Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

Bab 3 Tante Tania

Aku merasa seluruh tubuhku menegang, tidak tahu harus berbuat apa. Tangan-tanganku mulai berkeringat, jantungku berdebar kencang di dalam dada, seolah tubuhku bereaksi sendiri di luar kendali pikiranku.

Tante Tania tidak berbicara sepatah kata pun. Dia hanya tersenyum kecil sebelum tangannya bergerak kembali ke belakang tubuhnya, kali ini menuju bagian bawah pinggangnya. Jemarinya dengan luwes mencari resleting rok mini denim yang dia kenakan. Dengan gerakan pelan tapi pasti, dia menarik resleting itu ke bawah. Suara kecil dari resleting yang terbuka terdengar nyaring di dalam ruangan yang hening, seolah mempertegas setiap tindakan yang dilakukannya.

Rok itu perlahan turun, dan dia menurunkannya dengan gerakan halus, hingga kain itu jatuh begitu saja ke lantai, mengelilingi kakinya. Aku tidak bisa mengalihkan pandanganku. Di depanku, kini hanya ada Tante Tania dengan pakaian dalamnya—bra dan celana dalam hitam yang serasi. Lekuk tubuhnya begitu jelas terlihat. Pinggang rampingnya menyatu sempurna dengan pinggul lebar yang menggoda, dan pahanya yang jenjang menambah daya tariknya.

Dia tetap berdiri tegak, dengan keanggunan yang begitu alami, seolah-olah dia sudah terbiasa dengan perhatian yang dia dapatkan. Setiap gerakan, setiap sentuhan jemarinya pada kulitnya, seolah memperlambat waktu. Saat dia berbalik untuk mengambil gaun hitam yang dia letakkan di meja, punggungnya yang terbuka tampak begitu sempurna, kulitnya tampak halus, dan otot-otot punggungnya bergerak ringan ketika dia meluruskan badannya.

Dia kemudian berbalik lagi, menatapku sekilas sambil tersenyum tipis. “Bantu Tante dengan resleting gaun ini, ya?” ucapnya sekali lagi, suaranya lembut tapi menggema jelas di telingaku, membuat suasana semakin intens. Matanya yang sedikit menyipit memancarkan aura godaan, seolah dia menikmati melihat reaksiku yang terpaku.

Aku mengangguk, tidak mampu berkata-kata. Tanganku sedikit bergetar ketika dia menyerahkan gaun hitam itu padaku. Aku bisa merasakan detak jantungku memacu lebih cepat, seolah tubuhku menolak untuk tenang dalam situasi seperti ini.

Tante Tania mengangkat gaun itu, memasukkan kepalanya ke dalam lubang lehernya, kemudian menariknya ke bawah hingga menutupi tubuhnya. Gaun itu pas sekali dengan tubuhnya, begitu ketat hingga memperlihatkan dengan jelas setiap lekuk tubuhnya. Dia membiarkan bagian belakang gaun itu tetap terbuka, dan berbalik, memperlihatkan punggungnya yang sebagian besar masih terlihat, menungguku untuk menaikkan resletingnya.

Aku berjalan mendekat dengan hati-hati, hampir bisa merasakan wangi parfumnya yang manis menguar di udara. Tanganku menyentuh resleting itu, jari-jariku sedikit gemetar saat mulai menariknya perlahan ke atas. Gaun itu semakin rapat, membungkus tubuhnya dengan sempurna. Ketika resleting akhirnya tertutup rapat, Tante Tania membalikkan tubuhnya menghadapku dengan senyuman di wajahnya, matanya memancarkan tatapan penuh kepercayaan diri.

“Gimana, gaunnya bagus, nggak?” tanyanya sambil sedikit berputar, memperlihatkan bagaimana gaun itu membungkus tubuhnya dengan sempurna. Bahan hitamnya menempel erat di lekuk tubuhnya, dan belahan dadanya tampak menyembul sensual, menarik pandanganku tanpa bisa kuhindari.

Aku mencoba menjaga wajahku tetap tenang, meskipun dalam hati rasanya campur aduk. “Ehmm... eh, ba-bagus, Tante,” jawabku, suaraku sedikit terbata-bata. Tatapanku tak bisa lepas dari dadanya, yang seolah menarik perhatian dengan begitu kuat.

Tante Tania tampaknya menyadari apa yang sedang terjadi. Dengan senyum nakal di bibirnya, dia menjentikkan daguku dengan pelan, membuat wajahku mendongak sedikit. “Hey, liat apa, sih?” godanya dengan nada lembut, tapi ada kilatan godaan di matanya.

“Eh, ehm... liat gaunnya, Tante,” jawabku cepat, berusaha mengalihkan fokus, meskipun jelas bahwa pandanganku tadi bukan hanya tertuju pada gaunnya.

Dia hanya tersenyum kecil, seolah menikmati reaksiku. “Di kamar kamu ada kaca, nggak? Tante mau liat sendiri, nih,” katanya sambil sedikit mengedipkan matanya, memberi kesan bahwa dia tahu persis apa yang sedang terjadi dalam pikiranku.

Aku hanya bisa mengangguk, masih merasa terperangkap dalam suasana canggung ini.

Aku mengangguk, masih bingung harus berkata apa. "Ada, Tante."

Tanpa ragu sedikit pun, Tante Tania mengambil sisa paket yang dipesannya dan melangkah menuju kamarku. Gerakannya begitu anggun dan teratur, setiap langkahnya seperti menambah ketegangan yang sudah kurasakan sejak tadi. Aku mengikuti di belakangnya, jantungku masih berdebar kencang.

Begitu Tante Tania sampai di depan cermin kamarku, dia langsung memeriksa penampilannya dengan tenang, seolah ruangan ini adalah ruang ganti pribadinya. Tangannya yang halus menyisir rambut panjangnya, memperbaiki posisi gaunnya, sambil dengan cermat menilai pantulannya di cermin. Gaun hitam yang ketat itu benar-benar membalut tubuhnya dengan sempurna, menciptakan siluet yang mengundang perhatian di setiap lekuk tubuhnya.

"Bagus juga ternyata," gumamnya dengan suara puas, sambil memutar tubuhnya sedikit, memeriksa setiap sudut dari gaun itu. Matanya kemudian melirik ke arahku melalui pantulan cermin, tatapannya seolah menembus pikiranku. Senyum tipis muncul di wajahnya, senyum yang menyimpan sesuatu di baliknya, sesuatu yang sulit untuk dijelaskan.

Aku berdiri di dekat pintu, masih bingung bagaimana harus bereaksi. Situasi ini terasa begitu aneh, tapi pada saat yang sama, ada sesuatu yang membuatku tetap terikat di sini, terjebak dalam kehadirannya yang begitu memikat.

Tante Tania kemudian membungkuk ke arah sisa bungkusan di dus paket yang masih tergeletak di lantai. Dengan gerakan halus, dia membuka bungkusan plastik lainnya dan mengeluarkan isinya. Kali ini, yang muncul dari dalam bungkusan itu adalah sepasang pakaian dalam—bra dan celana dalam yang baru, dengan bahan renda hitam yang tipis dan terlihat begitu mewah.

Aku terdiam, mataku terpaku pada pakaian dalam itu. Jantungku berdegup lebih kencang, dan berbagai pertanyaan muncul dalam benakku. Apakah dia akan mencobanya di sini? Di depanku? Apakah dia akan melepas pakaian dalam yang sedang dia kenakan sekarang? Pikiran itu terus berputar dalam kepalaku, semakin mempertegas rasa gugup dan gelisah yang kurasakan.

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel