Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

Bab 7 Drama Arumi

Arumi mengusap wajahnya yang masih basah dengan air mata bercampur air yang baru saja mengguyurnya. Gaun santai menempel erat di tubuh, membuatnya merasa semakin tidak nyaman.

Dengan langkah berat, ia berjalan menuju rumahnya di kampung sekitar Kencana Indah. Perasaan malu dan marah bergemuruh di dadanya, membuat langkahnya semakin tergesa-gesa.

Setibanya di depan pintu rumah, Arumi terhenti sejenak. Ia menarik napas dalam-dalam sebelum akhirnya membuka pintu dan masuk ke dalam rumah. Ayah dan ibunya, Pak Doni dan Bu Anita, sedang duduk di ruang tamu sambil menonton televisi. Wajah mereka berubah khawatir saat melihat kondisi putri mereka yang basah kuyup.

"Arumi, kenapa kamu basah seperti ini?" tanya Bu Anita dengan nada cemas, segera bangkit dari tempat duduknya dan menghampiri Arumi.

Arumi menggigit bibirnya, menahan emosi yang hampir meledak. "Bu... Jenny tadi... dia menyiram Arumi di depan rumah Raffi," ujarnya terbata-bata, sambil mencoba menahan tangis yang semakin memuncak.

Pak Doni segera mematikan televisi dan berdiri, menatap putrinya dengan mata penuh perhatian. "Apa yang terjadi sebenarnya? Ceritakan pada Ayah," katanya dengan suara lembut namun tegas.

Arumi mengambil napas panjang lagi, mencoba menenangkan dirinya. "Arumi tak terima jika bang Raffi menikahi Jenny lalu tiba Jenny muncul dari belakang dan menyiram Arumi dengan ember penuh air. Semua orang di sana lihat, Pak... Bu... Arumi malu sekali," katanya sambil menundukkan kepala, air mata tak bisa lagi dibendung.

Bu Sari memeluk Arumi erat-erat, mencoba menenangkan putrinya. "Sabar, Nak.Ibu akan berbicara dengan gadis kota itu. Ibu tidak akan membiarkan ini begitu saja," ujarnya dengan suara lembut namun penuh tekad.

Pak Doni menghela napas panjang. "Jenny sudah keterlaluan. Ayah akan bicarakan ini dengan Bu Sari dan Pak Agus. Perbuatan seperti ini tidak bisa dibiarkan," ujarnya dengan nada serius.

Arumi mengangguk pelan dalam pelukan ibunya, merasa sedikit lega karena dukungan dari orang tuanya. "Arumi hanya ingin semuanya adil, Pak, Bu. Arumi tidak pernah menyakiti Jenny, tapi dia selalu mencari masalah dengan Arumi," katanya dengan suara pelan.

Arumi diam-diam tersenyum miring.Dia sengaja memutar balikkan fakta.

Bu Anita mengusap kepala Arumi dengan lembut.

"Tenang, sayang. Kita akan menyelesaikan ini dengan cara yang baik. Kamu sekarang ganti baju dan istirahat dulu, ya."

"Biar Ibu buatkan teh hangat untuk kamu," katanya sambil membantu Arumi bangkit dari kursi.

Arumi mengangguk pelan dan beranjak menuju kamarnya, sementara Pak Doni mengambil ponselnya untuk menghubungi orang tua Raffi dan mengajak bertemu. Bu Anita segera menuju dapur untuk menyiapkan teh hangat, sambil sesekali menghela napas panjang, memikirkan cara terbaik untuk menyelesaikan masalah ini.

Dalam hatinya, Arumi merasa sedikit lebih tenang. Ia tahu bahwa orang tuanya selalu ada untuknya. Meski insiden dengan Jenny sangat menyakitkan, ia merasa kuat karena dukungan dari keluarganya.

Di kamarnya, Arumi mengganti pakaiannya dan duduk di tempat tidur, memandang keluar jendela dengan harapan bahwa keadilan akan segera datang.Arumi berharap Jenny mendapatkan balasan atas perbuatan tadi.

Bu Anita dan suaminya lekas mendatangi rumah Raffi.Di sana keduanya disambut oleh sang pemilik rumah.

"Saya tidak terima bu Sari, putri saya Arumi basah kuyup dan ini semua karena gadis kota itu." ujar Bu Anita sambil menunjuk Jenny.

"Ya ampun bu, cuma basah karena air.Apa susahnya tinggal ganti baju lalu dicuci. Lagipula anak ibu itu yang duluan mencari gara-gara dengan saya." jawab Jenny.

"Diam kamu.Tidak sopan sekali kamu menyela ucapan saya." sahut bu Anita dengan tatapan tajam.

"Tapi apa yang dikatakan istriku memang benar bu.Arumi duluan yang menampar istriku lalu dibalas istriku Jenny." jawab Raffi.

Bu Sari melerai perdebatan putranya dengan orang tua Arumi.Dia meminta anak dan menantunya untuk masuk ke kamar.Raffi lekas bangkit dan mengajak Jenny pergi.

Di kamar

Jenny membuang napas berat, dia merasa pusing dengan masalah yang dia hadapi saat ini.Gadis cantik itu memeluk tubuh kekar sang suami dari belakang.

"Bang, aku pulang saja ya ke kota. Disini banyak orang yang tidak suka sama aku bang." gumam Jenny.

Raffi langsung menoleh, menatap datar sang istri dengan tatapan tak suka.Jenny menunduk pelan kembali membuang napas berat. dia menarik dagu istrinya hingga tatapan mereka bertemu.

cup

pria itu mencium lembut bibir istrinya. Jenny tentu saja syok dengan aksi dari suaminya.Dia tersenyum tipis lalu membalas ciuman sang suami.

dia mengakhiri ciuman mereka, tangan Raffi begitu terampil membuka kancing daster yang dipakai sang istri.Jenny dengan sigap menahan tangan suaminya itu dengan pandangan sayu.

"Bang, kita lakuin di kota aja ya, disini tidak ada peredam suara." ucap Jenny.

"Kelamaan sayang, masih tiga bulan lagi hukuman kamu dari ayah mertua selesai." jawab Raffi.

"Apa kamu telah punya kekasih disana?"tanya Raffi dengan pandangan curiga.

"Kekasih bukan tapi cuma teman dekat kok bang."jawab Jenny terbata-bata.

Raffi mengajak istrinya duduk ditepi ranjang.Pemuda itu meminta Jenny untuk jujur bagaimana sikap perempuan itu selama ini di kota.Jenny mau tak mau mengatakan apa saja yang dia lakukan selama ini di kota.

"Ya Tuhan kamu mabuk-mabukan dan foya-foya?" tanya Raffi terkejut.

"Iya Bang, makanya daddy mengirim aku kesini." jawabnya santai.

Raffi kembali diam, entah apa yang pria itu pikirkan mengenai Jenny.Jenny sendri menatap lekat pria di depannya saat ini.Dia merasa suaminya itu pasti akan kecewa dengan apa yang dirinya lakukan.

Keduanya bagaikan langit dan bumi. Raffi, pria yang baik dan santun pada orang tuanya. sementara Jenny, suka sekali memberontak, mabuk dan sering membantah.

"Abang kecewa sama aku karena tahu kebiasaan burukku itu 'kan?"tanya Jenny yang tak bisa diam saja.

"Untuk itu bang, jangan terlalu buru buru mengambil hak abang, lagipula abang sendiri saja masih ragu sama aku begitu juga denganku." jawab Jenny pelan.

"Sudahlah lebih baik keluar, di dalam sini terasa sempit dan pengap." Jenny beranjak keluar dari kamar.Raffi mengusap wajahnya kasar, lalu bangkit dan mengejar istrinya.

Jenny kini dia memilih duduk di bangku dekat pohon jambu milik tetangga. Perempuan itu mencari udara segar di sana.Tak lama seorang perempuan datang menghampiri palu mengajaknya berkenalan.

"Hai aku Dania." jawabnya ramah.

"Aku Jenny." jawabnya singkat.

"Kamu yang kemarin diarak ke kantor balas desa itu 'kan?" tanya Dania yang diangguki oleh Jenny.

Dia mengatakan masalah perihal Arumi pada Dania.Perempuan berambut pendek itu memberikan dukungan untuk Jenny agar bersabar.

"Kalau berurusan dengan Arumi, kamu perlu bersabar mbak." jawab Dania.

"iya Nia, Arumi gadis penuh drama. " jawabnya. Keduanya terus mengobrol membahas banyak hal termasuk hasil panen di kampung Kencana Indah.

Jenny terus sigap mendengarkan penjelasan Dania yang mudah dia pahami.

"Ayo atuh mbak, kita petik buah jambu di rumah saya." jawab Dania.Jenny tentu saja merasa canggung namun dirinya pasrah saat ditarik Dania.

.

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel