Pustaka
Bahasa Indonesia

The Boss and I

59.0K · Tamat
Phoenix
49
Bab
61.0K
View
9.0
Rating

Ringkasan

TAMAT 49 BAB Maximillian Qin, pewaris bisnis perjudian dan kerajaan bisnis Keluarga Qin. Pria dengan trauma masa kecil, yang membuatnya tumbuh menjadi playboy sejati. Pria yang tidak akan bercinta dengan wanita yang sama, lebih dari satu kali. Pria yang tidak mengijinkan wanita manapun mengecup bibirnya. Madeline Lu, wanita biasa dengan cita-cita biasa.Kehilangan bayi dan menggugat cerai sang suami. Sialnya, sebelum perceraian disahkan, dirinya terlilit hutang suami brengseknya itu.Kesialan itu, membawa Madeline ke hadapan Maximillian. Pria itu menilai, Madeline tidak memenuhi kriteria untuk melunasi hutang dengan menggunakan tubuhnya. Hal itu, membuat Madeline harus melakukan pekerjaan kotor dalam arti sesungguhnya untuk pria itu. Kedekatan mereka, membuat Madeline mengetahui hal yang seharusnya tidak boleh diketahui. Dirinya mengetahui satu rahasia kecil, yang disimpan rapat oleh Maximillian. Perlahan dan pasti, Madeline mulai mengenal serta memahami pria itu. Madeline jatuh cinta.Namun, apakah Maximillian dapat membuka hati untuknya?

PerceraianWanita CantikRomansaBillionaireSweetPernikahanDewasaBaper

Bab 1 . Prolog

Keluarga Qin, menguasai bisnis perjudian dari generasi ke generasi. Selain itu, Keluarga Qin juga menguasai bisnis di bidang lainnya, seperti rumah sakit, pusat perbelanjaan dan perhotelan. Beberapa anggota Keluarga Qin juga terlibat dalam jajaran pemerintahan.

Dapat dibilang, Keluarga Qin adalah keluarga terpandang dan terhormat di negaranya.

Hanya ada satu rahasia, yang membuat Keluarga Qin dapat semakin berjaya di setiap generasinya. Rahasia itu adalah kesetiaan. Keluarga Qin hanya mengakui pewaris dari hubungan yang sah. Itu artinya, tidak ada celah bagi mereka yang tamak untuk merebut warisan atau pun jabatan. Semua sudah ditetapkan pada saat pewaris menikah dan melahirkan calon pewaris berikutnya.

Robert Qin, generasi ke-10 dari Keluarga Qin, harus menunggu 20 tahun untuk mendapatkan pewaris sah. Robert Qin menikah dengan Anya Chai, putri dari hakim kota. Selama 20 tahun menjadi seorang istri, dirinya telah mengalami 5 kali keguguran.

Di usia ke 40 tahun, akhirnya Anya memiliki kesempatan hamil untuk keenam kalinya. Setelah positif hamil, Anya langsung pindah dan tinggal di rumah sakit. Mendapatkan perawatan terbaik, untuk mencegah keguguran yang telah sering dialaminya.

Anya berhasil mempertahankan kehamilannya sampai usia 7 bulan. Kehamilan itu membuat kesehatannya menurun drastis, tetapi dirinya harus bertanggung jawab melakukan kewajibannya sebagai seorang istri. Bayi dilahirkan pada usia prematur dan Anya menghembuskan napas terakhir di meja operasi.

Robert Qin, bersukacita atas lahirnya sang pewaris. Perayaan berlangsung bersamaan dengan upacara duka. Tentu ada rasa sedih di hati Robert Qin. Walaupun hubungannya dengan sang istri bukanlah cinta, tetapi kebersamaan selama 20 tahun menumbuhkan rasa pertemanan dan hormat. Akhirnya, wanita itu memenuhi kewajibannya dan Robert Qin berterima kasih akan hal tersebut.

Bayi itu diberi nama Maximillian Qin. Setelah lahir, ayahnya mencarikan seorang inang dan pengasuh profesional. Bayi itu dikirim ke negara tetangga. Negara dengan kualitas udara dan pendidikan yang terbaik. Robert Qin sudah mempersiapkan semua rencana pendidikan putranya. Mempersiapkan putranya itu, menjadi pewaris berikutnya kerajaan bisnis Keluarga Qin.

Max diasuh oleh seorang pengasuh yang kompeten. Menyayanginya sepenuh hati dan memberinya perhatian, hal yang tidak diberikan oleh sang ayah.

Di usia 2 tahun, sang ayah datang menjenguk putranya. Memberi hadiah mewah, berupa mobil sport dan perangkat permainan canggih. Tentu itu tidak berguna, untuk bocah berusia 2 tahun.

"Bukankah hadiah itu terlalu berlebihan, Tuan?" tanya sang pengasuh.

"Tidak ada yang berlebihan untuk pewaris Keluarga Qin!" jawab Robert Qin dan menatap putranya yang duduk di lantai, sibuk bermain mobil-mobilan.

"Mengapa dia tidak berbicara? Atau memanggilku?" tanya Robert Qin.

"Oh, Tuan..., Max baru berusia 2 tahun!" seru sang pengasuh dan duduk di samping Max, menemaninya bermain.

Walupun kecewa, setidaknya penjelasan sang pengasuh masuk di akal dan dirinya pergi setelah melihat putranya.

Di usia 4 tahun, sang ayah kembali berkunjung.

"Mengapa dia sama sekali tidak berbicara?" tanya Robert Qin mulai kesal.

"Apa yang kamu lakukan padanya? Mengapa Max belum berbicara sampai sekarang?" Suara Robert Qin meninggi.

"Tidak ada yang aku lakukan padanya! Lagipula Max adalah anak ke-5 yang aku asuh!" jawab sang pengasuh.

