Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

Bab 5

“Baik, Yang Mulia. Apa yang membuat Anda datang ke toko kecil seperti ini?”

Raeli menyerang tepat pada inti kedatangan Pangeran Ein. Pasalnya, kedua pria yang menjadi tokoh utama dalam novel itu sama sekali tidak tertarik dengan Rose, sang pemeran utama perempuan.

Semua cerita sudah jauh melenceng. Padahal tidak ada yang Raeli lakukan. Ia hanya menjalani hidupnya seperti biasa. Tidak terlibat dengan istana dan para peran utama. Hanya Rose yang memang bekerja padanya.

“Tapi sebelum itu, Tuan Tristan?” panggil Raeli. “Anda menghabiskan kue buatan saya?”

“Oh,” Marquess Knightdale tersenyum lebar dan melirik pada Pangeran Ein yang memberikan tatapan penuh ancaman dari ekor matanya.

Terkutuklah pria itu jika terjadi sesuatu pada pai-pai buahnya tempo waktu itu. Apakah Pangeran Ein membuang kue-kue itu sebelum marquess memakannya?

“Sungguh pai yang sangat enak,” jawab Tristan dan mata Pangeran Ein kembali menatap Raeli yang sudah memberikan pandangan ancaman.

“Baguslah. Saya hanya berharap seseorang tidak membuangnya.”

“Oh, tidak, Nona. Bisa saya pastikan kue-kue itu habis.”

Raeli mengangkat cangkir teh dan menyesapnya dengan segala tata krama yang telah Raeliana pelajari.

“Bahkan Kaisar juga menyukai kue Anda,” tambah Tristan.

Byurr!

Raeli tanpa sengaja menyemprotkan teh di mulutnya ke lantai karena terkejut. “Kaisar?”

“Baginda Kaisar dan Yang Mulia Permaisuri.”

Raeli tertawa sumbang. Astaga, kenapa kue itu bisa sampai pada kaisar dan permaisuri? Ia membuat kue itu untuk Tristan. Ya, setidaknya pria itu bisa membagi-baginya kepada bawahannya yang lain. Lalu kenapa harus kaisar dan permaisuri?

“Nona baik-baik saja?” tanya Anne yang berdiri di belakangnya, bergabung pada pembicaraan.

Sialan. Raeli tidak baik-saik saja. Ia dalam masalah. Jika saja akan jadi seperti ini, setidaknya ia akan mengirimkan hadiah yang layak atau kue yang lebih mewah dari pada hanya pai buah.

“Itulah kenapa kami di sini,” kata Pangeran Ein.

Raeli ingin mengubur dirinya ke bawah lantai sekarang. Apa yang dilakukannya? Muncrat di depan pangeran? Adakah hal yang lebih memalukan dari pada ini dan tertabrak kuda?

Mungkin besok-besok Raeli akan masuk koran dengan kasus tersedak teh.

“Permaisuri memintamu untuk menjadi salah satu pengisi jamuan.”

“Apa? Jamuan?”

Pangeran Ein mengangguk. “Beliau ingin kuemu pada malam debutante.”

Raeli rasanya ingin tertawa kuat-kuat di depan sang pangeran. “Saya takut bahwa saya akan menolak, Yang Mulia.”

“Menolak?”

Raeli mengangguk. “Saya tidak punya waktu untuk kue dan mempersiapkan diri untuk debutante sendiri.”

“Ah, ya. Benar sekali. Kau sama dengan Liliane.”

Raeli mengangguk sekali dengan tegas. Liliane La Alger Easter. Gadis itu berambut hitam sama seperti pangeran. Hanya saja matanya karena terlalu merah hingga jadi seperti warna ungu gelap. Setidaknya itulah yang Raeli ingat, tertulis di novel.

“Kau punya banyak pelayan,” Pangeran Ein tersenyum. Seakan menegaskan bahwa Raeli tidak punya kesempatan menolak.

Pria ini membuat Raeli harus melawannya. Apa pun yang terjadi ia tidak akan begitu saja kalah oleh pemeran utama dalam novel ini. Walau ia hanya seorang figuran. Memangnya figuran tidak boleh terlalu menonjol? Raeli tidak peduli.

“Ya, tapi kuenya berdasarkan resep milik saya, Yang Mulia.”

“Kalau begitu tuliskan resepnya dan mereka akan membuatnya.”

“Saya yang membuat kuenya.”

“Kau akan ikut debutante.”

“Dari itu saya tidak akan membuat kue.”

“Kau menolak permintaan permaisuri?”

Raeli tersenyum. Tentu saja, aku menolak.

“Kau punya banyak pelayan di sini, mereka bisa mengurusnya dengan baik ketika sampai di istana dan kau tetap bersiap untuk debut.”

“Apa saya tidak boleh menolak, Yang Mulia?”

“Tidak.”

“Bagaimana kalau kita—”

“Tidak ada tawaran.”

Sialan!

Pangeran Ein berdiri dari duduknya. “Besok, datanglah untuk memenuhi undangan Permaisuri dan Liliane.”

“Apa saya bisa menolak?”

“Itu bukan tawaran, Nona Raeliana. Itu perintah.”

Raeli turut berdiri. Memberikan senyuman, segeralah pergi dari toko milikku!

“Kalau begitu kami permisi, Nona Realiana,” kata Tristan.

Raeli dan Anne memberi hormat, juga beberapa pekerja yang ada di sana termasuk Rose. “Terima kasih kunjungannya, Yang Mulia. Berkat Easter bersama Anda,” kata Raeli. Jangan pernah datang lagi!

Pangeran Ein tersenyum culas. “Itu seperti kau bilang agar aku tidak datang lagi.”

“Oh? Tidak begitu, Yang Mulia. Hanya saja toko saya tidak bisa menampung aura besar Anda.”

“Haruskah kubuatkan yang lebih besar?”

Raeli tertawa mengejek. “Tidak perlu, Yang Mulia. Tubuh saya yang kecil ini sudah pas di sini.”

“Ah, baiklah.” Pangeran Ein tersenyum sekali lagi sebelum melangkah ke pintu. “Jangan sampai tertabrak kuda lagi.”

Raeli terkesiap mendengar itu.

Ahhhh!!

Dasar pangeran menyebalkan!

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel