Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

Bab 3 Salah Sangka

Bab 3 Salah Sangka

“Tidak! Aku tidak setuju!”

Giovanno Valery Lyxn menolak keras-keras rencana ayahnya yang berencana menikahkan dirinya dengan seoranggadis yang bahkan tidak ia kenal.

“Aku punya hidupku sendiri, Ayah. Lagi pula aku punya kekasih,” bantah pria itu.

“Putuslah dengan kekasihmu, Giovanno. Turuti kata-kata ayahmu,” ujar wanita muda di sisi ayahnya. Nada bicaranya selalu lembut, tapi menusuk-nusuk telinganya. Giovanno menatap ibu tirinya yang beralih memeluk lengan ayahnya. Kedua tangannya mengepal kuat-kuat.

“Ayah tidak mau dengar penolakan lagi.” Tatapan tajam Giovanno berpindah pada ayahnya, Reynold Lyxn. Pria tua yang memiliki rahang tegas itu kembali berkata, “Persiapkan dirimu. Lusa kau akan bertemu calon istrimu dan kita langsung bicarakan tanggal pernikahannya.”

Giovanno tentu saja tidak bisa serta-merta menerima rencana itu. “Ayah—“

“—Kau tidak dengar apa kata ayahmu tadi, Giovanno?” sergah ibu tirinya. Paras anggunnya terasa mencerca dirinya.

Giovanno dan wanita yang dipanggil Lucia itu lantas saling beradu tatap begitu tajam.

“Biarkan dia, Lucia,” lirih Tuan Reynold pada istrinya. Pria itu lantas beralih menatap putranya.

“Kita akhiri pembicaraan ini. Lebih baik kau persiapkan dirimu, Gio.” Tuan Reynold menepuk bahu putranya itu dua kali. Seketika itu, pandangannya melirik ayahnya yang berlalu dengan Lucia yang tersenyum tipis padanya.

Wanita itu selalu berlagak paling tahu apa yang harus dilakukan di sisi ayahnya itu.

Sepeninggalan ayah dan ibu tirinya, Giovanno mengarahkan tinju ke udara.

“Berengsek! Apa-apaan mereka itu?!”desis Gio. Ia mengempaskan punggungnya ke sofa dan beralih memijat pelipisnya perlahan.

Giovanno tak pernah menyangka ayahnya akan merencanakan pernikahan untuk dirinya. Perempuan macam apa yang akan menikah dengannya? Ia lantas teringat pada kekasihnya. Bagaimana mungkin ia menikah dan memiliki kekasih sekaligus? Ia tidak bisa menerima rencana pernikahan ini.

***

Rencana menikah dengan seorang pria tua yang terkenal kejam itu sungguh-sungguh membuat Akira kepikiran. Bagaimana nanti dirinya tinggal di rumah Tuan Reynold? Apa iya, ia akan tinggal di sana? Satu atap dengan istri Tuan Reynold?

Atau ... mungkin Tuan Reynold akan mengurung dirinya di sebuah tempat yang tidak diketahui oleh istrinya yang cantik itu? Tidak mungkin, 'kan, mereka tinggal satu atap? Lantas ... bagaimana nanti setelah dirinya tidak lagi dibutuhkan sebagai istri simpanan? Istri simpanan itu ‘kan pandangannya selalu buruk di mata orang lain. Apa setelahnya dia akan dibuang?

Akira menggeleng. Ia tidak sanggup membayangkan hidupnya setelah ini.

“Bau apa, ini?”

Shella menekan hidungnya. Ia bangun dari kursi santainya dan melempar majalah fesyennya. Cuping hidungnya terus berkedut dan berusaha untuk mencari dari mana aroma terbakar itu berasal hingga akhirnya menemukan Akira sedang melamun di depan pakaian yang tertindih setrika.

“AKIRAAA!!”

Shella beranjak dan lekas-lekas menjenggut rambut gadis itu. Akira sontak terkejut dan merintih kesakitan.

“Hei, kau ini apa mau jadi anak buta juga, hah?! Lihat!” Shella menunjuk pada pakaian yang tertindih setrika di sana. “Itu gaunku terbakar, bodoh!”

Shella mendorong kepala Akira dengan kasar dan lekas-lekas mengangkat setrika yang menindih gaun kegemarannya. Seketika itu ia menjerit.

“Aah! Gaunkuuu!” Wajah Shella terlihat sedih dan kesal melihat gaunnya yang bentuknya sudah tidak menarik lagi.

Akira yang menyadari kesalahannya langsung meminta maaf. Ia menggerakkan tangan kanannya pada paras dada dengan satu putaran arah jam.

“Maaf.”

Shella mendelik padanya dan melemparkan gaun itu pada Akira.

“Hei, kau mau buat aku darah tinggi terus-menerus, ya?!”

Akira hanya terdiam saat dimarahi begitu. Shella yang kesal lantaran tidak digubris Akira sontak menarik paksa lengan gadis itu.

“Atau kau ingin merasakan panas setrika ini, hah?!”

Akira menggeleng kuat-kuat. Ia kembali meminta maaf dengan gerakan berulang-ulang.

Shella menyentak setrika itu di tempat semula. Ia lantas menggerakkan kedua tangannya di dekat wajah Akira dengan gemas. “Huuh! Rasanya aku ingin sekali mencakar wajahmu!” Akira menunduk.

“Meskipun kau ini tuli,tapi kau adalah aset keluarga ini. Hidupmu ini Akira ...bisa dikatakan sangat beruntung sekali. Bersyukurlah wajahmu cantik, Tuan Reynold tertarik padamu,” seru Shella, menekan-nekan pelipis Akira dengan telunjuk. Akira menunduk dalam-dalam.

“Kali ini kau lolos. Bereskan semua itu! Buang gaunku. Tapi, ingat!” Shella mengangkat dagu Akira. Gadis itu menatap ibu angkatnya. Shella tersenyum lebar padanya.

“Camkan ini, Akira Sayang ...,” lirih Shella. Akira membaca gerak bibir ibunya yang selalu menekan dan lebar-lebar untuk membuat dirinya mengerti.

“A-NAK BA-IK HA-RUS BA-LAS BU-DI!”

“Kau mengerti?!”

Akira paham soal itu. Orang tua angkatnya tentu tidak akan melepaskan dirinya begitu saja setelah menikah.

Gadis itu mengangguk perlahan. Shella melepaskan Akira dan menendang gaunnya.

“Aku akan minta uang padamu nanti untuk mengganti gaunku. Tuan Reynold ‘kan kaya raya.” Wanita itu meninggalkan Akira yang tertunduk menatap gaun berlubang itu di dekat kakinya. Ia bertanya-tanya tentang nasibnya akankah seperti gaun itu juga? Cacat dan terbuang.

***

Ferdian menghadap atasannya, Tuan Reynold di ruangan. Ia cukup percaya diri untuk bertemu dengan Tuan Reynold. Setelah beberapa waktu selalu menunduk dalam-dalam karena masalah utangnya yang tak kunjung lunas, kini ia tersenyum lebar membuka pintu.

“Anda memanggil saya, Tuan?” seru Ferdian, menatap pria tua berkumis tebal itu.

“Tolong kau persiapkan meeting dan urus dokumen ini. Ada beberapa hal yang masih ganjil. Kita harus bahas ini lebih detail nanti.”

Mendengar hal itu, Ferdian mengangguk takzim. “Baik, Tuan. Akan segera saya urus.” Ia mengambil beberapa dokumen yang diangsurkan oleh Tuan Reynold. Namun, Ferdian tidak lekas beranjak dari sana. Ia berdeham sejenak lalu meminta maaf.

Tuan Reynold yang mengetahui gelagat itu lantas mengangkat kedua alisnya. Ia beralih merebahkan punggung—bersandar di kursi sembari menatap Ferdian lurus-lurus.

“Ada apa?” seru Tuan Reynold.

Ferdian tersenyum kecil.

“Ehm ... maaf, Tuan.” Ferdian bicara begitu hati-hati. “Mengenai pembicaraan kita kemarin ... apakah benar utang saya bisa terlunasi, Tuan?”

Tuan Reynold mengangguk. “Tentu, tapi kau harus ingat syaratnya.”

Ferdian mengangguk dengan wajah semringah. “Tentu saja, Tuan. Saya juga sudah bicara dengan Akira, dia mau menikah dengan Tuan.”

Tatapan Tuan Reynold sontak membeliak lebar-lebar. Punggungnya menegak.

“Siapa yang mau menikah dengan anakmu, Ferdian?!”pekik Tuan Reynold, membuat Ferdian menunduk dalam-dalam.

Ia terkejut bukan main mendengar Tuan Reynold menyanggah kalimatnya. Apa ia salah bicara tadi? Jelas-jelas kemarin Tuan Reynold datang ke rumahnya dan meminta Akira untuk jadi pengantin.

“Ma-maaf Tuan .... Bukankah ... Tuan Reynold kemarin datang untuk meminta putri saya, Akira menikah dengan Tuan?” tanya Ferdian, kembali memastikan apakah dirinya yang salah menerka.

Tuan Reynold menghela napas kasar lalu kembali menatapnya. Sungguh, Ferdian tak bisa menatapnya lama-lama. Sepertinya Tuan Reynold marah sekali usai dirinya berucap begitu tadi.

“Ferdian, kau pikir aku pria yang seperti itu?? Aku tidak pernah mengatakan bahwa akan menikahi Akira!”

Ferdian kembali menunduk dalam-dalam. “Maafkan saya, Tuan. Saya salah mengira.”

“Pikir dulu kalau bicara! Aku masih mencintai istriku, Ferdian. Tidak mungkin aku menikahi putrimu.”

Ferdian mengutuk pikiran dan mulutnya. Telinganya berdenging terus-menerus mendengar pekikan Tuan Reynold. Ia benar-benar dalam masalah!

“Maafkan saya, Tuan.” Ia kembali meminta maaf.

“Di mana pikiranmu, Ferdian?! Bisa-bisanya kau mengira aku akan menikah dengan putrimu?!”

“Maafkan saya, Tuan. Saya benar-benar minta maaf.”

Tuan Reynold lantas menghela napas berat. Dengan hati-hati, Ferdian kembali melirik Tuan Reynold yang kini kembali bersandar.

“Lalu ... jika bukan dengan Tuan, dengan siapa Akira akan menikah?”

“Tentu saja dengan putraku,” seru Tuan Reynold.

Ferdinan sontak mengangkat wajahnya. Matanya menatap Tuan Reynold tak percaya. Kabar ini terdengar lebih mengejutkan. Putra Tuan Reynold? Giovanno Valery Lyxn yang tampan dan dingin itu? Apakah mungkin pria muda yang tampan itu mau menikahi putri angkatnya, Akira yang cacat begitu?

“Aku minta padamu untuk mempersiapkan Akira dengan baik, Ferdian. Datanglah besok malam ke rumahku, kita akan bicarakan tentang pernikahan ini dan menentukan tanggalnya sesegera mungkin,” seru Tuan Reynold.

Ferdian lekas-lekas mengangguk. Ia tidak butuh banyak berpikir lagi.

***

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel