Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

Chapter 9 : You're Mine, Tonight

Alexander meraih ponselnya, memeriksa benda tersebut sejenak. Ia menghela napas berat lalu menekan layar ponsel secepatnya saat memerhatikan nama yang ada di sana. Joana Roses mencoba menghubunginya kembali dan panggilan itu langsung di tolak, Alexander bahkan memblokir nomor nya.

"Bitch!"maki nya sarkas lalu melirik ke arah spion supercars miliknya.

Tiba-tiba dua buah mobil bodyguardnya mendekat tampak melindungi. Mereka di ikuti belasan motor jenis trail yang begitu lihai menembaki mobil mereka sangat berani.

"Shit!"Alexander mengerang menekan gas mobilnya kencang, mengaktifkan layar pada mobil canggihnya itu.

"Sir kita di serang, aku belum tahu siapa pelakunya. Mereka mengenakan topeng,"ucap seseorang tetap fokus pada kemudi mobilnya. Mencoba menghindar dari belasan peluru yang tampak saling bersahutan.

"Jangan membunuh siapapun! Tahan tembakan dan berpencar lah!"perintah Alexander paham di mana tempatnya saat ini. Ia harus memahami pola negara Haggen lebih dulu untuk mengambil tindakan. Lagipula siapa yang ingin berniat jahat padanya di tempat ini.

"Baik sir,"balas pria itu sambil menekan rem mobilnya sangat cepat dan menerima tembakan di arah mobilnya hingga ban nya meledak akibat tembakan peluru yang cukup sering berusaha menembusnya. Sementara sebagian mobil lainnya berpencar dan menyisakan dua mobil yang setia mengikuti Alexander kemanapun.

Tiba-tiba Alexander mengerutkan kening, melihat sebuah mobil supercars yang tidak ia kenal menghadangnya dengan lampu yang sangat terang seakan ingin menghentikan pergerakannya.

Alexander menekan rem mobil, menyisakan beberapa meter jarak mereka dan melihat seseorang keluar dari mobil tersebut. Ia meraih senjata api dan menyisipkan nya di punggung seperti biasa. Sepersekian detik kemudian ia melihat kembali belasan motor trail berdatangan, mengepungnya di tengah.

"Sir, kita di kepung,"ucap seseorang terdengar jelas di dalam mobil canggih itu. Ia diam tidak menjawab apapun, lagipula Alexander cukup tahu bagaimana kondisi nya saat ini.

Ia menatap tajam satu sosok pria yang melangkah pelan di tengah cahaya silau itu, sementara kawanan motor trail tampak mengancamnya dengan menekan gas motor sekuatnya. Ia tersenyum tipis lalu membuka pintu mobil, keluar dengan berani dari sarangnya.

Alexander hanya punya beberapa orang bodyguard di belakangnya, mereka kalah jumlah. Namun tidak ada kata mundur di kamus seorang Alexander Dalle Morgan meskipun ia pasti mati di medan perang.

"Aku pikir kau punya banyak nyawa cadangan, kau tidak takut mati?"tanya seseorang menatap tajam ke arah Alexander sambil melangkah mendekat di tengah suara riuh yang di hasilkan pengendara motor.

Alexander tersenyum tipis, duduk di depan supercars dengan santai membalas tatapan pria yang tengah mengancamnya itu. Rowan Emanuel Ryvero.

"Aku tidak mendengar mu, mereka berisik!"tunjuk Alexander mengedarkan pandangan ke tiap pengendara motor yang masih setia menekan gas motor mereka. Menutup wajah dengan topeng hitam.

"Aku peringati kau—"

"Wait! Aku ingin membakar rokok dulu,"potong Alexander membuat Rowan langsung mengepal tangannya kuat. Emosinya mendadak terpancing, ia selalu menyembunyikan sisi buruknya di hadapan semua orang. Manipulatif.

"Kau mau?"tawar Alexander setelah berhasil membakar sebuah rokoknya, melempar bungkus benda itu tepat di hadapan Rowan.

"Ternyata kau tidak bisa di ajak bicara dengan lembut,"

Seketika wajah pria itu berubah, ia mengalihkan pandangan sejenak lalu mendadak mendekati Alexander dan siap dengan pukulan yang kuat dari tinjunya.

Alexander mengelak, menangkap lengan pria itu dan menendang perutnya kuat hingga tubuh itu menjauh dari hadapannya. Pria tersebut melangkah, memutari medan kecil di antara himpitan kedua mobil mereka. Suasana semakin gaduh, pengendara motor semakin melengking kan suaranya. Ikut terpacu melihat Rowan kalah.

Pria itu bangkit, mengepal tangannya dan mengeratkan gigi. Ia maju kembali, hendak memukul pria tersebut, Alexander menangkapnya dan membanting tubuh kecil Rowan di depan mobilnya dua kali.

Rowan sigap, ia memutar tubuhnya sedikit dan memukul perut Alexander sekuatnya, hingga pria tersebut segera menurunkan sikutnya mengenai punggung Rowan dan menjatuhkannya ke tanah dengan sekali hentakan.

Brakk!!

Pria itu berhenti mendadak, ia mengusap darah yang muncul dari bibirnya akibat beberapa pukulan tidak teratur dari Alexander, mencoba mengaitkan diri untuk bangun.

Sepersekian detik kemudian pria itu mengeluarkan sebuah senjata dari punggungnya dan langsung mengarahkan benda itu pada Alexander. Namun sayangnya ia tidak akan berani menembak karena Alexander sempat melakukan hal yang sama— menarik senjata apinya dan langsung mengarahkan benda itu di kepala Rowan.

Melihat kekalahan, para pengendara motor turun dari tempatnya. Mengarahkan senjata api ke arah tengah siap menembak tepat sasaran. Rowan tersenyum membayangkan kemenangan yang akan ia petik.

"Dengar! Harusnya ini tidak terjadi jika kau tidak mendekati Lorna kembali,"ucap Rowan sambil membuang saliva nya yang bercampur darah.

Alexander menunjukkan wajah smirk lalu melirik ke arah Bodyguardnya yang ikut sigap mengarahkan tembakan pada pengendara motor.

"Kau tidak akan menang,"ancam Rowan membuat pria itu kembali melirik ke arahnya. Alexander paham saat membandingkan jumlah lawan.

Namun tiba-tiba dua motor trail dari lain arah datang, mendekat begitu lincah nyaris menabrak para pengendara lainnya hingga mereka tampak memisahkan diri.

Kedua orang stranger itu turun, mereka tampak berpenampilan mirip dengan penyerang hingga tidak ada satupun yang melepaskan tembakan. Lima detik kemudian mereka melepas penutup wajah menampilkan sosok Michella dan Billy yang meraih cepat senjata api milik mereka.

Dor dor dor!!!

Mereka saling baku tembak, mencoba melukai lawannya masing-masing.

"Michella!"teriak Alexander saat melihat seseorang membidik tembakan ke arah wanita tersebut dan menembak tepat kakinya hingga pria itu terjatuh ke tanah mengerang kesakitan.

Melihat itu, Rowan segera mencoba bangkit untuk mengarahkan senjata ke arah Alexander lebih dekat. Namun pria tersebut lebih lincah, ia langsung mengembalikan arah tembakan tepat pada Rowan dan melepas satu tembakan pada pria itu.

Dorrr!!

"Arrhhhh!"Rowan mengerang ketakutan lalu menelan saliva nya begitu kuat. Ia membuka mata kembali saat tidak merasakan sakit pada tubuhnya. Alexander sengaja meleset kan tembakan ke arah lain. Ia hanya mengancam.

"Kau tidak boleh gegabah, Lorna akan menuding mu yang melakukan itu semua,"ingat Alexander pada ucapan Milla yang sempat ia ucapkan saat private jet mereka mendarat di Haggen.

"Mundur!"teriak seseorang dari kejauhan mencoba meraih motor trail nya. Mencoba menyelamatkan diri dari serangan yang bisa membunuh mereka dalam waktu cepat.

Rowan menoleh memerhatikan setengah kawanannya pergi, meninggalkan lokasi kejadian sangat cepat. Menyisakan beberapa orang yang tertembak pada bagian paha atau kakinya. Tidak ada satu orang pun yang terbunuh akibat insiden ini.

"Aku tidak akan memberitahu Lorna atas hal ini, tapi lihat saja! Aku akan merebut milikku kembali,"ancam Alexander masih mengarahkan senjata api pada Rowan.

"Aku tidak akan mengalah untuk mu,"balas Rowan mengepal tangannya kuat membalas tatapan Alexander.

"Coba saja kalau kau bisa!"Alexander menaikkan senjatanya, memalingkan pandangan ke arah bodyguard yang berada di sekitar. Tetap waspada hingga akhirnya mereka kembali bergerak, meninggalkan tempat itu secepat kilat.

Alexander memutar balik haluannya, tampak kembali ke satu tempat yang sedang ia pikirkan setengah mati. Ia memegang kepalanya kuat, memerhatikan jalan sangat fokus melesat begitu kencang di tengah jalan hingga sampai di satu tempat.

"Aku menginap di sini,"ucap Alexander saat melihat bodyguard yang mengikutinya berkumpul.

Pria itu melangkah, menggedor pintu rumah Lorna dengan tenaganya yang kuat. Secepat kilat pintu itu terbuka menampilkan sosok yang sangat ingin ia temui sekarang.

"Alexander kenapa kau—"Lorna terdiam saat pria itu menangkap pinggulnya, mendorongnya masuk ke dalam ruangan kembali sambil menciumnya kasar.

Brakk!!

Alexander menendang pintu rumah dengan punggung kakinya dan semakin mendorong Lorna kedalam.

"Ahhh Alex apa—"

"Diam! Aku butuh kau!"pintanya sambil menjejalkan setiap saraf yang menjadi pusat terlemahnya.

Lorna mencoba berontak, tetap pada nalarnya. Namun saat ini pria tersebut tidak ingin mengalah, ia memegang pinggul Lorna sangat kuat menaikkan ke atas pinggangnya hingga wanita itu terpaksa melingkarkan kaki di sana.

"Alex.."Lorna mengerang berat saat pria tersebut mengecup lehernya, membasahi dengan lidahnya yang basah. Lorna meremas kuat bahu pria itu, mendadak sulit untuk bersikap munafik hingga tubuhnya sampai di ranjang.

Alexander tetap menciumnya, membawa wanita itu masuk ke dalam keinginan yang seakan mengharuskan untuk menerima tiap serangan darinya. Lorna menggigit bibir saat pria itu kembali berkutat pada lehernya, remasan tangan Alexander di dadanya begitu keras dan cekatan hingga tubuhnya menegang. Pria itu lihai memainkan perasaannya hingga sulit bagi Lorna untuk berpikir panjang.

Sepersekian menit berlalu, Lorna akhirnya menaikkan kedua kaki di atas ranjang, sedikit membukanya lebar dan menahan nya hanya dengan ujung ibu kaki. Sexy!

"Aku akan memasuki mu,"Alexander berbisik, menyelipkan tubuhnya di kedua paha wanita itu. Ia menurunkan bawahannya dengan tangkas tanpa melepas ciuman yang sangat panas pada wanita itu.

"Ahhh!! Lorna mengepal kedua tangannya merasakan jemari pria itu menyentuh inti gairah yang tampak basah di balik gaun tidur pendeknya.

Alexander menurunkan ciuman ke arah dada, menggigit nipple yang kini mengacung tegak ke arahnya sambil menarik underwear yang ada di dalam gaun tidur itu.

"Alexander .. Aku tidak tahan,"Lorna berbisik, sulit untuknya menolak. Ia merindukan seseorang bisa menyentuhnya sejauh itu. Hanya Alexander, hanya pria tersebut yang bisa melakukan sejauh keinginannya.

"Ahhhhhh Alexander, fuck me!"wanita itu mengerang saat pria tersebut memasukinya, mengalirkan sengatan hebat di seluruh tubuhnya seketika.

Wanita itu memandang sayu, menatap pria itu memegang pinggulnya. Menggagahi dirinya tanpa ragu, begitu kasar dan panas. Ia sudah mencobanya, memulai dengan pria lain untuk melakukan hal yang sama. Namun semua sia-sia, tubuhnya begitu terdorong saat seseorang selain Alexander mencoba menyentuh. Ia kelaparan selama ini.

"Aku benci kau Alexander! Sungguh aku membencimu,"erang Lorna sambil menggigit bibirnya sangat kuat. Menikmati pria itu menyatu dalam dirinya.

"Nikmati ini hingga puas honey, aku milikmu. Kau milikku malam ini,"bisik Alexander sambil memungut ciumannya, mendorong miliknya di dalam kenikmatan yang terlalu sulit ia lepaskan.

Mereka bercinta, menikmati malam panjang. Melepaskan kebutuhan yang tengah di balut perasaan munafik dalam diri Lorna. Ia kembali berkhianat, mempersilahkan pria lain merenggut kenikmatan yang ia punya.

Drrttt!!

Lorna mendengar pesan masuk pada ponselnya, ia melirik sedikit. Tapi hujaman Alexander yang gila di atasnya membuat ia lupa, lebih memilih untuk tetap menikmati hal tersebut hingga benar-benar selesai.

___________

Pagi tiba, mata hazel Lorna bergerak di tiap ruang. Memerhatikan seluruh tempat yang kini kosong. Ia meremas kepalanya kuat mencari pria yang sudah memberinya makan yang sangat banyak semalaman. Alexander bergerak menghilang begitu saja entah sejak kapan, ia pergi meninggalkan tempat nya tanpa pamit.

"Lorna sadarlah, kau salah, kau berselingkuh!"batinnya sambil meremas rambut begitu kuat. Ia menelan ludah berpikir sejenak lalu meraih ponselnya sangat cepat.

Satu pesan masuk tampil di layar ponsel tersebut, membuatnya penasaran setengah mati. Pesan yang masuk di saat ia membiarkan pria lain menidurinya dengan gamblang.

"Berkas pernikahan kita selesai dan sudah di setujui pengadilan, besok malam aku akan ke rumah mu. Kita bicara!"

Lorna melemas, ia memegang kepalanya kuat. Berpikir apa yang sudah ia lakukan pada Rowan sangat tidak pantas. Ia bukan hanya berselingkuh, tapi tidur dengan pria lain. Faktanya ia ikut menikmati hal itu, sangat menikmatinya.

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel