Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

Pesta balas dendam

Daniel memperhatikan penampilan seseorang wanita yang bernama Debora ini. Setiap inci tubuhnya tak luput dari pandangan Daniel.

Bila di lihat dengan jelas, dia memang orang yang sama. Namun ini semua tidak mungkin. Bagaimana ini bisa terjadi?

"Apakah istriku begitu memukau?" tanya Alexander sambil melempar senyum sinis.

"Maaf, Tuan, Sa-ya hanya pernah melihat istri Anda." jawab Daniel sambil terus melihat Debora.

Mendengar ucapan Suaminya. Elena juga menatap seorang istri presidir muda ini. Dan ternyata benar adanya, dia adalah Debora. Seorang wanita yang telah lama dia buang dari kehidupan suaminya.

Lalu kenapa dia bisa sampai di sini? Terlebih dia dapat di pungut menjadi istri presidir kaya raya. Ini tidak mungkin, kenapa nasib sangat baik kepadanya.

Terakhir dia lihat hanyalah seorang wanita kumuh yang berusaha memperbaiki rumah tangganya yang telah hancur.

"Lama tidak bertemu, sepertinya alam sangat baik kepadamu," celetuk Elena menatap sinis Debora.

Debora tersenyum kecut. Sepertinya dia kurang pandai menjadi bunglon sehingga mereka cepat mengetahui siapa dirinya.

Baginya ini tidak masalah. Semakin cepat rencana di mulai, maka akan semakin baik.

"Halo, Tuan Daniel dan Nyonya Elena, lama tidak berjumpa. Semoga hari kalian tetap baik dan sejahtera." Debora mengatakan dengan penuh penekanan.

"Jadi kau mengenal mereka Sayang?" tanya Alexander penuh perhatian.

"Tentu Sayang, mereka adalah rekan bisnisku. Sayangnya bisnisku harus bangkrut dan kami tidak bertemu lagi." dusta Debora, yang sebenarnya Alex sudah mengetahui versi aslinya.

"Kalian sangat baik, sekertarisku akan datang berkunjung ke perusahaan kalian. Kita lihat, kerja sama apa yang dapat kita lakukan," ucap Alexander tersenyum cerah.

Mendengar ucapan Alex membuat Daniel terperangah. Dia tidak percaya dengan apa yang dia dengar. Bekerja sama dengan perusahaan besar? Bahkan dia tidak pernah di lirik oleh pengusaha lain.

Ini adalah malam terhebat sepanjang sejarah, dengan ini dia bisa memperbesar perusahaan yang dia kelola. Ups, maksudnya perusahaan Debora yang dia rebut beberapa tahun lalu.

"Kami pamit dulu," ucap Alexander merangkul pinggul langsing Debora dan melangkah pergi.

Setelah mereka menjauh beberapa meter. Alexander menghentikan langkahnya. Dia wajahnya mendekat ke tengkuk Debora.

"Aku selesai, dan kini tugasmu. Lakukan semua dengan baik!" bisik Alex lirih.

Debora hanya tersenyum kecil dan mengangguk. Dia tidak mungkin gagal dalam urusan seperti ini. Dirinya sudah berlatih keras semalam.

Alexander melangkah masuk ke dalam lift. Ada tempat yang harus dia kunjungi dan membawa serta Debora agar namanya benar-benar bersih.

Jantung Debora berdebar kencang. Padahal semalam dia sudah membuka banyak artikel untuk mengahadapi traumanya ini.

Apapun dia lakukan untuk menuntaskan dendamnya. Ini hanya berlangsung satu jam saja dan Debora yakin bisa melakukannya dengan baik.

Lift terbuka, Debora dan Alex keluar dan segera menuju kamar yang sudah di siapkan oleh rekan bisnisnya.

Meskipun ini konyol. Tetap saja dia harus melakukan ini demi perusahaan.

"Halo Bro! Jadi bagaimana tantangan kami?" sapa seorang dengan tubuh kekar dan sebotol anggur dia tangannya.

Alex hanya tersenyum kecut. Dia melewatinya begitu saja kemudian duduk di sofa dan memangku Debora.

"Apakah harus seintim ini?" bisik Debora, dia risih berada di posisi seperti ini.

"Jangan khawatir, menit berikutnya akan lebih panas dari ini," ucap Alex menatap Debora lekat.

Harusnya Alex pantas jadi artis, sama seperti dirinya. Aktingnya natural sekali, bahkan saat ini dia yang merasa malu.

"Bukankah kau yang bilang bisa memanjakan pusaka di bawah sana. Dan lakukan itu! Aku sudah membayar mahal, komplit dengan rencana balas dendam mu!" lanjut Alex dengan suara berbisik.

Ada tiga orang pria yang duduk di depan mereka. Mereka menatap sinis ke arah Debora dan Alexander. Haruskah melakukan ini di sini? Di hadapan pria yang menatap mereka tajam?

Seolah tau kegelisahan sang istri. Alexander meraih janggut lancip Debora dan mengecupnya perlahan.

"Jadi apakah aku menjadi penjantan seorang diri disini. Sepertinya cuma aku yang membawa seorang wanita." ucap Alexander.

"Panggil mereka kesini!" ucap salah satu pria.

Satu persatu wanita masuk ke kamar. Ada tiga orang wanita dengan tubuh amat menggoda. Lekukan tubuh mereka tertutup kain kurang bahan dan cukup ketat.

Debora tercengang melihat mereka. Sepertinya cuma dialah yang memakai gaun. Jantungnya berdegup kian kencang. Dia punya firasat keadaan tidaklah baik di menit berikutnya.

"Kita tukar pasangan." Salah satu pria yang lainnya bersuara. Pria tersebut memiliki rambut yang tertata rapi di rahangnya.

Seketika jantung Debora berhenti berdetak. Melayani pria yang saat ini memangkunya saja sudah menjadi mimpi buruk. Apa yang akan terjadi padanya bila harus melayani pria itu juga.

Tanpa sengaja Debora mencengkram jas Alexander. Tangannya kian bergetar dan tidak bisa di kondisikan.

Balas dendam memang hal yang terpenting dalam hidupnya. Tapi merusak masa depannya lebih jauh, bukanlah pilihan yang baik.

"Kenapa kau diam, berikan wanitamu!" lanjut pri berjenggot dengan mata menatap Debora.

Matanya sudah seperti singa kelaparan dan menatap seonggok daging yang akan dia makan bulat-bulat.

"Aku mohon, aku akan melayanimu sampai kau puas. Namun tidak dengan mereka." Debora memohon dengan wajah ketakutan.

"Apakah kau takut? Kau takut dengan mereka, tapi tidak denganku," kekeh Alexander.

"Aku takut padamu. Sekarang, ayo kita pergi dari sini," ucap Debora denga bibir bergetar.

"Sepertinya wanitaku menyetujui ide kalian," sahut Alexander menatap mata Debora yang mulai mengembun.

Mendengar ucapan Alexander membuat kaki Debora lemas. Bahkan dia tidak bisa menopang tubuhnya sendiri.

Pria di hadapannya saat ini memang gila. Dia seperti keluar kandang singa dan masuk kandang buaya ganas. Sengsara sekali, menyedihkan.

Tak ada yang dapat dia lakukan. Harapannya di sini adalah pria gila bernama Alexander. Sedangkan dia dengan mudahnya menyerahkan istrinya secara cuma-cuma pada ketiga pria yang menyeramkan ini.

Terdengar kekeh kemenangan yang menggema. Ketiga pria tersebut seolah puas dengan apa yang mereka dapatkan.

Debora melangkah sekuat tenaga. Langkahnya terasa berat untuk mencapai jarak yang hanya 50 meter di hadapannya.

"Ayo cantik, layani kami seperti kau melayani Suamimu itu, aku yakin kalau dia tidak sehebat kami," kekeh pria yang lain memandang rendah Alexander.

Beberapa langkah lagi Debora sampai di pangkuan pria berjenggot.

Dorr ...

Hempasan peluru melesat melewati tubuh Debora dan mendarat di tembok. Kalau peluru itu meleset sedikit saja, maka tubub Debora dan kepala pria berjenggot itu akan tercabik.

Debora terjatuh. Dia amat terkejut. Dirinya tidak tau kalau Alexander sudah menyiapkan segalanya.

Pandangannya kabur. Perlahan yang dia lihat hanya kegelapan dan kesunyian. Dia merasakan kenyamanan menyelimuti tubuhnya.

Saat dia membuka mata. Ia melihat hamparan rerumputan yang cukup luas dan ada seorang gadis kecil yang menatapnya. Gadis itu melempar senyuman manis.

'Angel'

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel