Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

Bab 4 Tetangga Seksi

Tante Tania berdiri dengan pakaian dalam itu di tangannya, sejenak memperhatikannya dengan seksama. Kemudian, tanpa banyak bicara, dia melirik ke arahku dengan senyuman samar, penuh dengan maksud yang tersembunyi. Suasana di dalam kamar menjadi semakin tegang, seolah udara di sekelilingku semakin menipis.

"Ini cantik, ya," ucapnya sambil mengangkat pakaian dalam itu sedikit, seolah ingin menunjukkan detailnya. "Sepertinya pas sekali dengan badan Tante," lanjutnya, nadanya ringan, tetapi tetap memancarkan kepercayaan diri yang begitu kuat.

Beberapa detik kemudian, pertanyaan yang berputar di benakku mulai terjawab.

Tante Tania mulai melepaskan gaun hitamnya dengan gerakan santai, menarik resleting di punggungnya yang panjang, membuat gaun itu kembali terbuka perlahan, memperlihatkan pakaian dalam yang sejak tadi membalut tubuhnya. Gaun itu akhirnya meluncur turun dari tubuhnya, jatuh ke lantai tanpa suara. Kini dia kembali berdiri hanya dengan bra dan celana dalam hitamnya, tubuhnya yang sempurna terpampang jelas di depan cermin, dengan aku yang masih terpaku di belakangnya.

Dengan tangan yang tenang, dia mulai membuka kait bra-nya di punggung. Aku hanya bisa berdiri terpaku, mataku tidak bisa berpaling, meskipun pikiranku penuh dengan kegelisahan. Tangan-tangannya bergerak pelan, dan beberapa saat kemudian, bra itu terlepas dari tubuhnya, memperlihatkan punggung telanjangnya yang mulus dan sempurna di depan cermin.

Jantungku berdegup begitu keras hingga aku bisa merasakannya di tenggorokanku. Aku tahu ini bukan situasi yang seharusnya, tapi aku tidak bisa bergerak. Tubuhku membeku, mataku terpaku pada setiap gerakan yang dilakukannya, setiap detik terasa begitu lambat.

Payudara Tante Tania berukuran sedang, namun bentuknya sempurna, kenyal, dan tampak begitu menggoda. Kulitnya halus, dan di bagian puting, terdapat bulatan kecil berwarna coklat muda yang menggelitik imajinasiku. Tonjolan di tengah putingnya seolah mengundang sentuhan. Pemandangan ini jauh berbeda dari foto-foto wanita dewasa yang biasa kulihat di majalah atau internet; ini nyata, dan keindahannya begitu memukau.

Nafasku mulai terasa sesak saat aku menyadari betapa dekatnya aku dengan keindahan ini. Naluri kesopanan yang kupegang erat-erat membuatku memalingkan wajah, berusaha mengendalikan diri. Namun, ketika aku berani menoleh ke arah cermin, pemandangan yang kulihat membuatku tertegun. Tante Tania, dengan gerakan anggun dan perlahan, sedang melepas celana dalamnya. Ekspresinya tegang, namun ada semburat kemerahan di pipinya, seolah malu namun tetap memancarkan kecantikan yang anggun.

Detak jantungku semakin cepat saat Tante Tania berdiri di dekatku, telanjang sepenuhnya. Tubuhnya yang indah terpampang di hadapanku, membuatku merasa gugup dan terpesona pada saat yang bersamaan. Aku tidak pernah membayangkan akan berada dalam situasi seperti ini, namun kehadiran Tante Tania yang memukau membuatku lupa akan segala keraguan.

Perasaan yang tak pernah kurasakan sebelumnya menyerbu dadaku saat pemandangan di hadapanku semakin jelas. Dadaku bergemuruh, seolah-olah ada badai yang sedang bergolak di dalam sana. Detak jantungku berdetak dengan kecepatan yang luar biasa, seolah ingin meloncat keluar dari dadaku. Tubuhku bereaksi dengan cara yang tak bisa kuhindari, sesuatu yang mengeras dan membesar di antara pahaku, sebuah respons alami yang tak bisa kuhindari sebagai seorang laki-laki, apalagi dalam usia muda seperti ini.

Mataku terpaku pada pemandangan di depanku, tak mampu berpaling. Aku menyaksikan bagian paling pribadi dan rahasia seorang perempuan, yang biasanya tersembunyi dan hanya diketahui oleh suaminya. Bulu halus di sekitar area intimnya dipotong dengan rapi, memperlihatkan belahan yang memikat dan penuh misteri. Lekuk-lekuk halus di sana, seperti ulat kecil yang membentuk pola unik, membuat imajinasiku melayang.

Tante Tania, dengan gerakan yang anggun, mulai mencoba pakaian dalamnya, namun sebelum selesai, ia berdiri di hadapanku dalam keadaan telanjang. Keindahannya terpampang nyata, membuatku merasa terpesona dan tergoda pada saat yang bersamaan. Aku tak pernah membayangkan akan menjadi saksi pemandangan seperti ini, namun kehadiran Tante Tania yang memikat membuatku lupa akan segala aturan dan batasan.

Tubuhku membeku saat Tante Tania bertanya lagi, kali ini berdiri di depanku dengan penuh kepercayaan diri. "Tante keliatan gemuk ya?" suaranya lembut namun penuh daya tarik. Aku tahu ini kesempatan langka untuk mengamati keindahan tubuhnya secara lebih dekat, setelah sebelumnya hanya bisa melirik secara sembunyi-sembunyi.

"Tante nggak gemuk, kok," jawabku, suaraku sedikit bergetar. "Body Tante... eh... bagus banget," lanjutku, mencoba mencari kata-kata yang tepat.

Tante Tania menatapku dengan sorot mata yang penuh arti, "Kenapa dengan tubuhku, sayang?"

Aku ingin jujur, tapi rasa malu dan kegugupan membuatku ragu. "Tubuh Tante... sangat seksi, Tante," akhirnya aku mengatakannya, suaraku sedikit lebih mantap.

Tante Tania tersenyum, seolah puas dengan pujianku. "Beneran seksi?" tanyanya lagi, seolah membutuhkan konfirmasi.

Aku mengangguk, tak mampu berkata-kata. "Iya, Tante, beneran seksi. Tubuh Tante... sangat menggoda," suaraku terdengar lebih berani.

Tante Tania mendekat, matanya memancarkan keingintahuan. "Dion pernah lihat cewek telanjang sebelumnya?" tanyanya, nada suaranya menggoda.

Aku merasa pipiku memanas. "Pernah, Tante, tapi cuma di foto atau video lihat langsung seperti ini... ini pertama kalinya."

Tante Tania tersenyum penuh arti. "Jadi, kamu udah liat tubuh tante. Sekarang, giliran kamu," katanya sambil melangkah maju, tubuhnya hampir menyentuhku.

"Giliran saya, Tante?" tanyaku, tak yakin dengan maksudnya.

"Ya, sekarang giliran kamu buka baju," kata Tante Tania, senyumnya semakin menggoda. “Tante juga pengen liat tubuh kamu, biar adil."

Aku terdiam, terkejut dengan permintaan Tante Tania. Pikiranku berputar, mencoba mencerna situasi ini.

"Ayo, sayang, jangan diam saja. Buka baju dan celananya," pinta Tante Tania, suaranya lembut namun penuh perintah.

Gugup dan bingung bercampur aduk dalam diriku saat Tante Tania, dengan penuh keberanian, mengungkapkan keinginannya untuk melihat tubuhku. Aku masih berdiri di tempat yang sama, tak bergerak, sementara pikiranku berputar dengan cepat.

Tante Tania, seolah membaca keraguanku, perlahan mendekat, menghilangkan jarak di antara kami.

"Kalau kamu malu, sini Tante bantu ya," bisiknya, dan tangannya yang halus menyentuh pinggangku, membuat kulitku merinding.

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel