Pertahanan diri yang runtuh
Di tengah kekacauan perasaan Ayu yang semakin memuncak, Abdul justru tersenyum lebar penuh kemenangan. Senyuman itu seolah menyayat hati Ayu hingga jantungnya berdegup semakin kencang. Abdul dengan sangat berani dan penuh percaya diri mulai melepas satu persatu pakaian yang melekat pada tubuhnya, seolah ingin menunjukkan kekuasaannya atas situasi ini.
Ayu tak kuasa melihat aksi Abdul yang semakin nekat. Dengan segenap kekuatan yang ada, ia menutup matanya erat-erat, berusaha menghindar dari pandangan yang membuat hatinya semakin terluka. Namun, di balik kelopak matanya yang tertutup rapat, Ayu tetap merasakan ketakutan yang menyelimuti dirinya, semakin terpukul oleh perasaan tak berdaya menghadapi pria yang kini semakin menunjukkan dominasinya.
Ayu merasa gelisah, pikirannya terus menerawang pada sosok Abdul yang begitu mengejutkan dan menakutkan. Segala rasa malu yang ada di dalam dirinya hilang seketika saat Abdul menarik tubuhnya hingga berdiri. Dalam posisi tersebut, tubuh Ayu dibalikkan sehingga menghadap dinding yang telah menjadi saksi bisu berbagai kisah sunyi yang tersimpan di sudut ruangan itu.
Wajah Ayu tampak pucat, tangannya bergetar ketakutan. Matanya menatap nanar pada dinding tersebut, seolah mencari dukungan dari sana. Abdul yang melihat keadaan Ayu, tersenyum sinis dan menatap tajam ke arahnya.
"Jangan berpikir kamu bisa lari dari kenyataan ini, Ayu," ucap Abdul dengan nada mengancam.
Ayu menunduk, merasa tak berdaya di hadapan sosok menyeramkan itu. Namun, di dalam hatinya berkobar keinginan untuk melawan dan melepaskan diri dari situasi yang mencekiknya ini.
Ayu berdiri dengan tubuh gemetar, ketakutan dan panik melihat Abdul yang mulai melancarkan niat jahatnya. Dia merasakan pakaian bawahnya yang tiba-tiba ditarik ke bawah hingga mencapai lutut, membuatnya nyaris tak bisa bergerak. Kejadian itu berlangsung begitu cepat, sehingga Ayu merasa bingung dan kalut, tak tahu harus berbuat apa untuk menghentikan Abdul.
"S-stop, " teriak Ayu dengan suara yang tercekat oleh rasa takut.
Wajahnya memerah, mencerminkan kebingungan dan malu yang menyelimuti hatinya. Namun, Abdul tampak tidak bergeming dan justru tersenyum miring, menatap Ayu dengan penuh nafsu. Ayu merasa tubuhnya lemas, pikirannya berkecamuk mencari cara untuk melepaskan diri dari situasi yang mengerikan ini.
Namun, ketakutannya semakin memburuk saat Abdul mulai mendekat, menunjukkan bahwa dia tidak berniat menghentikan tindakannya. Dia berusaha mendorong tubuh Abdul yang kuat, tetapi upaya itu sia-sia.
"Ayah, jangan!" Ayu memohon dengan air mata yang mulai menggenang di pelupuk matanya, berharap Abdul akan menyadari kesalahannya dan berhenti.
Namun, ternyata harapan itu hanyalah ilusi semata. Ketika Abdul terus berusaha mendekat, Ayu pun menutup matanya erat-erat, mencoba mengumpulkan keberanian untuk melawan dan meloloskan diri dari cengkeraman nafsu Abdul yang semakin memuncak.
"Sayang... Akhirnya waktunya pun tiba..." Abdul membisik mesra di telinga Ayu.
"Arrrghhhhhhhhhh, huaaaaaa!" teriak Ayu dengan lantang, namun tubuhnya seperti seketika lemas tak berdaya. Ia merasakan sakit, ketika Abdul langsung memulainya.
"Ohhg, rasanya benar-benar membuatku gila Nona !" gumam Abdul dengan suara pelan, penuh kehangatan dan ketulusan, saat ia mulai melahirkan kebahagiaan bersama yang baru dalam hidupnya.
Meski awalnya Ayu terkesan menolak dan enggan melakukannya, namun perlahan ia mulai merasakan makna kebahagiaan yang sesungguhnya dalam hidupnya.
Seolah-olah tiap momen baru yang tercipta adalah hadiah terindah yang pernah dia dapatkan.
"Ohhh, jadi seperti ini? Ternyata memang benar apa yang dikatakan Claudia, ukuran itu memang menjamin semuanya," gumam Ayu dalam hati, teringat pesan dari temannya. Kini, Ayu tahu mengapa temannya itu menegaskan hal tersebut padanya.
"Hentikan, berhentilah, plisssss.....Hentikan !" Pinta Ayu.
Dentuman demi dentuman, Abdul mulai menghantarkan ritme asmara yang dinamis, keduanya melenggok dengan gerakan berbeda, penolakan dan keinginan namun satu tujuan.
"Yesss. Saya tahu kamu menyukainya, benar kan?" ucap Abdul yang membuat Ayu terbakar amarah.
"Tidak mungkin! Mana mungkin aku menyukai ini, ugghhhhhh!" timpal Ayu penuh amarah.
Tapi tak lama kemudian, Ayu pasrah akan keadaan, iapun juga tak mampu memungkiri apa yang di rasakannya.
"Lakukanlah, tapi ini terakhir kalinya!" seru Ayu dengan suara parau, lalu dia pun memejamkan matanya dan melonggarkan tubuhnya yang tadinya tegang.
Abdul seolah mendapatkan lampu hijau untuk lebih bersemangat lagi, dan bisa segera melanjutkan gerakan sesuai keinginannya.
Entah karena nafsu birahinya yang sudah terlanjur tinggi atau terkena hipnotis lelaki tua itu, Ayu tiba-tiba mengangguk setuju. Iapun lalu melemaskan pertahanan tubuhnya.
"Naaah, gitu dong!" seru Abdul penuh semangat, lalu segera meraih tangan Ayu untuk membantunya berdiri.
Mereka berjalan menuju meja rias, dan Abdul memposisikan Ayu dengan posisi menungging. Abdul mulai menciumi tengkuk Ayu dengan nafas yang terasa penuh hasrat, sambil perlahan melepas satu persatu pakaian yang menutupi tubuh Ayu.
"Dadamu benar-benar indah, sekal, kenyal, dan lembut," puji Abdul terengah-engah.
Perlahan tangan Abdul menjelajahi tubuh Ayu, dari lembutnya dadanya, turun ke perut, hingga mencapai bagian inti Ayu dari belakang.
"Yah, pelan, ohhh!" desah Ayu.
Nafsu Abdul sudah memuncak, ia segera mendekatkan pinggulnya dan mulai menempatkan kepala keperkasaannya yang sudah berkedut pada lembah milik Ayu.
"Sesak banget, yah... Ssssakit…" Ayu mendesis lemah ketika ia merasakan kepala keperkasaan Abdul yang cukup besar mulai memasuki lembahnya.
Ayu menghela nafas panjang, merasa kesakitan akibat benda tumpul itu menyentuhnya. Ayu ingin menangis, namun sebuah perasaan yang datang dari bagian dalam dirinya memberinya dorongan untuk menerima hal tersebut.
Perlahan, Ayu merasakan sebuah perasaan yang tidak pernah ia alami sebelumnya menghampirinya, membuat setiap inci syarafnya merasa nikmat. Dalam kebingungan dan ketakutan, Ayu menahan rasa sakit sambil menggigit bibir bawahnya.
"Uuuuggghhh… Ayah… Sakit… Ssshh… Ampun!" desahnya.
Ayu merasa takjub, sambil terus mencoba menerima dan menikmati perasaan yang makin lama semakin kuat merasuk ke dalam tubuhnya.
"Sttt…. Udah-udah… Kamu diam dan nikmatin saja ya !" cetus Abdul yang kesulitan melesakkan miliknya.
Sementara Ayu begitu merasakan kepala milik Abdul mulai memaksa masuk kedalam miliknya, membuka lebar mulut celah kewanitaannya hingga batas terlebarnya.
Tak beberapa lama kemudian, batang Abdul berhasil amblas seluruhnya ke dalam liang kenikmatan Ayu.
"Ooooogggg, mentokkkkk, ouuuwhhhh, " kata Ayu sambil meredam rasa sakit yang ia rasakan.
Melihat tubuh Ayu yang masih tegang karena dimasuki benda miliknya, Abdul tak buru-buru langsung menggoyangkannya. Ia membiarkan Ayu untuk dapat menikmati kebesaran batangnya.
Setelah merasakan tubuh Ayu mulai rileks dan mau menerima benda asing yang baru saja melesak, Abdul mulai mempercepat gerakan pinggulnya, mendorong benda miliknya semakin dalam ke dalam lembah yang basah milik Ayu.
"Ahhh, legit banget Yu, ohhh, aaahh, nikmatnya," desahan Abdul menggema di kamar itu.
Ayu, yang awalnya merasa canggung dan ragu, kini mulai terbawa suasana. Ia mendesah pelan, mencoba menikmati setiap sentuhan dan gerakan Abdul yang semakin liar dan perkasa.