan untuk mengorek banyak informasi soal Rowan yang diam-diam bekerja sebagai salah satu anggota Redblood.

Alexander kembali melangkah pelan memasuki lorong bawah tanah yang tersembunyi di rumah tersebut.

"Alexander!"tegur Moren saat mata pria itu menangkap jelas sosok yang tengah berdiri di bibir pintu bersama beberapa bodyguard nya.

Ia tersenyum tipis lalu melirik ke satu sosok yang memakai pakaian tentara dengan atasan kaos dan di tutupi dengan jacket kulit. Pria tersebut mendadak memutar tubuhnya malas ke arah Alexander, memilih keluar.

Seketika kedua mata tajam mereka bertemu sepersekian detik tanpa interaksi apapun. Saling melewati dan kembali mengarahkan pandangannya ke satu tujuan.

"Tunangan nya di rampok. Ia datang untuk menanyakan itu,"tukas Moren mendekat ke arah Alexander dan memberi tanda pada salah satu pesuruhnya untuk menyiapkan minuman.

"Perangkat negara?"tanya Alexander datar.

"Ya! Letjen,"melempar senyuman yang begitu bersahabat sambil mempersilahkan pria itu duduk di tempatnya.

"Kau tampaknya ingin bersiap pergi ke satu tempat,"sindir Alexander sambil memerhatikan gaya yang lebih rapi dari biasanya.

"Ah ya! Aku rasa kita bisa pergi bersama-sama. Aku menggelar pesta di Ballroom Adolphus hotel pukul 8 malam ini!"jawabnya sambil merentangkan satu tangan ke arah minuman, mempersilahkan pria di depannya itu mencicip rasa Alkohol terbaik nya.

"Ini undangan resmi?"tanya Alexander tersenyum miring.

"Tentu saja! Kau harus datang. Lagipula baru kali ini kau menginjakkan kaki di Haggen! Kita hanya berinteraksi lewat telpon setelah sekian lama,"balas Moren begitu ekspresif.

"Sepertinya tidak ada alasan ku menolak,"

"Tentu! Aku akan mengetuk kamar hotel mu jika kau tidak hadir di sana!"sindir Moren membuat Alexander melebarkan bibirnya sejenak.

"Jadi mana senjataku?"potong Alexander mencoba menanyakan kepentingannya.

"Sebentar aku ingin tahu! Kenapa kau akhirnya ke sini? Biasanya kau hanya ingin aku yang mengirimnya langsung!"

"Aku punya tujuan untuk menemui seseorang!"

"Seseorang?"selidik pria bersahaja itu masih mengulum senyumannya.

"Rowan Emanuel Ryvero. Kau kenal?"tanya Alexander membuat Moren diam sejenak. Ia menyipitkan mata mencoba mencari tahu lewat wajah pria tersebut.

"Dia .. diam-diam bekerja untukku. Salah satu kaki tangan Redblood. Apa yang ingin kau ketahui?"balas Moren cukup lambat sepersekian detik kemudian.

"Hanya ingin memastikan ia datang ke pesta bersama wanita yang berada di sampingnya itu!"

"Itu mudah asal kau membeli senjataku dengan harga dua kali lipat!"Alexander menaikkan pandangannya lebih tajam lalu melebarkan senyuman smirk nya.

"Aku ku bayar sekarang!,"balasnya saling menatap penuh kemenangan. Ia maju satu langkah dari Rowan. Mendekati pria itu dengan caranya, mencoba meraih kembali miliknya yang sudah lama menghilang, memaksa begitu kuat agar ia tetap di dalam kuasa dengan cara-cara liciknya.

"Kita akan bertemu dengan cara yang romantis Lorna, di ranjang ku!"batin Alexander masih melirik begitu tajam ke arah Moran.

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel