Bab.4. Cinta Pertama Begitu Dalam
Seusai mandi bersama Laura, seperti biasa James melakukan hobinya mengeringkan rambut istrinya yang panjang bergelombang kecoklatan itu. Dia selalu menikmati bagaimana lembutnya helai-helai itu menyentuh telapak tangannya dan menguarkan aroma manis green tea chamomile seolah merasuk ke dalam jiwanya.
Laura menatap wajah tampan suaminya dari pantulan bayangan cermin wastafel. Dia tidak pernah berhenti jatuh cinta pada James.
"Sudah kering, Mommy," ucap James tersenyum kepada Laura melalui cermin sambil menyimpan hairdryer ke laci wastafel.
"Thank you, Babyboy," balas Laura lalu membalik tubuhnya bergelanyut di leher James dan mengecup bibirnya.
Tangan James meremas bokong Laura dan membuat istrinya itu melotot menatapnya seraya tertawa geli. "Naughty boy!" desisnya.
"Mmm ... my favorite hot mommy," gumam James sambil menyurukkan wajahnya ke leher Laura.
Laura melepaskan tubuhnya dari belitan tangan James lalu berlari keluar dari kamar mandi yang mulai menghangat udaranya dan membuatnya berkeringat lagi. Dia masih berlilitkan handuk di dadanya hingga paha.
Saat keluar dari kamar mandi, dia tak sengaja menabrak tubuh kelar Reynold yang berdiri tak jauh dari pintu kamar mandi. Pria itu menangkap tubuhnya.
"Hey, kenapa lari-lari, Sayang?" tanya Reynold bingung seraya tersenyum menatap wajah Laura yang merona.
"Uhm ... tidak ada apa-apa, mandilah, Rey. Hari semakin malam," jawab Laura lalu mengecup pipi Reynold.
Sementara James berdiri di ambang pintu kamar mandi menatap kemesraan istrinya dengan Reynold dengan tampang datar. Kedua pria itu saling bertatapan dalam diam.
"Aku mandi dulu, Bang!" ujar Reynold lalu masuk ke kamar mandi.
Sementara James melangkah mengikuti Laura yang sedang memilih baju ganti rumahan yang nyaman karena dia masih harus menemani Jacob dan Joshua belajar. Kedua suaminya lebih suka dia mengenakan lingerie atau lebih bagus lagi tanpa sehelai pakaian pun saat tidur bersama mereka.
Tangan Laura menarik sebuah daster batik tanpa lengan dan bra serta panties dari rak lemari bajunya. Tiba-tiba James meraup tubuhnya dari belakang lalu melemparkannya ke atas tempat tidur dan menindihnya.
"Aaargghh!" jerit Laura tertahan saat tubuhnya melesak ke springbed.
James dengan ganas melumat bibir Laura. Sementara Laura tak sanggup melawan hasrat suaminya yang begitu menggebu. Pria itu menarik lepas handuk yang membalut tubuh Laura hingg telanjang di hadapannya.
Sepasang mata biru saphire itu berlumur gairah karena sentuhan posesif James membelai buah dada hingga turun ke perut dan ke lembah cintanya.
"Hubby ... tadi kita sudah .... Apa kau mau lagi?" desah Laura meresapi rasa sentuhan tangan suaminya di tubuhnya.
"Why not, Honey? You made my mind go travelling too far ... then comfort me, please ... once more," bisik James di telinga Laura sembari mengisap daun telinga wanita itu.
Tubuh Laura bergerak-gerak geli karena kelakuan James yang kelewat mesra. Dia pun menjawab, "Then do what you wish, James. Love me like you want ..."
Reynold yang sudah selesai mandi cepat pun melongo melihat tubuh kekar James menindih Laura. Dia merasa hatinya sedikit perih. Namun, dia memilih untuk segera berpakaian dan seolah tidak melihat adegan dewasa itu. Laura sepertinya menikmati percintaannya dengan James. Suami kedua Laura pun keluar dari kamar tidur untuk menemui Jacob dan Joshua di ruang TV.
Terkadang Reynold merasa menyesal karena telah menjadi orang ketiga dalam pernikahan James dan Laura. Namun, ketika dia melihat Joshua, dia merasa dia berhak mendapatkan cinta Laura juga.
"Papa, apa mommy belum selesai mandi atau dia kecapekan lalu tertidur?" tanya Joshua penasaran karena mommy kesayangannya tak kunjung keluar kamar tidur.
Tangan Reynold membelai puncak kepala Joshua, putranya lalu menjawab, "Iya, mommy tidur sebentar. Tunggu saja, dia pasti akan bangun sebentar lagi. Apa ada pelajaran yang kamu ingin tanyakan? Papa bisa membantumu juga."
Jacob pun menyahut, "Papa Rey, apa bisa bantu aku menjawab PR soal bahasa Indonesia ini? Aku lebih paham bahasa Inggris sepertinya ..."
"Oke, kemarilah ... mana yang membingungkan PR- nya?" jawab Reynold lalu membantu Jacob mengerjakan soal di buku pelajarannya.
Tak lama kemudian, James dan Laura keluar dari kamar tidur dan berjalan ke ruang TV.
"Hai, Jake, Josh. Apa PR kalian belum selesai?" tanya Laura duduk di sofa bersebelahan dengan James yang menempel kepadanya.
Jacob pun menjawab, "Papa Rey membantuku menyelesaikan PR barusan, Mom. Dia keren!"
"Terima kasih, Rey," ucap Laura seraya melepas senyum manisnya kepada Reynold.
"Sama-sama," sahut Reynold tersenyum balik.
"Apa menu makan malam kita?" tanya James menyela.
"Oke, tunggu sebentar, aku akan memasak menu makan malam," ujar Laura berdiri dari sofa dan berjalan menuju dapur.
Namun, James mengikutinya ke dapur lalu duduk di meja pantry untuk menemani Laura. Kedua putranya menatap James dan menggeleng-gelengkan kepala mereka.
"Daddy seperti orang yang selalu jatuh cinta pada mommy," komentar Joshua sembari menekuri buku PR matematika miliknya.
"Tapi ... Papa Rey, apa tidak masalah dengan tingkah daddy yang memonopoli mommy?" tanya Jacob dengan lucu membuat Reynold terkekeh.
Reynold pun menjawab, "Tidakpapa, Papa Rey tahu kalau mommy kalian mencintaiku juga. Tenanglah, Kids!" Dia pun menghela napas menatap ke arah dapur dimana James dan Laura mengobrol dan tertawa bersama sembari Laura memasak makan malam.
"Hey, apa kalian lupa tanggal berapa besok? Itu 29 April, kalian tahu hari ulang tahun siapa?" ujar Jacob setengah berbisik.
"Mommy!" sahut Joshua menyeringai.
Kedua bocah itu menatap ke arah Reynold yang ditanggapi, "Aku pun ingat, jangan kuatir. Aku sudah memesan Choco Devil Cake kesukaan mommy kalian. Dulu saat Laura hamil kalian, dia sangat suka makan kue coklat itu dan bisa menghabiskan satu loyang sendirian. Hahaha." Reynold terkenang saat dia merayakan ulang tahunnya bersama Laura ketika wanita itu hamil besar.
"Kurasa kami akan membelikan mawar merah muda kesukaan mommy dan hadiah kejutan, Papa Rey," ujar Jacob yang disetujui dengan anggukan Joshua.
Jacob memiliki saldo rekening tabungan yang banyak karena Kakek Leonard sering mengiriminya uang saku yang rutin sebesar 10 juta sebulan. Dia tidak suka memboroskannya, terkadang menggunakannya bila perlu bersama kembarannya, Joshua.
Sementara kakek Joshua, Profesor Widya, ayah Reynold lebih suka membelikan buku dan mainan untuk mengasah kecerdasan cucunya itu. Berbeda dengan kakek Jacob yang pengusaha di bidang properti.
"Rey Sayang, Jake, Josh, dinner is ready!" panggil Laura dari dapur.
Ketiga laki-laki yang juga dicintai oleh Laura itu berjalan bersama ke arah dapur. Mereka menatap Laura dengan senyum penuh cinta.
"Hey, Dad. Kau menempel terus pada mommy!" ujar Jacob menyikut lengan ayahnya lalu duduk di sebelahnya.
"Tentu saja, aku fans berat mommy-mu, Boy!" sahut James santai tanpa merasa bersalah. Baginya, Laura itu masih mutlak istrinya yang dia cintai.
Jacob hanya bisa menggeleng-gelengkan kepalanya sembari mendesah menanggapi jawab ayahnya yang kekanak-kanakan itu. Dia justru lebih membela Papa Rey karena pria itu cenderung penyabar dan tidak posesif seperti ayah kandungnya berkaitan dengan mommy-nya.
Mereka berlima pun makan malam bersama dengan hangat. Laura memasak udang goreng tepung, cah brokoli dengan jamur shitake, serta bihun goreng spesial.
Kemudian Laura juga mengambilkan sepiring makan malam untuk Mikha yang harus makan di ruang tengah karena meja pantry itu penuh dengan laki-laki kesayangannya yang berjumlah empat orang itu yang semuanya selalu berebut perhatian darinya.