Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

4). Penasaran

‘’Gak apa-apa mbak, panggil aja aku Alek lagian umurku baru dua puluh tahun kok.’’ ujar Alek.

‘’Jadi kenapa mbak ngeliatin aku terus?’’ Alek kembali bertanya dengan polosnya.

‘’Huft....’’ Meli menghembuskan nafas kasar namun pelan.

Sejenak wanita itu diam lalu menggeser duduknya mendekat ke arah Alek, membuat pemuda itu nampak bingung dan gelisah.

‘’Maaf ya, jujur wajah kamu itu mirip dengan keponakanku anak dari kakak aku yang tinggal di desa, walaupun kami saudara tapi beda ibu. Akan tetapi hubungan kami sangat baik, tapi aku sudah lama hilang kontak sama mereka dan aku gak tau gimana kabar kakak aku sekarang.’’ Ucap Meli menjelaskan dengan suara sendu.

‘’Kalau begitu tinggal cari aja mbak ke desanya, siapa tau mereka juga kangen sama mbak.’’ Ususl Alek.

‘’Itu masalahnya, semenjak aku nikah ternyata mereka sudah pindah, aku juga gak tau mereka pindah kemana’’ kata Meli dengan nada sedih.

‘’Coba aja hubungi mereka lewat telefon, kali aja nomornya masih aktif’’ kata Alek berpendapat.

‘’Dulu awal aku menikah kami masih sering komunikasi, terus tak lama kemudian ponselku hilang, jadi sekarang aku tak punya nomor mereka.’’ Balas Meli.

Mendengar penuturan Meli sejenak Alek terdiam sambil berfikir, ia juga bingung hendak ngomong apa lagi.

‘’Mas Alek asli mana? Kayaknya bukan asli orang sini ya?’’ Meli berusaha tak larut dalam kesedihan, ia mengalihkan pembicaraan.

‘’Aku dari desa mbak, ke sini merantau untuk mengadu nasib..’’ jawab Alek seadanya.

‘’Oh..berarti orang tuamu masih ada ya di desa?’’ ucap Meli bertanya lagi.

Kini giliran Alek yang raut wajahnya nampak sedih seperti hendak menangis, dengan suara sedikit gemetar dan lirih lalu Alek menjawab.

‘’Orang tua aku sudah meninggal mbak, sekarang aku sebatang kara makanya aku nekat pergi merantau ke kota..’’ ucap Alek dengan suara sedih.

Mendengar ucapan Alek, wanita itu merasa tak enak hati karena tanpa sengaja ia mengajukan pertanyaan yang mengungkit masa lalunya Alek hingga pemuda itu nampak murung dan sedih.

‘’Kamu yang sabar ya, semua itu udah takdir. Jadi kamu harus bisa mengikhlaskan kepergian mereka..’’ ucap Meli berusaha menenangkan Alek sambil mengelus pundak pemuda tersebut.

‘’Kalau kamu mau, kamu boleh anggap aku sebagai kakak oke...’’ Meli mencoba menghibur Alek agar pemuda itu tidak sedih.

Alek kemudian mengakat kepalanya mendongak, lalu menoleh menatap wajah Meli yang sedang tersenyum.

‘’Kenapa?’’ tanya Meli.

‘’Terlalu muda ya, kalau gitu panggil aja tante deh..’’ ucap Meli sambil terkekeh dengan senyuman yang menawan.

‘’Tante ketemu gede dong ‘’ kata Alek lalu mereka tertawa bersama.

‘’Eh aku lupa kalau aplikasiku masih online..’’ kata Alek yang teringat denan ponselnya.

Alek merogoh ke saku celana dan mengambil ponselnya untuk melihat aplikasi ojol yang masih online.

‘’Hah...pantas aja dari tadi gak bunyi? Ternyata data selulernya mati..’’ ucap Alek lalu menyalakan data internet dan setelah itu ia menonaktifkan aplikasi ojolnya.

Meli yang sedari tadi hanya mengamati, ia nampak tersentak kaget saat melihat foto orang yang sangat ia kenal di ponselnya Alek.

‘’Alek..!’’ ucap Meli kaget.

‘’Ini foto siapa..?’’ tanya Meli dengan suara bergetar.

‘’Ini foto orang tua saya mbak’’ balas Alek yang merasa heran terhadap Meli.

‘’Astaga...jadi....kamu Alek keponakan aku..’’ kata Meli.

Seketika Meli langsung memeluk erat tubuh Alek, tangisnya pun pecah setelah tau bahwa pemuda itu adalah keponakannya sendiri yang sudah lama ia cari.

Alek yang masih belum mengerti apa maksud dari ucapan Meli, ia hanya diam saja tanpa bicara apapun.

BERSAMBUNG...

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel