Obat bius
Debora menghempaskan tubuh lelahnya di sofa, segudang tugas sudah di kerjakan dengan baik siang ini. Sekarang giliran tubuhnya beristirahat.
Deborah merenggangkan otot-ototnya yang kaku. Sekitar 4 jam dia melakukan pemotretan dengan pesona yang dia tebarkan. Film terbarunya akan segera terbit dan perlu banyak persiapan untuk mempersiapkan semua.
Stevi datang membawa dua buah nasi kotak dan satu gelas es teh. Melihat ini semua mata Debora berbinar. Ini adalah alasan mengapa dia di sukai banyak orang. Dia terlalu sederhana dan blak-blakan.
"Apakah kau lapar Sayang?" tanya Stevi meledek.
Tentu cacing-cacing di perutnya mulai meronta-ronta. Bayangkan saja, dia hanya makan malam hari dan pagi harinya harus sport jantung. Karena Kakak managernya ini.
Untung saja Stevi tidak melihat semuanya, dia tidak bisa membayangkan bagaimana kalau dia tau kondisi kakaknya. Apa yang harus dia katakan padanya?
"Kok ngelamun? Jangan-jangan ... kalian semalam ..." Stevi memicing dan menaruh tatapan curiga pada wanita cantik yang duduk di hadapannya.
"Tidak ada yang terjadi, Kakakmu itu gi ..." Debora sadar, hampir saja dia keceplosan.
"Maksudku, dia sangat lelah semalam. Jadi kami langsung istirahat di hotel," sahut Debora menjelaskan ucapan sebelumnya.
Tak ada jawaban, Stevi masih menatap lekat Debora dengan mata memicing. Alisnya terangkat sebelah, menandakan kalau dia tidak percaya dengan ucapan kakak iparnya ini.
"Apa lagi? Kami tidak melakukan hal yang aneh kan. Bukankah wajar kalau Alex lelah, dia punya banyak perusahaan dan harus lompat sana-sini," Debora melempar pandangan ke arah lain.
"Kakakku yang perkasa tidak mungkin sesederhana itu, pasti kau melewatkan scene lain," ucap Stevi penasaran.
"Tidak ada apapun! Kami hanya istirahat." Debora menekan kalimatnya.
"Lalu kenapa tidak pulang? Pasti kalian tidak mau scene panas itu terdengar Mama dan Papa kan ..." Stevi mulai menahan tawanya.
"Stevi, sudah cukup. Ayo kita makan dan pulang!" Debora menghentikan perdebatan yang tak berujung ini.
Stevi sangat bahagia bisa menjodohkan kakaknya dann Debora. Dia merasa satu server dengan wanita cantik di hadapannya.
Masalah mengapa Stevi tau kalau Alex lebih garang di ranjang adalah, dia pernah dekat dengan seorang yang amat di cintai kakaknya dulu.
Namun sayangnya orang itu menghilang di telan bumi. Dan sejak saat itu kakaknya menjadi pendiam dan jarang sekali menjalin hubungan dengan lawan jenis.
"Baiklah Kakak, ini makananmu. Setelah ini kita harus ke Tuan Michael dulu." Stevi menyodorkan sebuah nasi kotak dan segelas es teh.
"Astaga, apa lagi?" Debora lelah.
Seharian dia sangat lelah, dia kira ini sudah akhir. Ternyata masih harus ada lagi.
"Film barumu sudah selesai, dia menawarkan kontrak film baru. Bukankah ini membahagiakan?" ucap Stevi bersemangat.
"Aku sudah seperti kerja rodi saat bersamamu," kekeh Debora.
"Lihatlah, siapa yang bilang kalau dia ingin sukses dan banyak uang tanpa membawa nama Vernandes." Stevi memutar bola matanya.
"Baiklah aku kalah, setelah ini kita kerumah Tuan Michael. Dan lihat berapa dolar uang yang akan dia berikan padaku," ucap Debora sambil menguap sesendok nasi ke dalam mulutnya.
Keduanya menikmati makanan mereka dan dia selingi canda tawa.
Di tempat berbeda ada seorang dokter yang sedang fokus mengobati seorang pria. Buliran keringat sebesar biji jagung menghiasi keningnya.
Tubuhnya menggigil seolah dirinya saat ini ada di hamparan salju. Beberapa orang di sekitar mereka menampakkan wajah khawatir.
Bos mereka tidak pernah bereaksi seperti ini bahkan pada racun sekalipun. Semalam dirinya hanya terkena peluru dan itu sudah di tangani oleh dokter.
Tidak mungkin wanita itu berniat mencelakai suaminya kan?
"Saya tidak bisa memastikan obat apa yang masuk ke tubuh Tuan Alex, yang jelas ini bukanlah obat biasa." Dokter melepas kacamatanya dan menatap beberapa orang yang berdiri berjejer.
"Apakah Tuan akan sembuh?" tanya salah satu pria kekar yang berdiri tak jauh dari dokter.
Dokter menampakkan wajah yang tidak enak di lihat. Hal ini membuat orang-orang itu lebih khawatir.
"Katakan apa yang terjadi pada Tuan kami," sesak orang tersebut.
"Saya tidak tau pasti, sepertinya ini adalah racun, tapi dosis dan kandungannya lebih kuat dari yang selama ini menyerang tubuh Tuan." Sang dokter mengatakan hal yang sebenarnya.
Sesungguhnya dia juga tidak tau racun apa yang menyerang tubuh Alex, biasanya dengan mudah dia bangkit dari beberapa luka dalam.
"Saya akan meracik obat yang tepat untuknya, untuk sementara ini jaga Tuan agar tidak banyak bergerak. Saya belum tau pasti bagaimana reaksi racun itu, Saya hanya tidak mau racun itu menyebar dengan cepat." Dokter tersebut mulai merapikan semua alat media nya dan melangkah pergi.
Di tempat yang berbeda, tepat di tengah hutan lebat. Terdapat rombongan orang dengan tubuh yang cukup kekar.
"Selidiki dia, cari tau di mana titik kelemahan pria arogan itu!"