Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

Bab.3. Benih-benih Cinta

"Oppa." Satu kata berjuta makna yang keluar dari bibir indah gadis di hadapannya, James seolah tak berani bernafas.

James merutuk dalam hatinya "Matilah kau James!" Dia mungkin sudah gila berani sekali mencium dosennya tanpa izin. 

Laura membuka matanya saat merasakan kecupan hangat dan lembut di bibirnya. Di otaknya yang terproses di hadapannya adalah wajah Oppa Park Seo Joon karena sosok itu yang selalu menghiasi mimpi-mimpi bucin ala drakor setiap kali dia maraton menonton film yang dibintangi Park Seo Joon.

Kenyataan dan imajinasi bercampur menjadi satu, menunggu otaknya loading. Dia pun bangun dan duduk di sofa sementara Oppa Park Seo Joon kw-nya alias James berlutut di bawah kaki Laura dengan janggal. Sungguh posisi yang aneh dan keduanya pun jadi salah tingkah. 

James pun berdiri dengan acuh dan berkata, "Pulang atau menginap di sini?"

"Saya harus pulang, James," jawab Laura seraya menatap James dengan mata birunya yang tenang.

"Ohh oke. Ayo saya antar sekarang, ini hampir tengah malam. Cinderella harus pulang," candanya seraya tersenyum kikuk.

Laura pun beranjak bangun dan memakai sepatunya lalu mengekori James keluar dari apartementnya menuju ke mobil Fortuner putih milik James. 

"Hari yang panjang ya Prof. Sudah sampai. Saya antar sampai depan kamar, ya?" ujar James setelah memarkir mobilnya di basement Royal Heritage.

James membukakan pintu mobil untuk Laura dan menggandeng tangan Laura menuju lift untuk naik ke atas. "Lantai berapa?" 

"Lantai 7."

Akhirnya mereka sampai di depan pintu unit milik Laura. 7002. 

"Sudah sampai James. Terima kasih untuk segalanya hari ini, maaf sangat merepotkanmu." 

James hanya tersenyum pada Laura. "My pleasure."

Laura ingin masuk tapi sebelum dia masuk, dia meraih leher James yang lebih tinggi darinya dan mengecup pipi kiri James. Cup. "Thank you, Oppa."

Laura pun bergegas menutup pintu apartmentnya dan membiarkan James berdiri seperti agak shock. Laura mengintip James dari lubang pengintai di pintu apartment nya dan cekikikan melihat James seperti orang linglung.

Sudah larut malam 23.15 WIB, dia harus bergegas mandi dan beristirahat karena besok dia ada jadwal mengajar pagi hingga siang. Betapa melelahkannya hari ini, pikirnya.

James kembali ke apartmentnya dengan senyum konyol di wajahnya yang tak kunjung berhenti. Kecupan Prof Laura di pipi kirinya tadi begitu berkesan dan bikin baper.

Untunglah gadis itu buru-buru masuk ke apartment-nya. Kalau tidak dia tidak tahu apa yang akan dia lakukan. Bibir merah merekah milik gadis itu sungguh membuatnya tergila-gila, terkenang ciuman pertamanya malam ini rasanya manis dan kenyal.

Apa ini pertanda ada harapan untuk kisah cintanya yang terkesan absurd? Cinta tak mengenal usia, toh ada laki-laki muda yang menikahi nenek uzur. Profesor Laura itu begitu segar dan sedang mekar-mekarnya seperti bunga mawar yang cantik, sungguh layak untuk diperjuangkan untuk dijadikan pendamping hidup sekalian pendamping wisuda kalau boleh, pikir James.

Paling tidak James sudah membuat beberapa langkah untuk mendekati Prof Laura sebelum ribuan langkah mengejarnya sesudah ini. "Tunggulah, Prof, hatimu akan menjadi milikku." gumam James dengan serius.

James pun sudah sampai di kamar tidurnya dan berbaring di kasurnya yang begitu lebar dan kosong. Dia pun teringat dengan kesialan beruntun yang menimpa Prof Laura hari ini, kalau hanya listrik kampus yang padam mungkin dia tidak akan curiga tapi insiden ban mobil kempes itu terlalu aneh.

Bila James tidak bersikeras untuk menemani Prof Laura ke parkiran mobil, tentu gadis itu tidak akan bisa pulang, tidak yakin apakah gadis itu bisa mengganti ban mobil serep. Pastilah dia kesulitan karena tubuhnya kurus kering begitu, tak ada tenaga ditambah belum makan seharian.

James merasa iba saat teringat tubuh gadis tadi menggigil kedinginan saat duduk di lantai Lab bersamanya, sepertinya pola makannya tidak benar. Mungkin dia harus mulai merecoki Prof Laura untuk makan tepat waktu lain kali. 

Kantuk pun datang dan James akhirnya tertidur larut dalam mimpi indahnya. Dia memeluk gulingnya dengan penuh perasaan seperti memeluk gadis dalam mimpinya, si mata biru langit senja.

*****

Pagi itu Laura mematikan alarm HP nya yang berbunyi tak henti-henti. "Aaahhh!" teriaknya sambil merenggangkan badannya di tepi ranjang.

"Kok rasanya masih capek!" keluhnya sambil mencebik dan berjalan menuju pantry menyeduh kopi serta membuat french toast dengan selembar keju.

Laura membuka ponselnya dan mengecek pesan WA. Ada nomor baru yang mengiriminya 5 pesan pagi ini. Ternyata itu nomor James. Laura tidak ingat kapan dia memberikan nomor kontaknya pada James.

[James : "Morning Prof..."]

[James : " Pagi ini saya jemput ya, pukul 07.30? Mobil Prof kan masih di kampus."]

[James : "Apa sudah sarapan?"]

[James : "Mau dibawakan sarapan apa?"]

[James : "Saya tunggu balasannya ya ..."]

Laura tersenyum membaca pesan James yang penuh perhatian dan segera membalas pesan itu.

[Laura: "Selamat pagi juga James ..."]

[Laura : "Maaf baru baca pesanmu, saya baru saja bangun."]

[Laura : "Tidak usah bawakan sarapan, saya sudah sarapan kok."]

[Laura : "Oke ... Ini mau mandi sebentar lalu kita berangkat. Kalau kamu sudah sampai di apartment-ku, masuk saja kode pass-nya 888910. Bye."]

Laura meletakkan ponselnya di meja pantry dan berjalan ke kamar mandi. Dia ingin berendam air hangat sebentar di bathtub dengan garam aromaterapi lavender untuk menghilangkan pegal pegal di tubuhnya. Sekitàr 15 menit saja dia mengira-ngira lalu membasuh dirinya di bawah shower dengan air dingin.

Pagi ini dia memiliki jadwal mengajar 3 kelas tanpa jeda. Laura memilih kemeja sutera warna baby pink dengan puff sleeves dan rok sepan warna violet berbahan velvet yang dipadukan dengan high heel shoes 5cm. Tubuhnya sudah cukup tinggi jadi tidak perlu memakai heels yang terlalu tinggi yang akan melelahkan kakinya.

Laura mengikat rambut cokelat panjang bergelombangnya dengan model ekor kuda, memulaskan bedak dan lip cream berwarna coral nude. Laura mengambil tas kerjanya dan keluar menuju pantry mengambil ponselnya.

"Selamat pagi, Prof," sapa James bangkit dari sofa.

"Selamat pagi, James. Yuk kita berangkat sekarang," jawab Laura seraya tersenyum berjalan menuju pintu keluar unit apartmentnya.

James sepertinya harus membiasakan dirinya dengan senyuman Laura, jantungnya selalu berdebar-debar tak jelas. Dia pun berjalan mengikuti Profesornya itu menuju lift untuk turun ke basement.

James menyetir ke arah kampus dengan tenang, dia berusaha tampak biasa saja padahal keberadaan Laura membuatnya susah berpikir jernih, wajah cantiknya yang segar dan aroma green tea cammomile parfum gadis itu begitu membius dirinya.

Ingin rasanya James berlama-lama bersama Laura di dalam mobil, tetapi dia tahu Prof Laura pagi ini ada jadwal mengajar marathon 3 sesi, dia sudah mengecek jadwal kuliah di website kampusnya.

"Prof, marathon 3 sesi kuliah ya hari ini? Tadi sarapan apa? Jangan sampai pingsan nanti," ujar James sambil bercanda.

"Iya. Mengajar kelasmu kan, yang sesi pertama, lalu sesi 2 dan 3 kelas semester 8 Patologi Sistemik grup A dan B. Tadi sarapan frenchtoast, keju dan kopi hehehe ... Tenanglah tidak akan pingsan, itu sarapan standarku," balas Laura.

"Oya ban mobilnya yang kempes sudah saya panggilkan teknisi bengkel. Mungkin sudah normal sekarang dan bisa dipakai lagi," ujar James sambil menyetir dengan hati-hati.

"Terima kasih banyak James. Aku merasa banyak berhutang budi padamu sejak kemarin," ucap Laura dengan wajah merona mengetahui perhatian dan kebaikan James padanya.

"Tak perlu sungkan Prof. Saya senang membantu Anda. Oya apa nanti ada rencana kerja lembur lagi?" balas James.

" Tidak. Sepertinya lebih baik saya bawa pulang saja naskah skripsi untuk dibaca di rumah," jawab Laura.

"Saya pikir itu yang terbaik Prof. Rasanya agak janggal saja peristiwa kemarin, terlalu banyak yang kebetulan. Oke sudah sampai Prof, saya turunkan di lobi ya supaya kita berdua tidak jadi bahan gosip." James menghentikan mobilnya di jalan menuju lobi.

"Baiklah, James. Terima kasih untuk semuanya. Duluan ya ...," ujar Laura lalu turun dari mobil James dan menutup pintunya.

Laura berjalan ke arah lobi yang menghubungkannya ke jalan menuju gedung Lab Patologi Umum, tempat kantornya berada. Dia hanya akan menaruh tas dan menyiapkan bahan kuliah.

Sementara James berjalan ke ruang 101. Banyak adik angkatan yang menatapnya dengan tatapan memuja dan berbisik-bisik bersama teman-temannya. 

"Itu Bang James lewat ... Cakep banget ya ..." 

"Iya cakep banget, tapi dia nggak mau pacaran. Padahal banyak yang coba nembak dia lho."

"Duh bikin melting banget tatapannya. Hiks hiks ..."

James terus berjalan dengan memasang tampang datar tidak mempedulikan bisik-bisik di kanan kiri jalan yang dia lalui. Adik-adik angkatannya pasti sedang belajar untuk pretest praktikum Mikroanatomi.

Sebetulnya James mendapat tawaran sebagai asisten Lab Mikroanatomi tahun lalu tapi dia memilih posisi asisten Lab Mikrobiologi karena lebih mengasikkan praktikumnya.

Dia pun mengincar posisi asisten Lab Patologi Anatomi seandainya ada open recruitment, tentunya demi bisa sering bertemu dengan Prof Laura yang menjadi dosen penanggungjawab praktikum Patologi Anatomi. Setahunya asisten Lab Patologi yang lama sudah masuk koas profesi dan harus resign.

"Bro, duduk sini," seru Deon seraya melambaikan tangan pada James.

James berjalan ke kursi kosong di sebelah Deon. "Hei Deon, udah dengar open recruitment buat asisten Lab PA?" tanya James datar.

"Ada sih, Bro. Butuh 3 asisten pengganti buat kakak angkatan yang sudah masuk koas. Kamu minat, Bro?" tanya Deon penasaran karena setahunya James sudah menjadi asisten Lab Mikrobiologi yang super sibuk, praktikum 3 matakuliah dengan 3 sesi praktikum sehari.

Kadang dia sampai terheran-heran dengan stamina James yang seperti tidak ada capeknya. Nilai mata kuliahnya tiap semester pun nyaris perfect, bahkan semester lalu James akhirnya mendapat IPK 4.0, otaknya sungguh briliant. 

"Selamat pagi, semua." Suara Prof Laura terdengar jelas dan sontak membuat kelas yang ramai langsung sunyi.

"Materi kuliah hari ini patologi saluran pernafasan bisa kalian download di website FKH seperti biasa. Kita akan lihat anatomi normal organ saluran pernafasan terlebih dahulu sebelum membandingkan dengan abnormalitas organ dengan proses kerusakan jaringan. Perhatikan slide show berikut ini karena ini akan menjadi bahan ujian akhir semester." Laura berbicara dengan tenang dan lugas membawakan materi kuliahnya pagi ini.

James memperhatikan setiap penjelasan Prof Laura dengan cermat. Dia harus mendapat nilai A untuk mata kuliah ini jika ingin menjadi asisten Lab PA. 

"Serius bener, Bro," ujar Deon sambil menyenggol lengan James dengan sikunya.

"Hmmm ...," jawab James sekenanya.

Dia berusaha fokus penuh dengan kuliah Prof Laura, sekalipun bibir indah gadis itu begitu membuatnya mendambakan ciuman tadi malam. Itu adalah first kiss-nya James.

 

 

 

 

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel