Bab 4 . Pekerjaan Kotor
"Ehm! Benar, Tuan."
Pria itu menjawab sambil menundukkan kepalanya. Madeline ikut menunduk, bahkan tanpa sadar kakinya mundur satu langkah.
Maximillian berdiri dari duduknya dan memberikan kode agar wanita-wanita itu keluar dari ruangan ini. Ketiga wanita itu patuh dan mengambil pakaian mereka yang berserakan di lantai, lalu keluar dari ruangan ini.
Pria itu masih menundukkan kepala, saat Tuannya berjalan melewatinya menghampiri Madeline.
Max berdiri di hadapan Madeline dengan tatapan malas. Kedua tangannya dimasukkan ke dalam saku celana.
"Sudah berapa lama kamu bekerja untukku, Jay?" tanya Max kepada pria itu.
"Ehm, sudah hampir 5 tahun, Tuan!" jawab pria itu masih menundukkan kepala.
"Jadi mengapa kamu membawa wanita seperti ini ke hadapanku?" tanya Max sambil menendang pelan karpet dengan sepatu kulit aslinya.
"Ehm, karena David Kang tidak dapat melunasi hutangnya, jadi–"
"Jadi, kamu membawa wanita ini sebagai jaminan?" tanya Max memotong ucapan bawahannya itu.
"Y-ya Tuan!" jawab pria itu masih sambil menunduk. Jelas dari suaranya, pria itu terdengar ketakutan.
Max maju satu langkah dan berdiri di hadapan wanita yang sama sekali bukan tipenya.
Mencengkeram wajah bulat itu dengan tangannya. Mengangkat wajah itu dan menggoyangkannya ke kiri dan ke kanan.
"Kau tahu, terkadang ada beberapa orang yang menyelesaikan hutang dengan tubuh mereka. Namun, aku pemilih dan memiliki kriteria yang sangat tinggi bagi wanita yang memiliki kehormatan untuk tidur di ranjangku!"
Max melepaskan wajah wanita itu dan menunduk agar tatapan mereka sejajar.
"Namun, kamu sama sekali tidak memenuhi kriteria. Aku suka wanita muda dengan ukuran tubuh S! Tidak lebih dan tidak kurang. Artinya, kamu tidak dapat menebus hutang suamimu menggunakan tubuh itu!" ujar Max sambil menunjuk ke arah Madeline.
Madeline membalas tatapan pria di hadapannya. Memang apa salahnya memiliki tubuh berisi. Dirinya baru melahirkan tiga bulan yang lalu dan dirinya juga tidak sudi menggunakan tubuhnya untuk membayar hutang suami bajingannya itu.
"Bukan aku yang berjudi! Bukan pula aku yang berhutang. Jadi apa Anda kira aku bersedia membayar hutang orang lain menggunakan tubuh ini? Walaupun seperti kata Anda, tubuh ini tidak memenuhi kriteria! Bukankah lebih baik Anda menagih ke orang yang berhutang! Siapa tahu Anda akan bergairah dengan pria. Mengapa tidak dicoba?" ujar Madeline dingin.
Dirinya muak selalu diperlakukan hina. Dulu ibu mertuanya memperlakukannya layaknya sampah setelah melahirkan bayinya. Sekarang pria arogan ini juga merendahkannya dan sialnya ini semua disebabkan oleh suaminya.
Pria yang sedari tadi menunduk, saat ini menatap Madeline dengan wajah pucat pasi. Tidak ada yang berani berkata sepanjang itu kepada Tuannya. Apakah wanita itu akan mati malam ini? batinnya ngeri.
Ha ha ha!
Max tertawa. Ya, pria itu tertawa begitu keras sampai tubuhnya yang tinggi terguncang.
Madeline menatap tidak percaya. Awalnya, Madeline mengira akan ditampar atau dimaki kembali. Namun, reaksi pria di hadapannya sungguh mengejutkan.
Max berhenti tertawa dan kembali menunduk, menatap Madeline.
"Sebenarnya, jika tadi kamu berlutut dan memohon ampun, maka aku akan mengabaikan hutang itu. Anggap saja amal kebaikan, karena rupamu yang buruk! Namun, mulutmu cukup tajam dan itu membuatku mengurungkan niat baikku itu!"
"Semua hutang harus dibayar! Baik itu hutang budi ataupun uang. Jadi, jika kamu tidak memiliki uang, maka bayar dengan tenagamu. Karena tubuhmu juga tidak memiliki harga bagiku."
Maximillian mengucapkan kata-katanya dengan tatapan dingin. Hal itu membuat Madeline merasa sedikit takut dan mengigit lidahnya, menahan makian yang hendak dilontarkannya lagi.
"Biarkan wanita ini melakukan pekerjaan paling kotor, dalam arti sesungguhnya! Dan pastikan aku sering melihatnya! Aku yakin kamu akan segera kehilangan taringmu itu dan kembali memohon padaku!" ujar Max dan kembali berdiri tegak. Lalu, berbalik dan hendak berjalan pergi.
"Tunggu! Bukankah seharusnya Anda meminta David bertanggung jawab akan hutang ini? Bahkan Anda bisa meminta pertanggungjawaban kedua orang tuanya, yang aku yakin masih memiliki sedikit harta yang disembunyikan mereka!" seru Madeline sambil mengepalkan kedua tangannya.
Maximillian mendesah dan berbalik, dengan langkah lebar berjalan ke arah Madeline. Berdiri tepat di hadapannya, Max menangkup wajahnya dengan satu tangannya. Kali ini begitu kuat dan Madeline merasa kesakitan. Madeline hendak melepaskan cengkeraman di wajahnya itu, tetapi hal itu membuat Max memperkuat cengkeramannya.
"Jangan terlalu yakin aku tidak akan menyakiti dirimu! Kamu cukup beruntung dapat berbicara begitu banyak kepadaku, tetapi tetap harus tahu diri! Kedua orang tua bajingan itu sudah menyatakan putus hubungan. Artinya, semua tindak tanduknya bukan lagi tanggung jawab mereka. Dirimu, Madeline Lu adalah istri sahnya. Tidak ada harga yang tersisa dari suami busukmu itu! Jadi, tutup mulutmu selagi aku berbaik hati!" ujar Max dan melepaskan wajah Madeline dengan kasar, membuat tubuh Madeline terjatuh ke belakang.
Lalu, Max berbalik dan berjalan pergi meninggalkan Madeline dengan pria yang bernama Jay itu.
"A-apa maksudnya?" tanya Madeline.
"Maksud Tuan, Nona akan bekerja untuknya. Mengurus sisa-sisa pestanya dan mengusir wanita yang tidak mau pergi. Seperti ini!" jawab Jay sambil menunjuk ke arah meja.
Madeline menatap ke arah yang ditunjuk Jay dan melihat meja yang berserakan botol minuman keras. Belum lagi abu dan puntung cerutu yang berserakan di atas karpet.
"Hanya itu?" tanya Madeline, menatap Jay. Apakah dirinya hanya perlu menjadi staff kebersihan? Bukankah ini lebih baik, daripada membayar menggunakan tubuhnya.
"Ya! Nona, akan berada di dekat Tuan dan melakukan hal-hal seperti ini atau yang diperintahkan olehnya!" jawab Jay.
Madeline bangkit dan merapikan pakaiannya.
"Baik! Tidak masalah!" ujarnya pasti dengan senyum lebar.
Jay menatap tidak percaya ke arah wanita di hadapannya. Apakah wanita itu bodoh? Karena ini lebih buruk daripada menghangatkan ranjang Tuannya. Tuannya terkenal memperlakukan teman tidurnya dengan lembut. Namun, apa yang akan dialami wanita itu jauh lebih buruk dan Jay tidak tahu berapa lama, wanita itu akan mampu bertahan.
"Di mana alat pembersih? Apakah ini tempat di mana Tuanmu tinggal?" tanya Madeline.
"Ini ruang bermain Tuan!" jawab Jay dan berjalan ke arah pintu lain di bagian belakang ruangan ini, yang berisi peralatan kebersihan.
Madeline mengambil apa yang diperlukan dan kembali ke sofa tadi. Mulai membersihkan kekacauan itu.
"Letakkan gelas dan botol di depan pintu! Nanti, akan ada staff hotel yang mengambilnya. Kamu tetap di ruangan ini, aku akan datang jika Tuan membutuhkan tenagamu!" ujar Jay dan berjalan meninggalkan ruangan ini.
Madeline menghela napas dan berpikir, ini tidak terlalu buruk. Berakhir menjadi seorang pembantu, itu lebih baik daripada tunawisma. Ya, dirinya tidak memiliki uang dan rumah neneknya hancur berantakan. Dirinya juga tidak tahu berapa banyak pihak yang memberikan pinjaman pada suaminya itu.
Madeline mulai membersihkan dan dirinya mual saat melihat kondom yang telah dipakai ada di atas sofa. Beruntung dirinya menggunakan sarung tangan karet dan dengan ujung jari mengambil kondom itu, lalu melemparkannya ke dalam tempat sampah.
Madeline segera mengambil semprotan disinfektan dan menyemprotkan di atas sofa tadi. Apakah ini yang disebut pekerjaan kotor? Dirinya harus merapikan kekacauan yang ditimbulkan pria itu dengan para pelacur? Untuk sesaat, Madeline mulai mengkhawatirkan sebenarnya dirinya terlibat dalam masalah apa? Apakah seharusnya, dirinya melarikan diri? batinnya.