Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

Bab 5: Serpihan Kejatuhan 2

Saat malam menjelang, Lou Feng sudah siap untuk pergi ke pertemuan itu. Dengan pakaian sederhana namun elegan, Luo Feng tampak seperti seorang pemuda biasa yang tak memiliki beban. Namun di dalam hatinya, ia sudah mempersiapkan segala kemungkinan, baik yang terlihat maupun yang tersembunyi.

“Paman Cheng, aku akan pergi sekarang,” katanya sambil mengencangkan ikat pinggangnya. “Jika aku belum kembali dalam tiga jam, kamu tahu apa yang harus dilakukan.”

Paman Cheng mengangguk dengan serius. “Hati-hati, Luo Feng. Jangan terlalu lengah.”

Dengan langkah yang mantap, Luo Feng keluar menuju pertemuan itu, tanpa ragu sedikit pun. Di luar, udara malam terasa segar, namun ada semacam ketegangan yang menggantung di langit. Bintang-bintang di atas seakan menjadi saksi bisu dari pertempuran yang akan segera dimulai.

Di perjalanan menuju kediaman keluarga Zhang, Luo Feng berjalan dengan tenang, namun pikirannya berputar cepat. Ada sesuatu yang aneh dengan pertemuan ini. Zhang Tao selalu berhati-hati, jadi tidak mungkin dia hanya akan mengadakan pertemuan tanpa persiapan lebih lanjut.

Luo Feng memutuskan untuk mengambil jalur yang lebih panjang, melewati gang-gang sempit untuk memastikan tidak ada jebakan yang tersembunyi. Namun, rasa curiga yang semakin membesar membuatnya semakin waspada.

Setibanya di kediaman keluarga Zhang, Luo Feng disambut oleh beberapa pengawal yang tampak menjaga pintu gerbang dengan ketat. Mereka mempersilakan dia masuk, dan tanpa membuang waktu, Luo Feng langsung dibawa ke ruang pertemuan utama.

Di dalam, Zhang Tao dan Zhang Rui sudah menunggu dengan ekspresi dingin. Zhang Rui tidak bisa menyembunyikan ketidaksabarannya, sementara Zhang Tao tetap tenang, memperhatikan setiap gerakan Luo Feng dengan saksama.

“Akhirnya kau datang juga, Luo Feng,” kata Zhang Tao dengan suara berat. “Kami sudah menunggu.”

Luo Feng berjalan masuk dengan senyuman tipis di wajahnya, menatap keduanya dengan tajam. “Terima kasih atas undangannya. Tapi aku rasa ini bukan sekadar pertemuan yang ramah, bukan?”

Zhang Tao tersenyum pelan, matanya berbinar. “Benar sekali. Kami sudah tahu banyak tentangmu, Luo Feng. Dan kami ingin memastikan bahwa tidak ada yang menghalangi jalan kami ke depan.”

Luo Feng mengangkat alis, sadar bahwa ini adalah saat yang menentukan. “Jadi, ini adalah peringatan?”

Zhang Rui yang sudah tidak sabar berdiri dan menatapnya dengan benci. “Tidak, ini bukan peringatan, Luo Feng. Ini adalah akhir dari permainanmu.”

Luo Feng tidak terganggu oleh ancaman itu. “Jika kalian ingin mengakhiri permainan ini, maka kalian harus terlebih dahulu mengerti satu hal: aku selalu berada dua langkah lebih depan dari kalian.”

Dengan kata-kata itu, ruangan menjadi tegang. Pertemuan ini bukanlah sekadar percakapan biasa. Ini adalah pertarungan pikiran yang lebih dalam, dan Luo Feng tahu bahwa inilah momen yang akan menentukan nasibnya—dan nasib keluarga Zhang.

Perhatian Luo Feng tetap tajam meskipun ketegangan semakin terasa di dalam ruangan pertemuan itu. Dia tahu bahwa Zhang Tao tidak pernah melakukan sesuatu tanpa alasan yang jelas, dan Zhang Rui yang begitu penuh amarah hanyalah sebuah indikator bahwa mereka sudah berada pada ujung tanduk.

Zhang Tao mengangkat tangannya dengan pelan, memberi isyarat agar Zhang Rui duduk kembali. “Rui, biarkan aku yang bicara. Luo Feng, aku tidak akan membuang waktu lebih lama. Aku tahu apa yang kau coba lakukan. Permainan ini sudah cukup lama.”

Luo Feng menatapnya dengan penuh ketenangan. "Saya tidak pernah berpikir bahwa ini adalah permainan, Tetua Zhang. Ini lebih kepada siapa yang lebih siap untuk bertahan dalam dunia yang penuh dengan kebohongan dan tipu daya."

Zhang Rui yang duduk di samping ayahnya tidak bisa menahan diri. “Berhenti berbicara seperti itu, Luo Feng! Kau pikir kau bisa memanipulasi semuanya? Kami tidak akan membiarkanmu terus menipu kami!”

Luo Feng tidak terpengaruh. “Jika kalian merasa terancam, itu karena kalian tahu bahwa di balik setiap langkah yang saya ambil, ada konsekuensinya. Bukan hanya bagi saya, tapi juga bagi kalian.”

Zhang Tao menatapnya lebih lama, ekspresi wajahnya tetap tenang meskipun jelas ada perasaan gelisah yang samar. “Kau cerdas, itu aku akui. Tapi jangan terlalu percaya diri. Kami tidak semudah itu dijatuhkan.”

Luo Feng menarik napas dalam, menyusun kata-katanya dengan hati-hati. "Saya tidak ingin menjatuhkan siapapun. Yang saya inginkan adalah menjaga keseimbangan yang adil. Tapi jika kalian mengancam keseimbangan itu, saya tidak akan tinggal diam."

Zhang Tao mengangguk pelan, kemudian mengeluarkan sebuah gulungan yang terlipat rapi dari balik jubahnya. “Aku tidak tahu seberapa jauh kau berpikir untuk membawa permainan ini, tetapi ada hal yang perlu kau ketahui. Kau sudah melangkah terlalu jauh, Luo Feng. Kami telah membuat beberapa persiapan yang tidak bisa dibatalkan begitu saja.”

Luo Feng menatap gulungan itu dengan waspada. “Apa itu?”

Zhang Tao membuka gulungan tersebut, memperlihatkan sebuah segel yang tampaknya memiliki kekuatan besar, disertai dengan lambang yang dikenal di dunia ini sebagai simbol dari ‘Kekuatan Pengikat Klan’. “Ini adalah segel yang memberikan kendali penuh atas kemampuanmu untuk bergerak bebas. Selama klan Zhang masih ada, tidak ada yang bisa menentang kami tanpa konsekuensi besar.”

Luo Feng merasakan perubahan suasana yang mendalam. Meskipun dia sangat berhati-hati, dia menyadari bahwa ini bukan hanya ancaman kosong. Segel itu bukan sekadar simbol—itu adalah sebuah alat yang bisa mengekang kebebasan siapa pun yang mengenalnya.

“Jadi, kalian ingin mengendalikan saya dengan ini?” tanya Luo Feng dengan suara yang tidak menunjukkan ketakutan sedikit pun.

Zhang Tao mengangguk pelan. "Kami ingin kau bergabung dengan kami, Luo Feng. Bukankah lebih baik kita berkolaborasi daripada terus bertarung? Kau memiliki potensi yang besar, dan kita bisa mencapai lebih banyak bersama-sama."

Luo Feng tetap diam sejenak, mencoba memahami apakah ini adalah jebakan atau tawaran yang jujur. Bagaimanapun juga, dia tahu bahwa Zhang Tao tidak akan memberi sesuatu tanpa imbalan besar. Segalanya selalu ada harga yang harus dibayar.

“Dan jika saya menolak?” Luo Feng akhirnya bertanya, suaranya tenang namun tegas.

Zhang Rui yang tidak sabar mendengarkan percakapan ini tiba-tiba berdiri, dengan nada penuh ancaman, “Kalau kau menolak, maka kami akan memaksa. Kami tidak akan memberi ampun pada siapa pun yang mencoba menantang kami!”

Zhang Tao menatap anaknya, memberikan isyarat agar dia duduk. Kemudian dia menoleh ke arah Luo Feng, berbicara dengan suara yang lebih dalam, “Rui tidak mengerti, tapi aku lebih menghargai cerdasnya langkahmu. Kau tahu bahwa kekuatan kita tidak hanya datang dari satu segel atau ancaman. Itu datang dari kemampuan untuk beradaptasi dengan dunia ini, dari pengaruh kita yang sudah terjalin dalam banyak hal. Tapi jika kau tetap menolak, kami akan terpaksa mengambil langkah yang lebih ekstrem.”

Luo Feng tahu betul bahwa ancaman ini tidak bisa dianggap enteng. Tetapi di dalam hatinya, dia juga merasa semakin yakin bahwa keluarga Zhang sedang terdesak. Mereka mencoba menawarkan 'kemitraan' untuk menghindari keruntuhan lebih lanjut. Namun, tawaran ini datang dengan harga yang terlalu mahal.

“Sekali lagi, saya menolak untuk terikat dengan kalian,” jawab Luo Feng, suaranya penuh dengan keyakinan. “Saya lebih memilih untuk menjalani jalan saya sendiri, meskipun itu berarti harus bertarung melawan kalian sampai akhir.”

Zhang Tao menghela napas, tampak kecewa, namun ekspresi itu cepat menghilang. "Kau terlalu keras kepala, Luo Feng. Ini bukan hanya soal apa yang kau pilih, tapi tentang apa yang klan kami bisa lakukan untuk memaksamu berubah pikiran."

Segera setelah kata-kata itu keluar dari mulut Zhang Tao, ruangan itu terasa semakin tegang. Luo Feng merasakan energi yang mulai berubah—ada sesuatu yang sedang disiapkan di balik kata-kata itu, sesuatu yang lebih dari sekadar ancaman verbal.

Luo Feng mengaktifkan indra penciumannya yang sangat tajam, menyadari bahwa udara di sekitar mereka semakin berat. Ini bukan hanya sebuah percakapan biasa, melainkan sebuah perang yang sedang dipersiapkan. Ketika Zhang Tao berbicara tentang "memaksa", itu berarti klan Zhang telah mempersiapkan serangan tersembunyi, sesuatu yang mungkin berbahaya bagi dirinya dan bahkan orang-orang di sekitarnya.

Namun, dalam pandangan Luo Feng, serangan itu hanyalah bagian dari taktik yang lebih besar. Jika dia bisa bertahan lebih lama dan mengatur balasan dengan cerdas, dia bisa membalikkan keadaan dan mengubah ini menjadi keuntungan bagi dirinya.

Luo Feng menatap kedua orang itu, senyum licik mulai muncul di wajahnya. “Jika kalian berpikir bisa menakut-nakuti saya dengan ancaman-ancaman kosong, maka kalian salah. Saya tidak takut dengan kalian, dan saya tidak akan tunduk.”

Dengan kata-kata itu, suasana di ruangan itu menjadi semakin berat. Di luar jendela, malam semakin larut, dan tak lama setelah itu, suara langkah kaki terdengar di luar ruangan, pertanda bahwa keputusan besar akan segera diambil. Keluarga Zhang tidak akan menyerah begitu saja, dan Luo Feng tahu bahwa ia harus bertindak cepat—atau pertempuran ini akan segera mencapai puncaknya.

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel