Bab 6: Pertarungan yang Tak Dapat Dihindari
Di dalam aula utama kediaman keluarga Zhang, ketegangan telah mencapai puncaknya. Luo Feng berdiri dengan tenang, meskipun dia bisa merasakan tekanan energi yang mulai meningkat di sekitarnya. Zhang Tao dan Zhang Rui telah menunjukkan niat mereka yang sebenarnya, dan Luo Feng tahu bahwa kata-kata tidak lagi cukup untuk menyelesaikan masalah ini.
Zhang Tao berdiri dari kursinya, wajahnya tenang namun penuh ancaman. “Luo Feng, aku telah memberimu kesempatan untuk bekerja sama. Tapi kau memilih jalan yang sulit. Sangat disayangkan bahwa aku harus mengambil tindakan ini.”
Dengan isyarat kecil dari Zhang Tao, empat pria berpakaian hitam tiba-tiba muncul dari sudut ruangan. Mereka adalah pengawal pribadi keluarga Zhang, masing-masing berada di Ranah Inti Energi tingkat akhir. Aura mereka yang tajam memenuhi ruangan, mengurung Luo Feng seperti seekor binatang dalam sangkar.
Zhang Rui berdiri dengan ekspresi puas di wajahnya. “Sekarang, mari kita lihat seberapa jauh kepintaranmu bisa membawamu, Luo Feng! Kau tidak akan keluar dari sini hidup-hidup!”
Luo Feng tetap berdiri tenang, bahkan ketika empat pria itu mulai mengelilinginya. Dia menarik napas dalam, menenangkan pikirannya. “Zhang Tao, aku menghargai bahwa kau setidaknya berusaha terlihat masuk akal. Tapi tindakan ini membuktikan bahwa keluarga Zhang hanya bisa bertahan dengan cara-cara licik.”
Zhang Tao tidak menanggapi ejekan itu, hanya memberi isyarat kepada pengawalnya untuk mulai bergerak.
“Bunuh dia!” Zhang Rui memerintahkan dengan penuh amarah.
Keempat pria itu langsung bergerak, menyerang Luo Feng dengan kecepatan yang luar biasa. Energi dari serangan mereka terasa seperti gelombang badai, menghantam ke segala arah. Namun, pada saat yang sama, Luo Feng hanya mengangkat satu tangan, dan sebuah senyuman muncul di wajahnya.
“Jika kalian berpikir jumlah bisa mengalahkanku, kalian benar-benar meremehkanku.”
Dengan sebuah gerakan cepat, Luo Feng mengaktifkan kekuatan Ranah Bumi bintang dua yang selama ini ia sembunyikan. Energi yang luar biasa terpancar dari tubuhnya, menciptakan tekanan besar yang langsung mematahkan serangan pertama dari keempat pengawal itu.
BOOM!
Gelombang energi itu menghancurkan meja dan kursi di sekitarnya, membuat ruangan itu bergetar. Zhang Tao dan Zhang Rui terkejut, tidak menyangka bahwa Luo Feng menyembunyikan kekuatan sebesar itu.
“Ranah Bumi?! Tidak mungkin!” Zhang Rui berseru, matanya melebar penuh ketidakpercayaan.
Luo Feng melangkah maju dengan santai, wajahnya tetap tenang. “Aku sudah memberitahumu sebelumnya, Zhang Rui. Aku selalu dua langkah di depan kalian.”
Keempat pengawal itu tidak menyerah begitu saja. Mereka menyerang lagi, kali ini dengan strategi yang lebih terkoordinasi. Dua di antaranya mencoba menyerang dari depan, sementara dua lainnya mencoba menyerang dari belakang. Namun, Luo Feng tidak menunjukkan tanda-tanda gentar.
Dengan gerakan yang hampir mustahil dilihat oleh mata biasa, Luo Feng menghindari setiap serangan dengan mudah. Dia memanfaatkan kecepatannya yang luar biasa untuk bergerak seperti bayangan, dan dalam waktu singkat, dia telah melumpuhkan dua pengawal dengan serangan tepat ke titik vital mereka.
DUARR!
Tubuh dua pengawal itu terlempar ke dinding, tak sadarkan diri. Dua lainnya segera mundur, menyadari bahwa mereka bukan tandingan Luo Feng.
Zhang Tao menggertakkan giginya, ekspresinya menjadi gelap. “Luo Feng, kau benar-benar menyembunyikan taringmu dengan baik. Tapi jangan berpikir bahwa ini sudah berakhir!”
Dia mengeluarkan sebuah pedang panjang yang dipenuhi oleh energi merah gelap. Pedang itu memancarkan aura yang mengerikan, sebuah artefak tingkat tinggi yang dikenal sebagai Pedang Darah Naga. Zhang Tao memegang pedang itu dengan satu tangan, dan energi dari senjatanya membuat seluruh ruangan terasa seperti medan perang.
Luo Feng memandangi pedang itu tanpa rasa takut. Dia hanya menghela napas pelan. “Jadi, akhirnya kau menunjukkan senjatamu yang sebenarnya, Zhang Tao. Tapi senjata saja tidak akan cukup untuk mengalahkanku.”
Zhang Tao melangkah maju, aura pedangnya semakin intens. “Jangan terlalu percaya diri, bocah! Aku sudah bertarung melawan banyak lawan yang lebih kuat darimu. Kau hanyalah rintangan kecil dalam jalanku.”
Tanpa membuang waktu, Zhang Tao menyerang dengan kekuatan penuh. Pedang Darah Naga itu mengeluarkan gelombang energi merah yang besar, mengarah langsung ke Luo Feng. Serangan itu cukup kuat untuk menghancurkan ruangan, tetapi Luo Feng tetap berdiri di tempatnya, mempersiapkan serangannya sendiri.
“Teknik Petir Membelah Langit!”
Luo Feng mengangkat tangannya, dan energi petir biru mulai berkumpul di sekitarnya. Dalam sekejap, dia melepaskan serangan yang sangat dahsyat, menabrak gelombang energi merah dari pedang Zhang Tao.
BOOOOOMMM!
Ledakan besar mengguncang ruangan, menghancurkan dinding dan melemparkan Zhang Rui ke belakang. Zhang Tao terhuyung, namun dia berhasil menahan diri untuk tetap berdiri. Di sisi lain, Luo Feng tetap tidak terluka, berdiri dengan tenang di tengah puing-puing.
“Kau... kau monster!” Zhang Rui berteriak, wajahnya dipenuhi ketakutan.
Luo Feng menatapnya dengan dingin. “Aku sudah mencoba memberi kalian peringatan. Tapi kalian memaksa tanganku.”
Zhang Tao masih berdiri, meskipun tubuhnya mulai gemetar karena tekanan energi Luo Feng. Dia tahu bahwa pertempuran ini telah berakhir. Namun, dia tidak bisa menerima kekalahan begitu saja.
“Luo Feng... Ini belum selesai!” katanya dengan nada penuh dendam sebelum menghilang bersama Zhang Rui dan sisa pengawalnya.
Saat ruangan itu menjadi sunyi, Luo Feng menghela napas panjang. Dia tahu bahwa ini hanyalah awal dari konflik yang lebih besar. Keluarga Zhang tidak akan berhenti sampai mereka berhasil membalas kekalahan ini.
Namun, bagi Luo Feng, ini bukanlah sesuatu yang perlu ditakuti. Dia telah menunjukkan kekuatannya, dan dia siap menghadapi apapun yang akan datang selanjutnya.
“Zhang Tao, Zhang Rui... Jika kalian ingin bermain, aku akan menunjukkan pada kalian bagaimana permainan ini benar-benar dimainkan,” gumamnya, sebelum melangkah keluar dari reruntuhan aula. Malam itu, pertarungan pertama telah dimenangkan, tetapi perang besar baru saja dimulai.
Sebuah energi besar tiba-tiba muncul dari arah gerbang utama kediaman keluarga Zhang. Luo Feng menghentikan langkahnya, menoleh dengan tatapan tajam. Dari kegelapan malam, seorang pria paruh baya dengan aura luar biasa melangkah maju. Tubuhnya tegap, dan matanya bersinar tajam seperti bara api.
“Luo Feng,” suara pria itu berat dan penuh tekanan, “Aku mendengar bahwa kau telah melukai anggota keluargaku. Beraninya kau membuat keributan di tanah keluarga Zhang!”
Luo Feng mengenali pria itu. Dia adalah Zhang Heng, saudara Zhang Tao sekaligus salah satu ahli tertinggi keluarga Zhang. Kekuatan Zhang Heng berada di Ranah Bumi bintang dua, hampir tak tertandingi di lingkup klan.
“Zhang Heng,” jawab Luo Feng dengan tenang, “Mungkin kau datang untuk membela kehormatan keluargamu, tetapi sebelum kau bertindak, aku sarankan kau mendengar alasanku.”
Namun, Zhang Heng tidak menunjukkan tanda-tanda tertarik mendengarkan. Dia mengangkat tangannya, dan sebuah tombak besar dengan ukiran naga muncul di genggamannya. Tombak itu adalah Tombak Naga Perak, sebuah senjata suci keluarga Zhang yang membawa energi yang menggetarkan tanah di bawahnya.
“Kau sudah terlalu jauh, bocah! Tidak perlu alasan darimu. Malam ini, kau akan mati di sini!”
Luo Feng menghela napas panjang. “Aku sudah memperingatkan Zhang Rui dan Zhang Tao sebelumnya. Mengapa kalian semua selalu memilih jalan yang keras kepala?”
Zhang Heng tidak membuang waktu. Dia menyerang dengan kecepatan yang luar biasa, tombaknya meluncur seperti kilatan cahaya. Energi yang terpancar dari senjatanya membuat tanah retak dan udara di sekitar menjadi panas.
Namun, Luo Feng tidak mundur. Dengan langkah tenang, dia mengangkat tangannya. Energi biru yang menggumpal di sekitarnya tiba-tiba menyala terang, membentuk perisai petir yang menghadang serangan Zhang Heng.
BOOOM!
Tabrakan antara energi petir dan energi tombak menghasilkan ledakan besar yang membuat tanah di sekitarnya berguncang. Zhang Heng mundur beberapa langkah, matanya menyipit penuh kewaspadaan.
“Kekuatanmu… tidak biasa untuk seseorang seusiamu,” gumam Zhang Heng, meskipun suaranya masih penuh dengan ancaman.
“Kau baru menyadarinya sekarang?” balas Luo Feng dengan nada mengejek.
Zhang Heng menggeram, lalu mengayunkan tombaknya lagi. Kali ini, dia menggunakan kekuatan penuhnya. Tombaknya menciptakan gelombang energi perak yang besar, menyerang Luo Feng dari segala arah. Namun, Luo Feng tidak menunjukkan tanda-tanda gentar.
“Jika kau berpikir kekuatan brute force cukup untuk mengalahkanku, maka kau terlalu meremehkan lawanmu.”
Luo Feng menggerakkan tubuhnya dengan cepat, menghindari serangan tersebut sambil mengumpulkan energi petir di tangannya. Dia melompat ke udara, dan sebuah petir biru raksasa terbentuk di atasnya.
“Teknik Petir Membelah Langit!”
Petir itu meluncur ke arah Zhang Heng dengan kecepatan luar biasa, menghantam gelombang energi peraknya.
DUARRR!
Ledakan itu lebih besar dari sebelumnya, membuat tanah di sekitar mereka berlubang. Zhang Heng terlempar mundur, tetapi dia berhasil menstabilkan dirinya dengan menginjakkan tombaknya ke tanah.
“Aku akui, kau berbakat,” kata Zhang Heng, wajahnya mulai berkeringat. “Tetapi bakat saja tidak cukup untuk mengalahkan pengalaman.”
Dia melompat ke depan, menyerang Luo Feng dengan serangkaian gerakan yang sangat terkoordinasi. Tombaknya bergerak seperti naga yang menari di udara, menyerang Luo Feng dari sudut-sudut yang sulit diprediksi.
Luo Feng, meskipun tampak tertekan, berhasil menahan setiap serangan dengan pergerakan yang gesit dan teknik bertahan yang luar biasa. Namun, dia mulai merasakan tekanan dari perbedaan pengalaman mereka.
“Kau kuat, Zhang Heng,” kata Luo Feng sambil mundur beberapa langkah. “Tapi aku tidak datang ke sini untuk bermain lama.”
Dengan konsentrasi penuh, Luo Feng mengaktifkan kekuatan penuh dari Ranah Bumi bintang dua miliknya. Energi petirnya semakin kuat, menciptakan aura biru yang menyelimuti tubuhnya. Bahkan Zhang Heng bisa merasakan bahwa aura itu lebih padat dan tajam dari sebelumnya.
“Apa kau siap untuk serangan terakhir?” tanya Luo Feng dengan nada penuh keyakinan.
Zhang Heng menyipitkan matanya, tahu bahwa Luo Feng tidak main-main. “Serangan terakhir? Jangan berpikir aku akan membiarkanmu menang begitu saja.”
Kedua orang itu saling menatap, energi mereka memuncak hingga menciptakan tekanan yang hampir tak tertahankan di udara.
Tetapi sebelum mereka bisa bergerak, sebuah suara tua dan penuh wibawa memecah ketegangan.
“Cukup!”
Dari kejauhan, Tetua Kang muncul dengan jubah abu-abu panjangnya yang berkibar ditiup angin. Tatapannya dingin, dan auranya membuat baik Luo Feng maupun Zhang Heng menurunkan energi mereka secara naluriah.
“Kalian berdua adalah bagian dari konflik yang lebih besar. Tapi pertarungan ini tidak akan menghasilkan apa-apa,” kata Tetua Kang tegas.
Zhang Heng mendengus, tetapi dia menurunkan tombaknya. “Tetua Kang, bocah ini menghancurkan kehormatan keluarga Zhang. Apakah kita akan membiarkannya pergi begitu saja?”
Tetua Kang menatapnya dengan tajam. “Aku akan menyelesaikan masalah ini dengan caraku. Keluarga Zhang tidak membutuhkan keributan lebih banyak lagi malam ini.”
Luo Feng menatap Tetua Kang dengan mata menyipit, tetapi dia memilih untuk tetap diam. Dia tahu bahwa Tetua Kang adalah orang yang berpengaruh, dan jika dia ingin menjaga situasi tetap terkendali, maka Luo Feng harus bermain dengan bijak.
“Luo Feng,” lanjut Tetua Kang, “Aku bisa melihat bahwa kau memiliki potensi besar. Tapi kau juga membawa kekacauan ke tanah ini. Jika kau ingin bertahan di dunia ini, belajarlah untuk memilih pertempuranmu dengan bijak.”
Luo Feng tersenyum tipis. “Aku hanya membalas apa yang mereka mulai. Jika ada yang harus bertanggung jawab atas kekacauan ini, itu bukan aku.”
Tetua Kang tidak menjawab, tetapi ekspresinya menjadi semakin serius. Dia memberi isyarat kepada Zhang Heng untuk mundur.
“Pertarungan ini berakhir sekarang. Tapi ingatlah, Luo Feng, keluarga Zhang tidak melupakan penghinaan.”
Zhang Heng mendengus marah, tetapi dia mematuhi perintah Tetua Kang. Dengan pandangan penuh kebencian, dia pergi bersama pengawalnya.
Malam itu, Luo Feng menang secara teknis. Namun, dia tahu bahwa konflik ini belum berakhir. Dengan senyum tipis, dia melangkah pergi.