Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

Bab 11 . Begitulah Kehidupan

"Aku tidak menyukaimu!" balas Madeline dingin.

"Mengapa harus sejujur itu?" keluh Hans dan memasang wajah sedih.

"Oh, ayolah! Aku tidak tahu semua pria Qin begitu murahan," ejek Madeline.

"Itu kasar!" jawab Hans, sambil tersenyum.

Madeline mengangkat bahu dan lanjut mengetik. Dirinya senang berseluncur di dunia maya, mencari informasi tentang perusahaan keluarga Qin. Setelah memeriksa semua dokumen itu, membuat Madeline penasaran.

"Apa yang kamu kerjakan?" tanya Hans penasaran.

"Hmmm, aku membuat pemeriksaan terhadap dokumen-dokumen itu dan dari sana banyak yang ingin aku ketahui!" ujar Madeline sambil menunjuk ke lantai dekat jendela, ya dokumen itu masih berserakan di sana.

"Benarkah? Boleh aku lihat apa yang kamu temukan?" tanya Hans.

Madeline mengangguk dan membuka file miliknya, lalu membalikkan laptop ke hadapan Hans.

Hans membaca rangkuman yang dibuat Madeline dan berdecak kagum. Semua kecurangan disampaikan dengan jelas tanpa kurang apapun. Bahkan, wanita itu juga memasukkan tawaran lain yang pantas, dengan harga dan kualitas terbaik.

"Kamu memiliki pengalaman sebagai auditor?" tanya Hans, sambil terus membaca rangkuman itu.

"Seandainya kamu tahu latar belakang pendidikan dan pekerjaanku!" ujar Madeline santai, sambil menyantap sarapannya.

"Benarkah?" tanya Hans penasaran. Tatapannya beralih dari layar laptop kepada Madeline.

Madeline menangguk dan berkata, "Benar! Namun, itu dulu. Lima tahun yang lalu, sebelum menikah. Dan lucunya dalam waktu sesingkat itu, kehidupanku berubah drastis, menjadi seperti ini!"

"Begitulah kehidupan! Setidaknya, kamu bertemu denganku. Aku akan membuat hidupmu berwarna," balas Hans dan tersenyum lebar.

"Tidak akan!" balas Madeline dan membalikkan laptopnya kembali.

"Apakah kamu diet?" tanya Hans saat melihat menu sarapan Madeline yang terdiri dari setumpuk selada dan satu potong daging asap.

Madeline kembali mengangguk.

"Kamu ingin naik ke ranjang Max?" tanya Hans ngeri. Ya, itu jalan tercepat untuk terlepas dari lilitan hutang.

"Oh, ayolah!!!"

"Mengapa kamu sangat mengganggu!" gerutu Madeline, fokusnya buyar karena ucapan pria itu.

"Mengganggu? Aku?" tanya Hans tidak percaya dan lanjut berkata, "Kau tahu berapa banyak wanita yang berharap dapat mengobrol denganku seperti saat ini?"

"Kamu membuatku pusing! Percaya diri itu bagus, tetapi jika berlebihan itu memalukan!" balas Madeline dan menatap kesal kepada Hansen Qin.

"Benarkah? Hanya kamu yang berpendapat seperti itu!" ujar Hans murung.

"Jadi, katakan padaku, apakah kamu berencana naik ke ranjang Max?" tanya Hans kembali.

Madeline menatap Hans dan menghela napas, seraya berkata, "Aku akan membuat diriku lebih bermanfaat daripada sekedar menghangatkan ranjangnya! Kau tahu aku miskin dan dililit hutang. Alasanku melakukan semua ini adalah untuk menunjukkan kemampuanku."

Hans mengangguk dan masih menatap Madeline.

"Itu artinya kamu sedang diet bukan?" tanya Hans.

Madeline mengangguk, lagipula itu bukan hal yang memalukan.

"Jadi mengapa kamu hanya berdiam diri di ruangan ini? Kamu harus olah raga, pergi ke gym atau berenang. Kamu harus melihat betapa hebatnya fasilitas gym dan kolam renang hotel ini!" ujar Hans.

"Kamu mengejek diriku? Kamu tahu aku terkunci di ruangan ini dan harus siap sedia 24 jam, saat Max memanggil! Lagipula kamu lupa, bahwa aku tidak memiliki uang!" ujar Madeline kesal.

"Kamu bisa menggunakan kartu keanggotaan milikku! Lagipula, lusa Max akan ke luar negeri. Jadi, aku akan mengajakmu melakukan semua itu," ujar Hans dan bersandar di kursinya.

"Benarkah?" tanya Madeline panik.

"Bukankah seharusnya kamu merasa senang?" tanya Hans heran.

"Dia harus pergi setelah memeriksa surel yang aku kirim! Tidakkah kamu tahu, aku mengerjakan semua itu seharian!" seru Madeline kesal.

"Kenapa kamu tidak menemui dan mengingatkan Max akan surel itu?" tanya Hans.

Madeline menaikkan sebelah alis, mengapa rasanya kebaikan Hans memiliki maksud tersembunyi.

"Max ada di ruang kerjanya! Jika kamu mau, aku akan mengantarmu ke sana," ujar Hans.

"Mengapa kamu tidak menghubunginya dengan ponselmu dan biarkan aku berbicara dengannya?" tanya Madeline. Bukankah cara itu lebih sederhana, daripada harus muncul di hadapan pria mesum itu? batinnya.

"Aku tidak mau meminjamkan ponselku. Lagipula, siapa tahu akan ada kejadian menarik saat kalian bertemu nanti," ujar Hans santai.

Madeline berpikir keras apa yang harus dilakukannya. Kesempatan ini tidak dapat diabaikan begitu saja. Dirinya tidak mau berakhir di ruangan ini dan melakukan pekerjaan kotor. Namun, apakah pria itu akan mengamuk jika dirinya muncul begitu saja?

"Tidak! Aku akan menunggu Max kembali dari perjalanannya saja," ujar Madeline.

"Itu artinya kamu harus menunggu satu bulan," ujar Hans.

"Apa? Satu Bulan?" pekik Madeline.

"Ya, ada seorang artis di Negara Z yang menarik perhatiannya dan butuh waktu untuk mendapatkan wanita itu. Jadi, Max akan tinggal di sana untuk 1 bulan, sampai artis itu mau naik ke ranjang bersamanya!" jelas Hans.

"Apa? Jadi, dia pergi untuk mengejar wanita?" tanya Madeline tidak percaya.

Hans mengangguk. Ya, beberapa tahun sekali Maximillian akan menghabiskan satu bulan di Negara Z dengan alasan mengejar artis. Namun, apa yang sebenarnya terjadi bukanlah seperti itu. Hans tumbuh besar bersama Max, mereka satu sekolah dan universitas. Mereka bertemu saat berusia 15 tahun dan menjadi sahabat sampai saat ini. Hans tahu seperti apa masa lalu Max dan apa alasan dibalik perubahan sikap sepupunya itu. Masa kecil yang berat bagi Max dan Hans selalu mengagumi sepupunya itu.

Sejak kemunculan wanita ini, ya Madeline Lu, Max berbicara lebih banyak bahkan terkadang wajahnya merenggut. Itu tidak biasanya dan Hans merasakan jelas perubahan itu. Apakah Madeline dapat memanusiakan Max? Jika benar, itu sangatlah baik. Setelah bertemu beberapa kali dengan Madeline, Hans mengerti mengapa tingkah wanita itu mengganggu Max. Karena, dirinya juga tertarik akan sikap jujur dan otak cemerlang wanita itu, serta menyukainya.

Jadi, Hans akan membuka setiap kemungkinan bagi Madeline dan Max. Dirinya akan menilai dari kejauhan, mungkin ini dapat dijadikan rekomendasi saat Max bertemu dengan psikiaternya nanti.

Brakkk!

Madeline memukul meja dan berdiri. Pria itu rela menghabiskan waktu 1 bulan untuk mendapatkan hati seorang wanita. Parahnya, setelah berhasil mendapatkan tubuh wanita itu, maka akan langsung dicampakkan. Jadi, Madeline yakin waktu 5 menit pria itu tidak akan membuat pria itu rugi. Ya, Madeline harus memperjuangkan masa depannya sendiri.

"Ayo! Antar aku!" seru Madeline.

Hans tersenyum lebar dan mereka berdua meninggalkan ruangan ini. Dua pengawal tidak menghentikannya, tentu saja karena dirinya bersama dengan pria Qin lainnya. Masuk ke dalam lift, Hans menekan tombol lantai 20.

"Lantai 30, ya lantai ini adalah ruang bermainnya. Hanya ada satu ruangan di lantai ini. Lantai 20 adalah ruang kerjanya dan lantai 27 adalah tempat tinggalnya. Ya, lantai 27, di mana kamu menghancurkan vas milik nenekku!" ujar Hans bersamaan dengan pintu lift menutup.

"Ya, ya aku tahu itu vas kesayangan nenekmu. Bukankah kamu akan membantu diriku jika nenekmu murka? Apakah kamu lupa barusan mengatakan bahwa kamu menyukai diriku?" tanya Madeline, sambil melirik Hans.

Hans tersenyum lebar dan berkata, "Tentu, aku ingat!"

"Bagus!" jawab Madeline puas. Mereka diam saat menunggu lift tiba di lantai 20. Madeline menatap tampilan Hans dari pantulan kaca dinding lift. Pria itu sama tinggi dengan Maximillian Qin, mereka mirip. Namun, penampilan Hans lebih santai dan selalu tersenyum. Rambutnya yang agak panjang sedikit kusut dan pakaiannya hampir sama dengan kemarin, hanya berbeda warna.

Lift berdenting dan pintu terbuka di lantai 20. Wow, Madeline takjub dengan interior ruangan ini. Ya, satu lantai yang begitu luas membuatnya terkesiap. Ruangan luas dengan empat pilar besar menyangga langit-langit. Meja kerja pria itu ada diseberang, cukup jauh dari tempat Madeline berdiri, tentu saja karena ruangan ini begitu luas.

Meja kerja besar dengan latar belakang dinding kaca super besar. Sofa kulit hitam ada di tengah ruangan, beralaskan karpet bulu berwarna putih. Di sudut ruangan ada perapian digital dan ada meja bar yang cukup besar. Ada juga akuarium raksasa yang menarik perhatian Madeline. Apakah ini ruang kerja pria mesum itu? Bukankah ini terlalu bagus untuk pria dengan kinerja kerja seperti itu? Dunia tidak adil!

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel