Pustaka
Bahasa Indonesia

Terjerat Hasrat Mafia Dingin

112.0K · Tamat
Mom Aish
120
Bab
935
View
9.0
Rating

Ringkasan

Alexander Vernandes mencari seorang wanita secara random untuk dia nikahi. Karena masalah sosial yang melilitnya dan mengancam perusahaannya, dia harus mengambil tindakan segera. Di saat yang bersamaan, Debora. Artis cantik yang sedang naik daun menyetujui pernikahan kontrak ini. Siapa sangka ternyata Debora juga memiliki tujuan tertentu dalam pernikahan ini. Apakah tujuan Debora?

One-night StandPresdirAktorTuan MudaRomansaBillionaire

Menjadi istri kontrak

Rasa sakit begitu menyesakkan dada masih Debora rasakan. Caci maki sang mantan suami masih terdengar nyaring di telinga.

Debora menatap pantulan dirinya dari kaca di hadapannya. Begitu cantik dan menawan. Berbeda jauh dengan lima tahun lalu.

Dirinya seolah melihat wanita lain yang berdiri di hadapannya.

"Debora, mengapa kau berbeda saat ini? Harusnya kau bisa berubah dari dulu dan membungkam mulut mereka," gumam Debora.

Terdengar ketukan pintu dari luar. Suara lembut memangil namanya.

"Baik, aku akan segera keluar. Sebentar lagi selesai," teriak Debora.

Dia segera merapikan rambut gelombangnya yang terurai dan meraih tas di atas meja.

Debora keluar dan menuruni tangga. Dia melangkah menuju ruang makan, tepat dimana semua anggota keluarga berkumpul.

Di sana sudah ada hidangan makan malam yang menantinya, lengkap dengan beberapa orang yang duduk di kursi.

Seluruh pasang mata menatap Debora dengan tatapan kagum. Mereka sangat beruntung memiliki seorang menantu berhati malaikat sepertinya.

Di sana duduk seorang pria tua yang menatapnya, Andreas Vernandes. Orang yang cukup sukses di dunia bisnis.

Sedangkan di sampingnya duduk seorang pria tampan yang sedari tadi memuji kecantikan Debora. Matanya tidak berkedip sedikitpun. Alexander Vernandes.

Debora melangkah mendekati meja makan. Spontan Alex berdiri dan menarik kursi di sebelahnya.

"Silahkan duduk Ratuku," ucap Alex tersenyum hangat.

Ucapan Alex membuat semua orang tersenyum kecil. sementara pipi Debora sudah bersemu merah.

"Kau tidak salah memilih Ratu, Sayang," ucap seorang wanita senja di meja sebrang Debora.

Wanita tersebut tersebut lembut, Lidya Vernandes. Nyonya sekaligus mertua Debora yang paling menyayanginya.

"Jangan pulang malam-malam ya Kak, besok aku tidak mau ada kata terlambat!" ucap seorang termuda di antara mereka.

"Jadi kau mau makan malam di sini atau ..." Alex belum selesai melanjutkan ucapannya.

"Pergilah, kami tidak mau merusak acara kalian," sahut Lidya tersenyum.

Alex melangkah mendekatinya dan mendaratkan kecupan manis di kening Mamanya. Dia antar mereka cuma dialah yang paling mengerti.

Alex segera meraih tangan Debora dan segera berpamitan. Mereka melangkah keluar rumah kemudian masuk kedalam mobil mewah yang sudah di siapkan di halaman.

"Lihat! kita sangat cocok jadi artis nominasi akting terbaik di musim ini." Alex tersenyum kecut.

Debora hanya melempar senyum. Dia tak tau harus mengatakan apa. Semua yang Alex katakan benar.

Kemarin mereka baru saja mengucapkan ikrar sehidup-semati di altar. Gaun putih mewah, dekor gedung megah, dan seorang Suami bak pangeran di nengri dongeng dengan segala kesempurnaannya.

Semua yang tidak mengetahui kebenarannya pasti akan iri melihat nasip Debora yang beruntung ini. Terlebih memiliki sepasang mertua yang amat menyayanginya.

Kurang apa hidup Debora? Sayangya ini semua hanya pernikahan kontrak. Bisa di bilang simbiosis mutualisme.

Alex membutuhkan Debora begitupun sebaliknya. Ada banyak masalah yang harus mereka selesaikan di balik pernikahan ini.

Debora dengan sejuta misinya untuk balas dendam. Sedangkan Alex membuang isu scandal yang menjeratnya saat ini.

Mobil Alex melaju melewati jalanan ramai. Mereka menuju sebuah hotel bintang lima. Tempat di mana ada pesta megah yang di hadiri banyak orang terkemuka.

Ini adalah saat yang tepat untuk Alex membersihkan namanya dari isu scandal dirinya dan asisten pria nya.

"Astaga, apakah kau benar-benar mencintai pria itu?" kekeh Debora.

"Bagaimana kalau kau diam. Lakukan tugasmu dan aku akan membantumu, beres," ucap Alex ketus.

Debora hanya tersenyum kecil. Dia tidak menyangka pria tampan yang duduk di sampingnya ini adalah homo.

Mobil Alex tiba di sebuah hotel. Tempat dimana dia di undang untuk merayakan pesta kecil rekan bisnisnya.

Mungkin bagi orang seperti Alex dan keluarganya ini adalah pesta kecil. Namun tidak bagi Debora. Mana ada pesta kecil yang menyewa hotel mewah? Di tambah para tamu undangan adalah orang penting. Mulai dari pembisnis besar, pejabat negara, dan para artis papan atas.

Astaga ... mengapa orang kaya suka menghamburkan uang. Sedangkan orang miskin banting tulang untuk sesuap nasi di luar sana.

Debora turun di bantu oleh pelayan yang membukakan pintu mobil. Alexander juga ikut turun dan memberi kunci mobil kepada pelayan yang satunya.

Debora tampak anggun dengan gaun biru dongker dengan hiasan beberapa manik-manik yang gemerlap. Bagian atas gaun sedikit terbuka memperlihatkan leher jenjang yang menawan.

Alexander segera menggandeng tangan Debora dan melangkah masuk. Mereka menjadi pusat perhatian saat ini. Mereka sudah seperti sepasang raja dan ratu yang akan duduk di singgasana.

Di antara banyaknya orang. Ada dua orang yang memperlihatkan mereka dengan seksama. Sepertinya dia pernah melihat Debora.

Alisnya bertaut dan saling tatap. Mungkinkah dia salah orang? Debora yang mereka lihat dulu adalah gadis dekil dengan berat badan yang berlebih.

Tidak mungki dia ada disini. Kalau toh dia selamat. Pasti dia sudah jadi gembel yang berkeliaran di lingkungan kumuh.

Debora mengangkat pandangan ke depan. Dirinya kini lebih percaya diri dari sebelumnya. Tatapannya tajamnya menyapu setiap sudut ruangan.

Hingga tanpa sengaja dia melihat sosok yang dia incar selama ini. Debora sedikit menarik jas Alexander dan berbisik.

"Itu mangsaku, ayo kita kesana!" ajak Debora.

Sudut mata Alexander mencuri pandang dengan orang yang di maksud Debora. Hanya suara decihan yang terdengar.

"Astaga, seleramu rendah sekali. Apa kau tidak bisa mencari suami yang lebih berkelas sedikit?" kekeh Alexander.

Debora hanya berdecih kesal. Kalau dia bisa memilih takdir, pasti dia tidak akan memilih pria dengan mental tempe dan mata yang jelalatan seperti itu.

"Tutup mulutmu itu! Setidaknya aku masih normal." Debora tidak mau kalah.

"Apa?" Alexander menatap lekat manik mata coklat yang saat ini menatapnya.

Karena perseteruan mereka. Mereka sampai tidak sadar ada dua orang yang melangkah mendekat. Orang tersebut masih menatap lekat seorang wanita yang berdiri di samping Alexander.

Padahal media mengatakan dia terciduk sedang menginap di kamar hotel dengan seorang pria dalam keadaan polos. Banyak orang yang mempertanyakan kebenaran ini.

Meskipun dia memiliki perusahaan gurita, tetap saja masalah ini berdampak besar pada popularitasnya.

Kemudian siapa wanita ini? Di lihat dari penampilannya, dia bukanlah orang sembarangan. Banyak barang dengan brand ternama yang membalut tubuhnya.

"Tuan Alexander," sapa seseorang yang mendekat.

Mata Debora terbelalak, dia tidak percaya mangsanya akan datang secepat ini. Dia segera mempererat pelukannya pada Alex.

"Halo, dengan siapa?" Alex membalas ramah dan mengulurkan tangannya.

Meskipun dia sangat jijik bersentuhan dengan orang lain. Tetap saja saat ini dia harus merubah opini publik tentang dirinya.

"Daniel Anderson, pemilik DNG grup," ucap Daniel menjabat tangan Alex.

"Ini istriku, Elena." Daniel memperkenalkan.

"Wow istrimu luar biasa, kenalkan ini istriku Debora," ucap Alexander melempar tatapan penuh cinta ke istrinya, lebih tepatnya istri sesaat nya.

'Apa! Debora?'