"Lalu, mengapa Max belum dapat berbicara?" tanya Robert Qin kembali.

Sang pengasuh menatap penuh khawatir kepada Max dan berusaha bersikap tenang, lalu berkata, "Max sudah bisa menulis!"

"Apa gunanya bisa menulis? Dia harus bisa berbicara dulu!" teriak Robert Qin murka.

"Max sudah bisa menulis! Hal itu tidak dapat dilakukan anak lain seusianya!" ujar sang pengasuh, berusaha menunjukkan kelebihan Max.

BRAKKK!

Robert Qin memukul meja dengan begitu kuat. Hal itu membuat tubuh mungil Max terlonjak dan menatap penuh ketakutan ke arah ayahnya.

"UCAPKAN SESUATU!" raung Robert Qin.

Tubuh mungil Max gemetar hebat dan matanya mulai berkaca-kaca. Namun, saat itulah Max membuka suara untuk pertama kalinya dan berkata, "A-a-a-a-a-ayah, Max t-t-t-t-takut!"

Robert Qin menatap tidak percaya ke arah putra semata wayangnya. Dengan berkacak pinggang, Robert Qin berjalan ke arah Max yang berdiri di hadapannya. Membungkuk sedikit dan menatap tajam ke mata putranya, seraya berkata, "Kau membuatku malu! Bodoh!"

Lalu, Robert Qin keluar dari rumah itu dan membanting pintu dengan kasar.

Luka tertoreh pasti di hati Max kecil. Rasa sedih dan malu, menguasai jiwa murninya. Namun, sang pengasuh tidak menyerah, dirinya yakin Max adalah anak yang pintar dan mendedikasikan dirinya untuk mengajar Max, membimbingnya.

Untuk menghindari aib itu, Robert Qin tidak mengijinkan putranya keluar untuk bersekolah. Beliau memberikan pendidikan kepada putranya melalui home schooling. Hal itu semakin memacu Max agar dapat segera berbicara dengan lancar.

Sang pengasuh begitu sabar dan mengajarkan agar Max berpikir dahulu sebelum mengucapkan sesuatu. Itu berhasil dan di usia ke-11, Max memutuskan untuk mengunjungi sang ayah untuk menunjukkan, bahwa dirinya bukanlah aib. Benar, selama 7 tahun sang ayah tidak lagi pernah mengunjungi dirinya.

Penuh tekad, Max dan sang pengasuh pergi mengunjungi sang ayah. Namun, intimidasi dan cacian sang ayah membuat kepercayaan diri Max menguap. Hal itu, membuat Max kembali berbicara tergagap di hadapan sang ayah. Kembali cacian dan hinaan akan Max yang bodoh adalah aib memalukan bagi Keluarga Qin, berhamburan keluar dari mulut sang ayah.

Max yang berada dalam pelukan sang pengasuh menangis sejadi-jadinya. Rasa sedih berubah menjadi amarah, amarah berubah menjadi benci dan benci berubah menjadi dendam. Max yang berusia 11 tahun, bersumpah dalam hati bahwa dirinya akan menjadi pria normal dan tidak akan memenuhi satupun harapan sang ayah. Tidak akan!

Max menjalani pendidikan di rumah sampai di usianya ke-15. Setelah itu dengan bantuan sang pengasuh, dirinya masuk ke sekolah internasional ternama dan meraih peringkat pertama. Pendidikannya dilanjutkan ke jenjang universitas. Kembali Max mendapatkan nilai sempurna.

Max dikenal sebagai pewaris dan pria arogan. Dirinya jarang berkata-kata. Apa yang terlontar dari mulutnya adalah semua yang penting. Hal itu membuat setiap leluconnya terasa tajam dan kata-katanya penuh makna. Para pria selalu meminta pendapatnya akan segala hal dan para wanita bertekuk lutut di hadapannya.

Karena prestasi serta namanya yang harum, membuat sang ayah mulai meliriknya. Usia yang renta, membuat tubuh Robert Qin tidak lagi sekuat dulu. Mau tidak mau, dirinya butuh putranya untuk melanjutkan kerajaan bisnis Keluarga Qin.

Sang ayah, meminta Max berkunjung. Tentu Max memenuhi undangan itu, tetapi tentu tidak di waktu yang ditetapkan. Max melewati undangan itu sampai satu minggu ke depan.

Namun, kedatangannya yang diam-diam, membuat Max harus menyaksikan hubungan intim sang ayah dengan seorang wanita muda. Hal itu kembali menorehkan luka di hatinya. Melihat bagaimana sang ayah berciuman dengan gadis muda, membuatnya mual.

Hal itulah yang membuat Max tidak mengijinkan wanita mana pun mencium bibirnya. Dirinya tumbuh menjadi playboy ulung. Pria yang tidak akan bercinta dengan wanita yang sama lebih dari satu kali. Pria yang tidak pernah berciuman.

***

Madeline Lu, wanita biasa dengan cita-cita biasa. Menjadi yatim piatu di usia belia, Madeline diasuh oleh kakek dan neneknya. Dilimpahi kasih sayang dan perhatian, membuat Madeline tumbuh menjadi pribadi yang baik hati dan perhatian.

Madeline cerdas dan karirnya cemerlang. Banyak orang iri akan kecantikan dan nasibnya yang bagus. Di puncak karir, Madeline memutuskan untuk pensiun dan mendedikasikan hidupnya untuk suami tercinta.

Dirinya tidak menyangka di usia 30 tahun, harus dihadapkan dengan bayinya yang meninggal dan perceraian.

Sialnya, sebelum perceraian disahkan, dirinya terlilit dalam hutang judi sang suami.

Hal itulah, yang membawa Madeline Lu ke hadapan Maximillian Qin.